02 - Weakest Bound

5 0 0
                                    

ONESHOT

Terinspirasi dari Kamen Rider Saber by TOEI Company

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini

Enjoy~

Sinar matahari terpantulkan di pisau itu kala Sabela mengangkatnya tinggi. Ren menahan nafasnya tanpa sadar.

Saat Sabela ingin menikamnya dengan pisau itu, Ren sudah tau bahwa dia akan mati. Perintah Master itu mutlak. Pengkhianat pantas mati.
Walau pun Ren akhirnya tau bahwa pengkhianat sebenarnya adalah Sang Master sendiri. Selama seluruh isi organisasi mendukungnya, tidak akan ada yang akan berubah.

Belum sempat Ren menutup matanya, sesuatu menghalangi tikaman itu. Tidak, lebih tepatnya, seseorang. Seseorang melindunginya.

Dess jatuh ke tanah tak bergerak, darah menggenang dibawah tubuhnya.
"Kau masih menjadi anggota organisasi kemarin. Tapi lihatlah sekarang, bahkan musuh abadi organisasi melindungimu! Dasar pengkhianat! Ternyata selama ini kau berteman dengan mereka!"
Sabela menggeram, menarik kembali pisaunya yang berlumuran darah.

"Aku tidak peduli jika kau memanggilku pengkhianat. Tapi aku tidak pernah berteman dengan orang sepertinya!" Seru Ren. Ia bahkan tidak melirik sedikit pun mayat yang ada dikakinya.

"Kalau begitu matilah!!!!"

Namun usaha Sabela lagi-lagi gagal. Rintaro berlari memasuki arena pertempuran, langsung bergerak menjatuhkan pisau Sabela.

"Ren, kau baik-baik saja?"

"Tidak!" Teriak Ren. "Kalian semua bertindak seperti pahlawan. Aku tidak perlu dilindungi oleh kalian, aku bisa mengatasi ini sendiri!"

Sabela yang terpojok sadar bahwa ia berada diposisi yang tidak menguntungkan. Pisaunya terlempar. Orang yang baru saja datang terlalu kuat untuk diurus seorang diri.
Jadi hal yang ia lakukan adalah melarikan diri. Seraya melemparkan tatapan, 'Urusan kita belum selesai' pada Ren.

Udara ketegangan mulai menyurut dengan perginya Sabela. Namun tidak dengan kemarahan Ren.
Rintaro menggigit pipi bagian dalamnya. Sudah ia prediksi sebelumnya, Ren tidak akan suka ditolong.

Ditolong akan membuat Ren berpikir dirinya lemah dan itu akan melukai harga dirinya.
Ren menganggap dirinya kuat. Anggota terkuat yang pernah organisasi miliki. Tapi dengan kondisi yang sekarang dimana organisasi terpecah belah serta ksatria organisasi yang tiba-tiba saja menjadi semakin kuat untuk mencari siapa musuh dalam selimut membuat Ren kalut.

Sudah berkali-kali Rintaro dan timnya meminta Ren untuk bergabung dengan mereka tapi selalu ditolak.
Harga diri Ren terluka. Ia merasa tertinggal.
Ia ingin menjadi lebih kuat agar bisa bersanding dengan teman-temannya yang telah menjadi kuat dengan cepat. Rintaro paham itu.

Sambil membuang muka Ren berlalu dari sana. Meninggalkan Rintaro yang tak kuasa untuk mengejar.

Jauh dari tempat tadi, bahu Ren ditepuk.

"Kau tidak berterima kasih karena telah kuselamatkan?"
Dess berjalan di sampingnya, menyamakan langkah mereka.

"Aku tidak meminta untuk kau selamatkan." Jawab Ren tenang. Sedikit pun tidak terkejut.

Dess mengibaskan kemeja putihnya yang bernoda darah dengan tatapan jengah, "Aku tau kau akan bereaksi seperti itu."

Sejenak hanya ada keheningan di antara mereka.

"Apa kau ingin terus berlari seperti ini?" Tanya Dess.
"Mereka akan terus datang padamu. Apa kau tidak ingin kembali bersama mereka?"

"Jangan ikuti aku."
Ren mempercepat langkahnya.

"Oh ayolah. Kita selalu bersama beberapa hari terakhir. Jangan membuat ini jadi membosankan."
Dess berlari mendekat lalu mulai berjalan mundur di depan Ren.

"Kaulah yang mengikutiku!"

"Karena kau berbau manis dan harum." Jawab Dess cepat.

Ren mengerutkan dahinya, "Jangan bercanda. Setidaknya buatlah alasan yang lebih masuk akal."

"Kau berbau tekad dan keberanian."

"Ah! Dan juga kebebasan." Seru Dess lagi.

"Konyol!"

"Aku serius!"

"..."

Lagi, keheningan kembali mengudara. Mereka berjalan berdampingan sampai akhirnya mereka tiba di sebuah taman.
Matahari mulai terbenam. Membuat seluruh dunia diselimuti dengan warna oranye.

Ren melayangkan pandangan ke langit. Sedikit menyipitkan mata karena silau.

"Kalau kau ingin seseorang dengan tekad dan keberanian, kenapa kau tidak ikuti saja Touma?"

Touma...
Dia adalah ksatria yang masuk organisasi paling terakhir. Bisa dibilang Touma adalah juniornya.
Tapi yang luar biasa dari Touma adalah dia menjadi kuat dengan cepat. Sangat cepat.
Dan juga orang yang memimpin para ksatria setelah terbongkarnya pengkhianatan Sang Master.

Seseorang yang membuat Ren merasa dirinya tidak pantas untuk berada di sisi teman-temannya.

"Tidak, terima kasih." Kata Dess sambil berjalan ke arah keran taman. Disana ia mulai membersihkan darah di kemejanya.
"Jika aku muncul dihadapannya dia akan membunuhku seperti dia membunuh Regiel."

"Ha! Kau takut mati?" Ejek Ren cepat.

"Tidak. Kau pikir aku takut mati saat aku sendiri mengikuti orang yang hampir membunuhku, begitu? Aku tidak gila."

"Well, you are."
Ren mendudukan dirinya di kursi taman terdekat.

"Kau cemburu pada Touma karena Kento memihaknya, bukan?"

"Tidak." Sahut Ren seadanya.

"Kau cemburu karena mereka akrab."

"Tidak!"

"Kau iri karena dia lebih kuat darimu."

"Tidak!!"

"Kata orang, bantahan yang keras berarti benar."

"Tidak! Tidak! Tidak!!"
Ren menatap nyalang pada Dess. "Diam atau kubunuh kau!!"

Dess memutar matanya malas lalu kembali memfokuskan dirinya pada kemejanya.
"Dasar pengecut..." gumamnya.

Dess sadar Ren akan terus seperti ini. Melarikan diri tanpa arah. Terlalu kalut karena fakta dirinya bukan lagi ksatria terkuat.

Ren harus sadar tentang kekuatan dirinya. Hanya dirinya yang bisa melampaui batasan itu. Dia harus paham..
Tidak ada manusia yang terlahir kuat. Semuanya lemah.


Weakest Bound [End]

J4_NU5

06 Oktober 2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Teabag - story for uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang