Bagian 4. Princess Cantik

259 27 4
                                    

Jeno memarkirkan ducati merahnya di parkiran khusus motor di sebuah rumah sakit ternama di Jakarta.

Setelah melepaskan helm full-face nya, cowok berhidung mancung itu berjalan memasuki rumah sakit dengan tangan kiri yang menenteng sebuah kantung plastik berwarna putih.

Jeno tersenyum kepada beberapa suster yang menyapanya di lobi. Sepertinya ia sudah tidak asing di rumah sakit ini.

Kaki jenjangnya terus melangkah mengikuti lorong rumah sakit dan berhenti di depan ruangan bernomer 305. Jeno menatap pintu berwarna putih itu sebelum membukanya dan langsung disambut terikan ceria oleh orang yang ada di dalam ruangan.

"Kak Jeno!"

Jeno tersenyum menatap dua wanita di depannya. Cowok itu menutup kembali pintunya dan berjalan santai mendekati brankar.

"Itu pasti pesanan aku." ujar gadis kecil yang tengah duduk di atas brankar membuat Jeno  tersenyum lalu memberikan plastik putih itu dan mengusap halus kepalanya.

"Hari ini kakak beliin dua khusus buat princess cantik." ujar Jeno lembut membuat gadis itu tersenyum senang lalu segera membuka bungkusan di depannya.

"Makasih kakak." ucap Yebin. Gadis kecil dengan sejuta keceriaan itu membuat Jeno lagi-lagi menarik kedua ujung bibirnya dan mengusap lembut puncak kepala adik kesayangannya itu.

"Kemarin kakak kenapa gak kesini?" Yebin bertanya setelah menjauhkan es krimnya dari mulut. Jeno yang sudah tau akan diberi pertanyaan seperti itu lantas mengulas senyum. Cowok itu duduk di pinggir brankar dengan satu tangan mengusap puncak kepala Yebin.

"Kemarin kakak ada tugas kelompok makanya enggak bisa kesini. Tapi hari ini kan kakak nemenin Yebin disini. Bawain es krimnya dua lagi." ujar Jeno lembut. Yebin yang awalnya cemberut lantas langsung tersenyum lebar menatap satu es krim rasa cokelat yang masih utuh.

"Iya nggak apa-apa. Untung aja kemarin ada kakak cantik yang ngasih Yebin es krim." ujar gadis itu riang membuat Jeno menekuk satu alisnya.

"Kakak cantik?"

"Iya kemaren ada cowok yang ketemu Yebin di lobi. Terus ngasih es krim gitu." Tiffany, yang dari tadi menyimak percakapan keduanya menjelaskan membuat Jeno mengangguk paham.

"Kalo cowok berarti tampan dong kakaknya?"

"Tapi kakaknya cantik, manis, baik lagi." Ujar Yebin dan kali ini Jeno beneran ngerti. Cowok manis rupanya.

"Yebin bilang terima kasih gak sama kakak cantiknya?" tanya Jeno.

"Bilang kok. Kan kakak Jeno yang selalu ngajarin Yebin untuk bilang terima kasih kalau ada seseorang yang ngasih kita sesuatu." jawab gadis itu.

"Pinter." Jeno ngusakin rambut Yebin dengan gemas.

"Kakaknya cantik banget deh kak. Kakak kalau ketemu pasti suka deh sama kakak itu. Yebin aja suka." ujar gadis itu jujur. Lagi-lagi Jeno menarik kedua ujung bibirnya.

"Hari ini jadwal Yebin jalan-jalan ke taman kan?" tanya Yebin menoleh ke Jeno. Jeno mengangguk lalu menyuruh Suster untuk mendorong kursi roda agar mendekat ke brankar.

"Yebin ke tamannya sama Suster Nia dulu ya. Nanti kak Jeno nyusul." ujar Jeno setelah mendudukan Yebin di kursi roda. Cowok itu mengusap-ngusap tangan kecil adiknya.

"Tapi bener kan kakak nyusul? Enggak pulang lagi kayak waktu itu?" Yebin bertanya takut. Pasalnya dulu Jeno pernah berjanji akan menemaninya ke taman namun cowok itu malah memilih pulang karena mendapatkan kabar jika sekolahnya di serang oleh sekolah tetangga.

"Iya kakak janji." Ucap Jeno tak henti memberikan senyuman manis kepada sang adik. Walaupun di awal gadis itu ragu, namun sesaat kemudian ia mengangguk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 06, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CasanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang