HAPPY READING ❤️
•
•
•"Rasanya seperti sampah!" Chloe melemparkan piring berisi sepotong kue ke seberang ruangan.
Suara pecahan porselen mengisi ruangan itu, menggetarkan lampu gantung di atas beberapa orang yang terdiam di tempat."Ini sudah yang ketujuh. Tujuh kali kalian memberikanku kue bodoh!" bentaknya sambil mengangkat gaun merah muda dengan kedua tangan.
Sepatu haknya mengetuk lantai marmer dengan nyaring ketika ia mendekati sang koki yang tertunduk ketakutan.
"Aku sudah lelah mengatakan untuk membuatnya sesuai yang kuminta. Jangan terlalu manis. Jangan mendekorasi asal-asalan. Warna dan teksturnya harus pas. Tapi lihat kue ini!" Chloe menatap tajam sang koki.
Sang koki menunduk semakin dalam, "Maaf, Nona. Kami sudah berusaha. Kami sudah berusaha mengikuti permintaanmu. Mungkin kami kurang teliti. Mungkin kami kurang menambahkan sesuatu-"
"Itu saja alasanmu! Ini hari terakhir. Sekali lagi kalian gagal, kalian harus ganti rugi atas semua kesalahan kalian!" Chloe menunjuk ke arah pintu, "Sekarang keluar dan singkirkan sampah itu dari ruanganku. Dan pastikan kalian kembali dengan kue yang kuminta!"
Sang koki mengangguk dan berbalik untuk mengangkut kue yang besar itu bersama dua pelayan. Sayang sekali, Chloe tidak tertarik dengan lima susun kue beraroma vanila yang dilapisi cokelat itu. Bahkan dekorasi meriah dari gula-gula, buah-buahan dan krim warna warni tidak cukup indah di matanya. Beruntungnya, para pelayan dapat menikmati kue itu sebagai makan malam.
"Dan bersihkan kekacauan itu!" perintah Chloe kepada seorang pelayan yang tersisa seraya menunjuk piring pecah di lantai.
Seketika setelah kue besar itu menghilang dari balik pintu, seorang wanita setengah baya dengan rambut cokelat digulung di atas kepalanya memasuki ruangan. Ekor gaun hijau mudanya bergoyang menyapu lantai setiap kali ia mengambil langkah dengan anggun.
Raut wajahnya yang molek terlihat agak kecewa ketika mendapati putrinya terduduk di sofa dengan cemberut sambil menatap pelayan
yang sedang mengutip pecahan piring dan kue."Sayang, kuenya masih tidak sesuai?" tanya Carissa seraya mengambil tempat di sampingnya.
Putrinya mengangguk dan berganti menatapnya, "Rasanya seperti mentega basi dan dekorasinya semakin norak dari yang sebelumnya," ia terisak, "Aku tidak bisa membayangkan jika kue selanjutnya lebih buruk. Hanculah pestaku."
"Tapi mereka adalah koki terbaik yang bisa kita temukan, Sayang. Tidak mungkin seburuk itu-"
"Ibu lihat sendiri tadi. Aku sudah muak. Dan bukan hanya tentang kue. Gaun, dekorasi, hidangan-" Ia mengerang, "Pestanya besok. Dan mereka semua terlihat ingin mempermalukanku. Aku tidak bisa menerimanya. Teman-temanku akan menertawaiku! Ibu harus lakukan sesuatu!"
Carissa terlihat berpikir sejenak, lalu ia menghela napas, "Baiklah, Ibu akan katakan kepada mereka. Tapi tolong, jangan seperti ini. Coba perlihatkan senyum cantikmu, Sayang," pinta Carissa.
Chloe tidak tersenyum. Gadis itu mengalihkan pandangan ke lantai tempat piring yang ia lempar mendarat. Kini yang tersisa hanya remah-remah cokelat kering.
Carissa memutar bola matanya dan bangkit meninggakannya. Ia segera menuruni anak tangga marmer menuju aula di lantai bawah. Ruangan yang luas itu dihias dari sudut ke sudut dengan bunga merambat.
YOU ARE READING
Secarik Kata Tersimpan
Short StorySepenggal Karya Admin & Member Schwarz Phönix Alphabetisierung Semoga suka & Happy Reading ❤