01 - Rebirth

15 2 0
                                    

ONESHOT

Terinspirasi dari Monotone by seredemia (AO3)

Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini

Enjoy~

Wei Ying melirik selang infus yang ada ditangannya. Dengan cepat melepas jarum yang menusuk di sana. Lan Zhan menyengit melihat hal itu.

"Infusnya sudah habis. Ayo pergi," ucap Wei Ying sambil berjalan menuju pintu.

Lan Zhan menarik tangannya. "Pergi ke mana?" tanyanya. Dia baru saja kembali setelah 2 hari menghilang dan dia ingin pergi lagi?  Tanpa sadar Lan Zhan menggenggam tangan Wei Ying semakin erat.

"Tentu saja pergi ke kamarku."

Ada sedikit nada bingung dalam suaranya. 

Setelah 2 hari menghilang, Wei Ying kembali dengan tubuh demam tinggi dan dehidrasi. Jadi Wen Qing memberinya infus dan menyuruhnya beristirahat total. Tidak ada yang tau apa yang ia lakukan selama 2 hari itu. 

"Aku cuma datang ke kamar ini untuk bermain game atau minum alkohol. Jika tidak, lebih baik aku kembali ke kamarku," jelas Wei Ying.

Wen Qing dengan sengaja menempatkan Wei Ying di kamar yang paling jauh dan sepi agar bisa beristirahat dengan tenang. Namun bukan Wei Ying namanya jika ia bisa diam. Sehingga untuk mengurangi rasa bosannya Wen Qing menyuruh Lan Zhan untuk menemaninya. Yang diterima Lan Zhan dengan senang hati.

Wajah bingungnya berubah jadi senyuman karena genggaman tangan Lan Zhan. Melihat Lan Zhan mulai tenang, Wei Ying menarik tangannya yang masih digenggam Lan Zhan, membuatnya ikut tertarik keluar pintu.

Pintu otomatis menutup dibelakang mereka. Wei Ying memejamkan mata menyambut sinar matahari. Saat ia membuka mata, Lan Zhan sudah berlutut di depannya dan memasangkan sepatunya.

Sebenarnya ia sudah terbiasa dengan sikap gentle Lan Zhan yang seperti ini, tapi menggodanya selalu menjadi kesenangan tersendiri baginya. Wei Ying terkekeh.

"Lan Zhan, apa yang kau lakukan?"

Lan Zhan tidak menjawab. Jadi Wei Ying hanya bisa menggelengkan kepala sambil mengulum senyum dan membiarkannya.

Selagi melewati halaman menuju kamarnya apungnya. Wei Ying membalikkan tubuhnya menghadap Lan Zhan, berjalan mundur.

"Hey, Lan Zhan!"

Lan Zhan yang sudah dari tadi menatapnya, bersiaga kalau-kalau Wei Ying tersandung, mengembalikan pandanganya ke mata Wei Ying. "Hmm."

"Saat di kampus kau selalu mengikutiku ke mana pun. Bahkan saat aku bolos, kau juga ikut bolos. Apa kau akan mengikutiku terus?" tanya Wei Ying. Kilat jahil muncul dari matanya.

"Ya," jawab Lan Zhan cepat. Bahkan tatapan matanya melembut menatap Wei Ying.

Wei Ying sedikit terkejut dengan jawaban mantap itu. Namun rasa terkejutnya dengan cepat kembali ke ekspresi nakal lagi. Menggoda Lan Zhan memang menyenangkan. Ia mengeluarkan tawa khasnya.

Hati Lan Zhan menghangat. Ia selalu merindukan suara tawa ini. Suara tawa yang selalu ingin ia dengar lagi.

Wei Ying berbalik, ia berjalan menuju jembatan apung yang menghubungkan kamarnya dengan halaman. Tidak lupa untuk kembali menggoda Si Giok yang ada dibelakangnya.

"Kalau begitu, saat aku mati apa kau juga akan mengikutiku?"

"Ya."

Langkah kaki Wei Ying langsung terhenti. Satu kakinya sudah berada di jembatan dan satunya masih berada di tanah. Senyum yang awalnya ada di wajahnya perlahan menghilang. Lan Zhan langsung menyesali jawabannya. Dia tau bahwa dia baru saja mengatakan hal yang salah.

Wei Ying tetaplah Wei Ying. Baik yang dulu atau pun yang sekarang, Wei Ying sangat benci jika orang lain terluka karenanya. Ia rela menyerahkan segalanya demi orang lain, bahkan jika ia harus kehilangan semuanya.

"... kenapa?" tanya Wei Ying. Suaranya lirih seperti sedang menahan tangis. Tangan Lan Zhan terulur, ingin menghilangan kesedihan itu dari wajah Wei Ying. Tapi Wei Ying sudah berpaling dan berjalan menjauh.

"Kenapa?" tanyanya lagi dengan suara yang sama. Ia naik ke jembatan, riak air karena gerakan jembatan mengalahkan suaranya.

Namun suaranya terdengar sangat jelas di telinga Lan Zhan. Hatinya seperti diremas tangan tak kasat mata. Sakit dan sesak. Membuat tangannya yang tadi menggantung di udara jatuh disisi tubuhnya. Kakinya melemas hingga tak bisa melangkah ke arah Wei Ying.

Wei Ying-nya. Wei Ying-nya terluka. Wei Ying-nya terluka. Terluka karenanya. Lagi.

"Wei Ying..."

Wei Ying berbalik ke arahnya. Bibir tergigit. Mata memerah, air mata sudah menggantung di pelupuk matanya. ia menggenggam tali pengaman jembatan erat.

"Kenapa? Kenapa? Kenapa?..." ia mengucapkannya berulang-ulang. Tubuhnya terguncang. Suaranya semakin tinggi dan tinggi hingga terdengar sangat menyakitkan.

Bayangan masa lalu memasuki pikiran Lan Zhan.

Jubah hitam-merah Wei Ying. Darah yang menetes jatuh dari dagunya. Air mata yang jatuh bersamaan dengan tawa histeris. Dan Yin Hufu yang hancur di atas kepalanya.

"KENAPA KALIAN TIDAK BISA MEMBIARKANKU PERGI DENGAN TENANG?!"

Wei Ying terisak semakin keras. Air mata mengalir deras dipipinya. Ia jatuh berlutut, tenggelam dalam kesedihan.

Lan Zhan tidak tau harus melakukan apa. Ia perlahan mendekat. "Wei Ying, maafkan aku..."

'Maafkan aku, Wei Ying. Tapi aku tidak ingin kehilanganmu. Tidak lagi.'

Lan Zhan menggenggam tangan Wei Ying, perlahan membawanya dalam dekapannya. Membiarkan Wei Ying membasahi baju putihnya.

"Apa yang membuatku begitu penting bagi kalian. Aku bukanlah siapa-siapa." raung Wei Ying disela tangisnya.

'Kau adalah segalanya.'

"Kejahatan apa yang aku lakukan di masa lalu sehingga aku tidak diperbolehkan bahagia?"

'Kau tidak melakukan kejahatan apapun.'

"Kau berhak bahagia."

Hanya itu yang bisa Lan Zhan katakan pada Wei Ying. Dan memang itulah kenyataan yang ingin Lan Zhan tunjukan.

"Bagaimana aku bisa bahagia?" Wei Ying melepaskan pelukan Lan Zhan dengan paksa. Berdiri sempoyongan di atas jembatan apung sambil berpegangan pada tali pengaman.

Lan Zhan berdiri, kembali menarik Wei Ying ke dalam pelukannya. "Aku akan membuatmu bahagia."

"Aku akan selalu berada disisimu."

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Tidak kali ini."

Rebirth [End]

J4_NU5

18 Juni 2021

Teabag - story for uTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang