Happy Reading ❤
...
Di halte yang catnya hampir pudar itu, seorang gadis berhijab tengah termenung. Azzara namanya. Tangan kanannya memegang pensil sementara buku tulis terletak di pangkuannya. Ya, gadis itu sedang memegang alat tulis walaupun pensil yang ia pegang hanya diam di tangannya. Sejatinya pikiran gadis itu sedang tidak fokus pada sesuatu yang ia tulis, tetapi ada sesuatu yang membuat hatinya sedikit resah.
"Woi, lu gak papa, kan?" tanya seorang pemuda yang memakai seragam sekolah yang sama dengan yang Azzara kenakan. Badge nama yang terpasang di kemeja cowok itu bertuliskan “Carlos Adrian Horison”.
"E-eumm, gua gapapa kok, kenapa?" jawab Azzara sembari menatap sang penanya.
"Kok muka lu kayak ditekuk gitu? Senyum dong! Kayak Mak Lampir aja kagak ada senyum-senyumnya," timpal si pemuda.
Lelaki itu lalu duduk di samping si gadis dan menepuk pundaknya, membuat jantung si gadis terasa berdegup lebih kencang. "Lu kalo ada masalah, cerita sini! Gue dengerin."
"Gu-gua gapapa, tapi ...." Si gadis menjawab dengan menggantung kalimatnya.
"Lo laper?" tanya cowok itu sebelum sempat si gadis menyelesaikan kalimatnya. "Nih," sambung lelaki itu sambil menyodorkan sebatang cokelat yang ia ambil dari sakunya.
"Ngga, ih. Apaan sih?" jawab gadis itu sebelum kembali menulis sesuatu di bukunya.
"Kalo kagak mau ya udah." Si cowok membuka bungkusan cokelat itu dan memakannya sendiri. Namun, setelah satu gigitan, ia menyodorkannya lagi kepada gadis di sampingnya. "Mau?"
"Mauu!” Mungkin Azzara sebelumnya kurang fokus. Kali ini dia malah mengiyakan tawaran Carlos setelah sebelumnya menolak. “Suapin dong!" ujar gadis itu merengek.
"Nih, aaa!" Si cowok mendekatkan cokelatnya ke mulut si gadis, menunggunya membuka mulut dan menangkap cokelat yang ia suapkan.
"Aaaa." Gadis itu pun membuka mulut, menggigit dan mengunyah cokelat itu. "Thanks ya, Carl."
Sementara itu, Carlos hanya bereaksi dengan senyuman. "Itu bekas mulut gue, BTW."
"Astagfirullah, Carlosss!" ucap Azzara sembari memukul pelan pundak Carlos.
"Salah sendiri. Pas masih belum dibuka, lu gak mau. Pas udah gue gigit, lu malah mau," dalih Carlos.
"Oh iya, lu nulis apaan? Sini, lihat!" ucap si pemuda penasaran dengan apa yang ditulis Azzara.
"Nggak, jangan! gua lagi nulis hafalan Al-Qur'an gua udah sampe mana," ucap Azzara sambil menengok ke arah Carlos. "Lu ngga akan paham, Carl," lirih Azzara.
Carlos berdecak. "Ah, pelit lu!" keluhnya seraya menggigit bekas gigitan Azzara di cokelatnya.
"K-kok lu makan bekas gigitan gua sih Carl?!" ucap Azzara kaget karena Carlos memakan bekas gigitannya di cokelat tadi.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Carlos seolah bocah polos yang tak merasa melakukan kesalahan apa pun.
"G-ga papa sih, tapi gua takut dosa" jawab Azzara murung.
Sebenarnya Carlos tidak begitu paham dengan kalimat Azzara. Dosa dari mana? Kan cuma makan coklat doang. Gue kan juga gak nyolong.
Pandangan Azzara menangkap arloji di pergelangan tangannya menunjukkan pukul dua. “Astagfirullah, gua belum sholat. Kok udah jam dua, sih?” hebohnya.
“Ya, sholat aja sana. Gitu aja kok repot,” sewot Carlos.
"Dekat sini ngga ada tempat sholat Carl," ucap Azzara. "Atau lu mau anterin gua cari masjid?" lanjutnya bertanya.
YOU ARE READING
Secarik Kata Tersimpan
Short StorySepenggal Karya Admin & Member Schwarz Phönix Alphabetisierung Semoga suka & Happy Reading ❤