"What the Fuck" Sisil berdiri, menggebrak meja dengan keras. Kali ini semua mata tertuju kearahnya, ia berjalan hendak menghampiri Alexa yang sudah keterlaluan.
Apasih maksudnya? Merendahkan keyakinan lain diwilayah mayoritas? Benar-benar bodoh. Cari mati rupanya.
Bukan masalah keyakinan yang beda, juga bukan masalah makanan yang disantap, Semua indra perasa penduduk indonesia sama. Gak bakal dihukum ataupun diarak dengan tak manusiawi oleh massa agar keluar dari negaranya, hanya karena memakan makanan yang juga dikonsumsi oleh orang islam. Hanya saja, kesalahannya terletak pada sikap Alexa yang sangat tak berpendidikan itu.
Sejak tadi, dirinya sudah mewanti wanti menyuruh Stel cuek pada kedua temannya, supaya mereka tak terpancing emosi jika sewaktu waktu ada pembahasan islam yang tak mengenakkan bagi kaum non muslim seperti mereka yang diperbincangkan.
Karena disini letaknya memang mayoritas, maka maklumi saja. jika ada yang harus disalahkan, Merekalah yang salah memilih tempat jika mudah terbawa perasaan. Tapi ini, Alexa malah memulai rusuh duluan.
Tak ada peraturan non muslim dilarang singgah. Tapi setidaknya jaga sikap, bukan?
"Alexa!!.."
Sisil menarik tangan Alexa menjauh dari tempat itu. Membawanya keluar adalah jalan terbaik saat ini dari suasana yang telah kembali memanas dan mencekam.
"Lo apa apaan sih, Cari ribut aja. Ingat Al, disini kita minoritas. Jadi nggak mungkin melawan mayoritas. Jaga sikap, setidaknya perut kita kenyang. Jangan mudah buat masalah!!!" Sisil membentak setelah sampai diluar, dia merasa begitu kesal menghadapi sikap Alexa yang kekanak kanakan "ternyata predikat Alexa si biang masalah tetap nggak hilang dari diri Elo ya?"
Plakk- Plakk
Dua tamparan bolak balik seketika mendarat di pipi mulus Gadis berusia 23 tahun itu. Tak heran, sudah biasa. sifat Alexa yang tempramental, seringkali menyakiti orang orang sekitar bila melontarkan kalimat yang sedikit saja menyinggung perasaannya atau sekedar selisih paham dengannya.
Sengaja maupun tidak, tetap dinilai sama oleh Alexa, tak terkecuali Sisil. Kekanakan memang. dia selalu meminta untuk dimengerti, namun tak ada intropeksi diri sama sekali, jika kalimatnya seringkali menyakiti orang lain.
"Sikap ini yang buat diri Lo dijauhi banyak orang, Al. Sifat Lo yang mudah marah seperti ini menjadi Boomerang bagi Lo sendiri.."
Sisil memegang kedua pipi putihnya yang mulai memerah, Menahan nyeri yang menjalar ketelinga. Menatap nanar ke arah Alexa yang sudah menggertakkan giginya
"..Gimana mau berubah, kalau dari Lo nya aja nggak ada keinginan yang gigih buat merubah. Ya pasti akan tetap stay di satu titik yang sama. Lo suka dijauhi, hah?.. Setidaknya usaha, meskipun perlahan..!" diam sejenak, menarik nafas dan membuangnya
"..kalau Lo gini terus, Sulit kemungkinan bagi Andre untuk bisa mencintai Lo, Al. yang ada dianya malah ilfeel. Pelan pelan, ubah sikap Lo yang bisa merugikan banyak orang" kali ini ucapan Sisil mulai melembut, berharap Alexa meluluh dan berkeinginan memperbaiki diri meskipun prosesnya akan memakan waktu lama, dia akan membantunya dengan perlahan.
Mata Alexa mulai mengembun. Sisil tersenyum puas, usahanya menasehati sedari tadi ternyata membuahkan hasil. Jika menyangkut tentang gadis itu yang menyukai Andre secara diam diam, pasti akan menjadi senjata ampuh.
Namun, senyumannya tak bertahan lama saat gadis tempramental itu malah mendorongnya kebelakang hingga punggungnya membentur dinding dengan keras. Alexa meneteskan air mata seraya menatap Sisil yang meringis menggapai punggungnya yang sakit. dengan mata ekspresi berkabut geram, tangan Alexa ditudingkan kearah wajah Sisil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrah
RomanceIngin yang berawal dari Angan Kisah yang seiring dengan Kasih Kenang yang terukir dibalik Kening ~Sisilia Mentari Sisilia Mentari. Sosok Gadis karir nan muda, yang sekali pandang hatinya langsung tergerak mengagumi seorang pria yang baru dijumpainya...