3. -still affair

450 4 1
                                    

 
   Setelah pulang dari kantornya,Seina segera pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Melirik jam di dinding menunjukkan pukul 10 malam dan baru menyadari rumah sepi tidak berpenghuni. Dia menelepon suaminya dan menanyakan keberadaannya.

"Oh yaudah"

Iya..

yaudahh..

Lantas Seina harus apa? Deni bilang dia akan lembur dan tidak pulang. Sudah terlalu sering Deni tidak pulang ke rumah membuat Seina cuek saja. Pergi pagi pulang pagi, dan selalu begitu.

Udah kayak lagu ajee.

Setelah sambungan diputus oleh Deni, dia segera pergi ke kamar bersiap tidur. Tetapi sepertinya rencana tidurnya harus terganggu karena sebuah notifikasi dari ponselnya

tringg!

Pak Hendra: udah sampai rumah Sei?

Seina mengernyit, tidak biasanya atasannya itu menanyakan hal seperti ini kepadanya.

Seina: sudah Pak, ada apa ya?

Seina tentu saja bingung.

Pak Hendra: tidak ada apa-apa Sei,hanya
                         menanyakan kabar saja.

Baiklah Seina sepertinya harus melanjutkan tidurnya. Dia tidak mau berpikir yang macam-macam dahulu karena takut geer.

Seina: baik pak, kalau begitu saya izin
            istirahat dahulu.

Seina lantas tertawa. Tidak habis pikir. Mengapa dia izin segala?

Baik, lupakan.

Sekarang dia harus istirahat agar besok dia bisa berpikiran dengan jernih.

                         🌿🌿🌿🌿🌿

 
  Seina tahu dia sering menjadi perbincangan para teman sekantornya,dia juga tahu sangat banyak yang tidak suka dengan kedekatannya dengan Pak Hendra. Tetapi Seina juga sadar,bukan dia yang meminta. Hanya saja Seina tidak ambil pusing dan masa bodo dengan apa yang dipikirkan oleh orang-orang. Selagi tidak merugikan Seina,

it's okeyyy.

Toh juga mereka akan lelah sendiri.

   Pagi-pagi sekali Seina sudah datang di kantornya. Kantor masih sepi karena belum banyak yang datang. Siska yang biasanya datang pagi juga belum memunculkan batang hidungnya. Mungkin masih bergelung di dalam selimut.

"Nanti kita ada pertemuan di Cafe Candella, Jangan lupa kamu persiapkan berkas-berkas yang kemarin saya kirim dan kamu bawa sekalian nanti."

"Baik Pak."

                               🌿🌿🌿🌿🌿

     Di Cafe Candella, Seina akan melakukan pertemuan dengan klien untuk membahas kerja sama yang mereka buat.

  Dan kebetulan apa ini??

Ada Zevanya dan Deni yang sedang berkencan di Cafe Candella juga. Entah nasib baik sepertinya tidak berpihak kepada Deni, karena begitu masuk pintu cafe secara tak sengaja Senia menangkap siluet tubuh Deni yang membelakanginya dengan seorang wanita di hadapannya. Karena tidak mau berburuk sangka, dia berpikir Deni sedang meeting seperti dirinya mengingat kemarin hingga lembur dan tidak pulang. Dia juga tidak mau berpikir bahwa Deni bermain di belakangnya  hanya karena melihat Deni bersama seorang wanita,karena dia juga mengadakan pertemuan ini hanya bersama Pak Hendra saja. Baik, daripada dia semakin berpikir yang tidak-tidak dia menghampiri meja yang ditempati oleh Deni.

"Maaf pak,saya izin ke toilet sebentar," izin Seina kepada Pak Hendra dengan alibi ke toilet.

"Ahh baik,kamu jangan lama-lama ya,biar cepat selesai."

Senia tersenyum simpul dan segera berlalu menemui Deni.

"Maaf, Mas Deni? Lagi meeting juga kah disini?" Sapa Senia ketika sudah sampai di samping Deni.

Dua orang yang sepertinya tadi tertawa seketika menghentikan tawanya. Senia bisa melihat raut terkejut dari Deni dan wanita di depannya ini.

"Hai sayangg, kamu disini juga? Sorry belum bisa pulang,aku habis ini mau ada pertemuan sama temen lama aku sambil ngobrolin bisnis, cuma aku lagi nunggu aja,"

"dan oh ya, aku ajak sekretaris aku karena kita mau bahas masalah kontrak kita sama temen aku."

Deni secara langsung menjelaskan maksud kedatangannya di cafe ini.

Senia menaikkan alisnya. Entah kenapa hatinya seperti mengatakan tidak percaya. Tetapi sudahlah dia ingin fokus pada pekerjaannya.

"Ahh yaa,aku cuma tanya aja. Kebetulan banget bisa ketemu kamu,"

"Aku kesana dulu,mau meeting udah ditunggu Pak Hendra."

Setelah kepergian Seina,Deni menghembuskan nafas lega. Sontak saja dia mengajak Zevanya pulang karena keadaannya sudah tidak bisa mereka gunakan untuk berkencan.

"Yahh padahal aku pingin berduaan sama kamu terus," Zevanya berbicara dengan nada yang sangat manja menurut Deni dan membuatnya tak tahan untuk mencubit hidung Zevanya.

"Kita udah dari kemarin barengan, aku juga mau berduaan sama kamu, tapi takut Seina ngadu ke mama aku, karena gak pulang-pulang ke rumah,"

Zevanya mencebikkan bibirnya. "Yaudah,sampai ketemu besok." Zevanya mencium bibir Deni sekilas sebelum turun dari mobilnya.

                             🌿🌿🌿🌿🌿

  Seina tidak tahu perasaan apa ini. Dia tidak fokus pada pertemuannya dan gelisah di tempat. Pak Hendra selaku atasannya setiap kali melihat Seina yang sering melamun dan tidak mendengarkan pembahasan ini.

"Baik, terimakasih. Nanti saya kabari jika perusahaan meng-acc pengajuan tersebut, saya pamit undur diri."

Seina yang sedang melamun terbuyarkan ketika Pak Hendra menepuk pundaknya.
"Heii, kenapa bengong?"

"H-haa? Apa pak? Lohh sudah selesai pertemuannya?" Seina dibuat terkejut ketika melihat klien tadi sudah tidak ada di tempatnya.

"Hm,sudah baru saja mereka keluar. Kamu kenapa? Kok saya lihat ngelamun terus. Ada yang ngeganjal di hati atau bagaimana?"

Tidak tahu.

  Seina tidak tahu kenapa dia gelisah seperti ini. Apa karena melihat Deni yang berdua bersama sekretarisnya atau karena kaget melihat Deni segera berlalu setelah Seina tegur. Seina juga bingung dengan dirinya. Biasanya dia cuek saja.

Kenapa jadi nggak rela Deni berduaan sama sekretarisnya.

Masa iya Seina cemburu??

Tbc

Yahh kita santai santai ajalah yahh. Ringan aja konfliknya, tipis tipis gitulohhh yahahaah.
Btw jangan lupa vomentnya gaisss, biar makin semangat mencintaimu ehh maksudnya semangat nulisnya hehe.

See you papayyy,

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Still AffairTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang