0.1 - Pemeran : Marva

31 5 0
                                    

Di tengah guyuran hujan dari langit Kanada, yang samarkan hujan dari mata si anak tujuh warsa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di tengah guyuran hujan dari langit Kanada, yang samarkan hujan dari mata si anak tujuh warsa. Ia kokoh berdiri, seakan tak terlintas sedikitpun ingin untuk menepi, untuk sekedar lindungi diri dari deras air mata langit. Maniknya lekat pandangi gundukan tanah tempat yang terkasih bersemayam.

Kini, tempat pulang berupa rumah mustahil terasa sama, dia sudah kehilangan hangatnya. Manusia yang dengan tangan terbuka menyambut pulang sang putra, sudah tak lagi pijaki bumi yang sama. Satu persatu telah ditakdirkan pergi, tinggalkan ia berteman bersama sepi.

"Sudah cukup untuk hari ini," ujar sebuah suara, disusul dengan rangkulan hangat dipundaknya.

Anak itu menganggukkan kepala, tanda setujui ucap sang kakek yang baru ia tau rupa parasnya hari ini. Ia enggan mendongak, tak punya nyali tuk bertemu tatap dengan orangtua dari ibunya itu.

Kini, ia menangis terisak untuk terakhir kalinya. Didepan tempat peristirahatan terakhir sosok yang dikira bisa ia ajak melangkah bersamanya sampai dewasa kelak. Sesak yang jejali seisi ruang rasa ia suruh keluar paksa. Niat hati tak ingin sisakan sedikit pun air mata untuk dijatuhkan kembali esok hari.









Mari beralih, dari latar sepilu pemakaman ke tempat hangat yang mereka beri juluk rumah.









"Dimakan dulu, jangan melamun terus. Nanti kamu sakit, Mark," sang kakek bersuara.

Mark, nama sang anak yang kini mulai menyuap makan malamnya tanpa suara. Ada banyak pertanyaan yang ingin diajukan. Teramat banyak sampai kepalanya dibuat sakit. Mark terjebak dalam bingung, setelah tiba-tiba llditimpa banyak alur melankolis.

"Anak baik! Kamu harus tetap kuat. Ditinggal pergi jangan sampai buat kamu kepikiran untuk pergi juga."

Mark bukan anak bodoh, ia sedikitnya paham maksud sang kakek. Kini, hatinya seakan diiris, ini temu pertama mereka. Bagaimana bisa sosok di depannya menerima Mark dengan begitu baik? Saat sang anak masih sulit mencerna keadaannya detik ini.

"Setelah ini, kamu mau apa? Saya bisa bantu wujudkan apapun yang kamu mau. Saya akan menghidupi kamu mulai detik ini."

Mendengar kalimat panjang sang kakek, ia diam tak bergeming. Tak tau harus menjawab apa. Otaknya bekerja keras membuka ingat tentang arti kalimat yang diucap sang kakek. Mengumpulkan kosa kata bahasa Indonesia yang ia pelajari secara mandiri selama satu tahun kebelakang.

Nihil, ia hanya bisa menerjemahkan beberapa kata. Alhasil, seakan kibarkan bendera putih, ia menggelengkan kepala dengan manik siratkan pasrah.

"Hahaha, saya lupa. Kamu bisa bahasa Indonesia?" tanya sang kakek, pilih tatanan bahasa paling sederhana yang ia harap bisa dimengerti si cucu satu-satunya.

Mark menggeleng lesu, "But I understand ... a little," ucapnya kemudian.

"Maaf ya, saya lupa."

Tepukan halus dikepala iringi kalimat sang kakek. Membuat kurva terbuka terlukis di wajah tampan sang anak, walau amat tipis sampai nyaris tak terlihat. Kontras dengan maniknya yang memerah, mulai berkaca.

"Why are you being so nice to me?" Akhirnya, tanya yang sedari tadi buat sesak ia lontarkan juga.

"We even only met once, hiks," lanjutnya, teriring tangis yang ternyata belum habis dikuras.


Ada banyak kalimat yang ingin diutarakan sang kakek. Sayang, lidahnya mendadak kelu. Rekam jejak pilu di kemarin hari satu-persatu penuhi kepalanya, sekian jenis daripada kehilangan menyeruak masuk. Buat ia diserang bingung pun sesak sesaat, entah kalimat bagaimana yang bisa buat tangis anak di depannya lekas reda.










"I just have nothing, hiks."

"Take me with you ... please."










+










"Mulai sekarang, nama panggilan kamu ... Marva."











+












Mari bersua dengan lakon utama di bagian ini!

Mari bersua dengan lakon utama di bagian ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark ; gemoy ver.

Mark ; gemoy ver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marva Lee ; Bandung ver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marva Lee ; Bandung ver.


Marva ; nanges pen pindah kewarganegaraan ver

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marva ; nanges pen pindah kewarganegaraan ver.


Sampai jumpa lagi!
07.10.21
543 kata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bumi dan Narasi; NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang