KA | 03

10 2 0
                                    

SAAT dijalan pulang, kedua remaja itu diikuti oleh empat motor besar dengan wajah yang tertutup topeng hitam.

Ananta melirik sekilas dari kaca spion. Ananta bingung. Orang gabut mana yang sedari tadi menguntit mereka.

Karena tak mau ambil pusing, Ananta melajukan motornya sekencang mungkin untuk menghindari keempat motor tersebut. Sebenarnya ia tidak ingin menghindar, hanya saja Ananta tidak tega melihat Kayla yang sudah ketakutan dan bercucuran keringat panas dingin.

"Pegangan yang kuat, Kay!" perintah Ananta pada Kayla.

Kayla hanya membalas dengan anggukan kepala, karena gadis itu sudah sangat ketakutan untuk menjawab dengan suara.

Kayla berpegangan kuat pada pinggang Ananta, Ananta langsung menancap gas motornya. Tapi, tak menghabiskan waktu lama, tiba-tiba kendaraan yang Ananta kendarai melindas paku, menyebabkan ban motornya bocor.

Sepertinya, ini sudah direncanakan oleh seseorang.

"Sialan!" umpat Ananta kesal sambil menendang ban motornya yang bocor.

"Nan, aku takut banget." Muka Kayla sudah terlihat sangat ketakutan.

Ananta menarik tubuh Kayla kedalam dekapannya. Laki-laki itu dapat mendengar mendengar nafas Kayla yang tidak teratur dari jarak sedekat ini. "Ada gue, jangan takut."

Tak lama setelah itu, keempat motor besar tadi telah sampai. Tanpa aba-aba, keempat motor itu mengepung Ananta dan Kayla yang tampak ketakutan.

Ananta semakin menguatkan pelukannya ke Kayla, keempat orang tersebut turun dari motornya.

Melihatnya, Ananta sudah menduga siapa yang sedari tadi mengikuti mereka. Lelaki dengan Headband di kepala dengan tulisan Astreo Gang.

Dia Dhimas, cowok yang juga mengejar-ngejar dan terobsesi dengan Kayla. Keempat cowok tersebut turun dari motornya dan sedikit mendekat ke arah Ananta dan Kayla.

"Pengecut lo, kalau berani satu lawan satu!" tantang Ananta kepada Dhimas. Laki-laki itu masih setia memeluk Kayla.

Sedangkan Dhimas hanya tersenyum miring.

"Nan, mending pulang aja. Aku takut banget." Sepertinya kali ini Kayla berkata dengan nada terisak. Bagaimana tidak, Kayla sudah ketakutan setengah mati.

"Lo tunggu di sini, gue mau lawan pengecut kayak dia dulu!" Pelan pelan Ananta melepaskan pelukannya dari Kayla. "Lo jauh jauh dari sini!" perintah Ananta.

"T-tapi, Nan?"

"Nurut."

Kini, Ananta telah berhadapan dengan Dhimas dan ketiga anggota Astreo Gang.

"Yakin lo lawan kita?" Tanya Dhimas seakan menantang Ananta.

"Gak usah banyak bacot lo, Anjing!" Ananta langsung menyerang Dhimas tanpa aba aba, membuat Dhimas terkejut sehingga tak dapat menahan pukulan yang dilayangkan oleh Ananta.

Di sebrang jalan, Kayla meringis ketakutan, melihat Ananta di keroyok oleh empat orang sekaligus. Kayla bingung harus bagaimana untuk menolong Ananta. Sesekali, ia menjerit ketika melihat Ananta mendapat pukulan yang sangat keras, membuat laki-laki itu terjatuh.

Namun, Ananta tidak menyerah. Ia terus melawan. Sampai akhirnya, Kayla mendapatkan ide. Kayla mengambil handphone dari kantong celana dan langsung menelepon abang ketemu ketemu besarnya, alias Ryan.

Setelah Ryan mengiyakan untuk menyusul, Kayla langsung menutup teleponnya. Ia melihat sekitar untuk mencari pertolongan sembil menunggu Ryan dan anggota Red Wold yang lain. Tapi, hasilnya nihil karna ini sudah larut malam. Jalanan yang mereka lewati juga memang sepi, jadi tidak ada transportasi yang melintas di jalan ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kayla AnantaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang