"Baru pulang kamu?"
Suara bernada berat membuat seorang cowok yang baru saja dua langkah menaiki anak tangga berhenti. Cowok dengan kemeja putih di keluarkan itu menghela napas kasar dan berbalik, menatap pria yang orang-orang menyebut itu adalah ayahnya sedang duduk di sofa dengan pandangan lurus ke layar tab.
Jeno masih berdiri di tempatnya sebelum Donghae menyimpan tab-nya lalu berdiri dan menghampiri anak lelakinya.
"Sekolah apa pulang jam segini?" pria berumur empat puluhan itu membuka kacamatanya dan menatap sosok muda di depannya dengan dalam. Donghae seperti melihat sosok dirinya sewaktu muda ketika melihat Jeno.
"Setahu Papa kuping dan mulut kamu masih berfungsi dengan baik." Pria itu kembali memakai kacamatanya setelah membersihkannya dengan tisu.
"Tadi Jeno ngerjain tugas kelompok di rumah Mark, Pa." jawab Jeno akhirnya.
Donghae mengangguk. Nama Mark tidak asing lagi baginya. Ia mengenal teman Jeno yang satu itu. Selain itu juga Mark merupakan anak dari salah satu kolega bisnisnya, jadi sedikit-sedikit Donghae mengenalnya.
"Kamu salah jika mau berbohong Lee Jeno."
Lee Jeno menunduk dan memejamkan matanya sejenak sebelum kembali mendongak. Donghae masih menatapnya dan memperhatikan setiap detail wajah tampannya.
"Bikin malu keluarga terus. Mau jadi apa kamu?" Donghae bertanya dengan suara naik satu oktaf membuat Jeno kembali memejamkan matanya.
"Kamu itu satu-satunya anak laki-laki disini Jeno. Kamu satu-satunya penerus Papa nanti. Jika kerjaan kamu tawuran, bolos, nongkrong sampai malam, mau jadi apa kamu? Jadi preman hah?!"
"Tahun depan kamu udah kelas 12. Kamu harus fokus belajar, belajar, dan belajar. Jangan keluyuran terus. Kalau rekan bisnis papa ada yang mengenali kamu bagaimana? Papa bisa malu Jeno!"
"Papa itu egois. Papa cuma mikirin diri Papa sendiri tanpa mikirin orang-orang di sekeliling Papa. Yang ada di kepala Papa itu cuma uang, uang, dan uang. Padahal uang gak akan bikin kita bahagia, Pa!" Jeno berkata setengah berteriak. Donghae kembali menatapnya tajam lalu maju selangkah agar lebih dekat dengan putranya itu.
"Tau apa kamu tentang bahagia hah?"
"Kamu itu masih kecil. Jangan sok mengajarkan saya artinya kebahagian. Kamu cukup diam, jadi anak yang baik, jangan bikin malu keluarga dengan kelauan minus kamu itu."
"Jeno punya kehidupan Jeno sendiri, Pa. Jeno punya jalan Jeno sendiri. Jeno udah nentuin bagaimana masa depan Jeno nanti dan itu gak akan ada campur tangan Papa."
"Kamu pikir kamu bisa apa tanpa saya?! Jika kamu tidak tinggal disini kamu sudah menjadi gelandangan disana! Kamu lupa siapa yang memberi kamu uang selama ini? Siapa yang memberikan kehidupan yang sempurna ini? Kamu lupa?" Donghae kembali bertanya dengan mata berapi-api. Di tatapnya darah dagingnya itu dengan dalam.
"Jeno gak lupa, Pa, tenang aja. Papa yang memberikan semua ini. Tapi untuk urusan masa depan, Jeno bisa ngurus sendiri akan seperti apa masa depan Jeno nanti-"
"Kamu mau melawan papa?!"
"Jeno gak ada maksud melawan Papa. Papa tetap orang yang akan dan selalu Jeno hormati. Jeno cuma ingin menentukan masa depan Jeno sendiri Pa. Jeno punya cita-cita Jeno sendiri-"
"Dengan menjadi tukang foto?!"
"Itu bukan sekedar tukang foto, Pa-"
"Cukup Lee Jeno!!"
Teriakan dan tamparan keras membuat Jeno memejamkan matanya. Pipinya terasa panas dan terdapat bekas merah disana. Donghae menatap putranya itu tajam dengan dada yang naik turun. Laki-laki itu terlihat sangat emosi. Rahangnya mengeras dan kedua tangannya terkepal. Sedangkan Jeno masih diam menikmati rasa sakit di pipinya dengan tangan yang juga terkepal.
Ini bukan pertama kalinya dia mendapatkan tamparan keras dari ayah kandungnya sendiri. Hampir setiap harinya dia akan mendapatkan itu dari Donghae.
Setelah menatap Donghae yang juga menatapnya, Jeno terlihat berbalik dan berlari menaiki tangga tanpa memperdulikan teriakan Donghae yang menyuruhnya kembali.
Iya aku tau sweetsalt aja belum selesai eh malah bikin work baru hehe. Bukan kok sebenernya ini bukan work baru, ini work lama aku tapi emang gak pernah aku publish tapi aku gemes pengen berbagi sama kalian hehe..
Tenang, aku bakal ngelanjutin Casanova kalo sweetsalt udah selesai, jadi simpan dulu aja ini di perpustakaan oke?
See you 💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Casanova
FanfictionDia Jeno. Lee Jeno Casanova nomer wahid di SMA Pancadarma. Siapa yang tidak kenal dengan sosok itu. Tampan? Jangan di tanya. Kaya? Semua orang mengenal keluarga Lee yang merupakan salah satu keluarga terkaya di Jakarta. Pintar? Walaupun nakalnya ti...