1. waras (?)

1.2K 150 58
                                    


"Kata gua cari gebetan tuh yang lebih waras dikit." Jarvin meminting cangkir kopinya dengan seruputan ringan, matanya menyorot kearah kawan seperbangkuan warkopnya yang sibuk menambah pikiran bersama lamunan yang tak kunjung punya tujuan.

Tak ada sahutan, malah adanya desahan panjang. "Ahhh.. kalau kata gua mah, yang lebih waras pasti banyak." Ia menilik sekilas kearah lapangan luas yang berdiri tak jauh dari warung kopi langganan.

"Yang lebih cakep juga banyak lah pasti." Tambahnya, kali ini memfokuskan diri menatap kearah pujangga yang sibuk bercengkrama.

"Cuman. Kalau waras dan cakep itu bukan Nash, gua gak mau."

Tukasan terakhir Rastra mendapat deheman, Jarvin memilih meninggalkan kopinya yang mengepul lantas menatap sahabatnya itu. "Gua mau ngetes, " suaranya memberat. "Lu masih dalam keadaan sadarkan?" Anggukan jadi jawaban, Rasta mengerinyit tanda bertanya.

"Gua tanya, uke tercantik lu itu lagi ngapain sekarang?"

Rastra menoleh kearah jarvin kemudian tersenyum hambar. Setidaknya logika harus bekerja sekarang, "dia lagi manjat genteng sekolah lantai 4 sambil di teriakin guru guru."

"Gua nyuruh lu nyari gebetan yang waras, bukan karna apa. Cuman gebetan lu yang sekarang udah kaya monyet merkasari lepas kandang."

Rastra memandang sahabatnya itu lamat lamat. "Gimana lagi? Udah cinta."

Berakhirnya ucapan Rastra bersama teriakan nyaring dari dalam sekolah jadi saksi siang itu sungguh riuh, si gebetan anak pendiam jatuh dari gedung sekolah lantai 2. Niat si nakal sih cuman untuk menghindari guru, dengan berlari meloncati pagar hanya saja ia lupa jika yang ia loncati itu pagar pembatas lantai 2. Syukurnya ketinggian itu hanya membuatnya ia terjun ke lantai 1 dan mari kembi mengucap syukur sebab ketinggian lantai dua ke lantai satu hanya berkisar 2,5 meter.

"Kan ... Kata gua juga apa gebetan lu ga waras, Rastra."

"Iyasih cuman gemesnya gak nahan."

Jarvin kembali menggumam dengan ringisan dalam batin. "Ga waras juga ternyata."

***

Sebenarnya Nash tidak paham, tidak paham mengapa kakinya yang bengkak tidak terasa sakitnya. Padahal baru kemarin ia berteriak seperti orang gila mencari riang yang sempat menghilang, tapi nampaknya dunia enggan berbagi cerita ria pada Nash Ameranta, si pemuda malah di suguhi pemandangan menyakitkan yang bahkan membuat jantungnya tak dapat sumbangan akan oksigen. tidak ada lagi tawa mengambung tinggi hanya ada peluh yang membiru.

"Anjirlah PANASS BEUDDDD BEUHHH. Katanya mau fokus nyari kuliah kok malah pacaran yagak nash?" Yiwen, sahabat sekaligus teman sebangku Nash. Berteriak mengoktrovesi segala macam rasa di hati sahabatnya yang terdiam.

Di pandanginya wajah Nash yang memucat, sementara tawanya makin tercekat. Ia dekatkan wajahnya di pendengaran si kawan "Kaka mau fokus kuliah" bisik Yiwen dengan masksud Jenaka, sembari menyenggol perut Nash tahu tahu sang sahabat malah menoleh bersama mata menyayu.

"Eh? Lah kok nangis gua becanda aja.. BECANDA guaaa.. BUJUBUSETT NANGIS BENERAN. CUP CUP anak manis, puk ami ami belalang kupu kupu siang maem nasi kalau malam minum susu." Yiwen lekas  menggeret tubuh Nash menjauh dari area koridor yang ramai sebab jika berlama lama di sana mungkin Nash harus di evakuasi untuk hatinya yang patah. Syukurnya teriakan bahkan tangisan Yiwen dan Nash tak tersorot oleh publik.

"Puk puk anak manis, nash jangan nangis nanti digigit om herman."

"BAPAK LO DIGIGIT OM HERMAN!" Teriak Nash kembali terisak bukan terisak lebih ke raungan kepedihan, duduk di bangku kelas yang sepi penduduk. Sungguh susah untuk khyusuk menangis jika memiliki teman sejenis Yiwen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 19, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Embul Boyfriend • hyuckren Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang