Aktor Penghargaan Oscar

1.4K 188 29
                                    


Sunghoon duduk menatap kosong ruang IGD yang sudah Riki masuki sekitar satu jam yang lalu.
Ia hanya merasa bersalah tubuhnya secara tidak sadar membawa tubuh anak yang 'tidak diinginkannya' itu kerumah sakit.

"Dengan keluarga pasien Riki Park?"
"I-iya saya ayahnya"

Dokter itu menghela napasnya panjang. Junkyu iya itu Kim Junkyu dokter yang sama yang menangani Riki beberapa minggu yang lalu.

"Ada yang perlu saya bicarakan Tuan Park silahkan ikuti saya"

Sunghoon tanpa pikir panjang mengikuti Junkyu sampai keruanganya. Ditatapnya wajah dokter itu penuh harap semoga 'putranya' baik-baik saja.

"Apakah Riki sudah menceritakannya kepada anda?"

Sunghoon mengerutkan keningnya menceritakan? Ada apa ini? Menceritakan apa?

"Menceritakan tentang?"
"Sudah kuduga bocah bandel itu tidak mengatakan apapun padamu"

Junkyu mengotak-atik laci mejanya mencari berkas tentang anak itu. Sunghoon hanya duduk diam menatap aneh Junkyu.

"Ini riwayat kesehatannya dan beberapa hasil Rontgen yang aku ambil beberapa waktu yang lalu. Aku hanya ingin mengatakan bahwa anak itu sedang tidak baik-baik saja"

"Maksudmu? Aku ayahnya aku tahu dia sehat bahkan setiap pagi ia selalu tersenyum jangan mencoba membohongiku"

"Jika anda tidak percaya anda bisa membaca surat-surat ini sungguh aku tidak berbohong"

Sunghoon lagi-lagi diam menatap berkas coklat itu.

"Ah ya Ayah Park ada yang ingin saya tanyakan"

Sunghoon menaikan satu alisnya.
"Apakah Riki korban kekerasan? Atau mungkin korban bullying disekolahnya?"

"Tidak sama sekali" sahut Sunghoon dengan yakin

"Begitukah? bagaimana bisa ia kehilangan banyak darah, beberapa bagian tubuhnya penuh lebam pukulan, dan yang lebih parah ia mengalami HNP atau biasa disebut saraf kejepit. Jika dilihat penyebab utama Riki dapat mengidap ini karena melemahnya tulang belakangnya dan otot perutnya juga melemah tidak hanya hari ini sebelumnya saya juga melihat bagian perut Riki lebam seperti habis terbentur sesuatu yang keras itu membuatnya seperti itu. Ini hanya berarti dua kemungkinan pak"

Sunghoon bungkam atensinya menatap kosong berkas diatas meja Junkyu. Entahlah apa yang sedang ia pikirkan.

"Jadi pak apa anda benar-benar yakin bahwa Riki tidak mengalami kekerasan fisik? Atau mungkin adakah salah satu keluarga anda yang mengindap penyakit ini?"

Sunghoon bangkit tidak menjawab meraih berkas itu dan melenggang pergi tanpa sepatah katapun. Junkyu sudah yakin ada yang tidak beres dengan keluarga Park ini. Ia harus menyelidikinya.

-_+

Sunghoon memasuki ruang kerjanya melempar asal berkas tersebut. Ia masih ragu membacanya bisa saja kan itu hanya akal-akalan dokter agar membayarnya lebih?

"Aku tidak peduli"

-_+

Ruang makan terasa sunyi hanya terdengar dentingan sendok yang saling beradu. Jungwon menatap takut ayahnya begitupun dengan Jake.

Jungwon menghela napasnya menetralkan rasa takut dan egonya memilih membuka suara.

"Yah .. a-adek mana?"
"Ada"

Jake masih diam menatap makanannya pagi ini terasa hambar tidak ada sapaan selamat pagi, tidak ada senyuman manis putra bungsunya sungguh monoton.

"Oh .. adek dikamarnya ya? Biar kakak yang panggil klo gitu"
"Duduk dan lanjutkan sarapanmu"

Jungwon benar-benar hilang langkah rasa takutnya lebih besar sekarang.

"Jungwon lanjut sarapan biar papa yang–"
"Selamat pagi!"

Ketiga orang tersebut mengalihkan atensinya kepada anak 15 tahun itu. Senyuman merekahnya membuat siapapun yang melihatnya akan ikut tersenyum.

Riki memaksakan langkahnya merasakan nyeri luar biasa disetiap langkahnya. Ia menepis rasa sakit itu sungguh euphoria kebahagiaannya mengalahkan semua rasa sakitnya dalam satu detik.

Brukh!

Baru tiga langkah tubuhnya terhuyung dengan sigap lengan kekar seseorang merengkuhnya.

"Hati-hati ki"
"Hehe makasih kak Junkyu"

Junkyu tersenyum membantu Riki berjalan sampai duduk di kursinya.

"Maaf lancang karena saya masuk tanpa seizin tuan rum—"
"Kak Junkyu kok bisa sama adek?"

Junkyu sedikit membelalakkan matanya lucu menatap Jungwon teman sekelas adiknya atau mungkin bisa disebut 'sahabat'.

"Eih? Riki adikmu?"
"Iya! Riki adek aku, Riki sakit ya kak? Dek adek sakit? Sakit kenapa sini cerita sama kakak"

Junkyu menaikan alisnya bingung. Kakaknya sendiri tidak tahu adiknya ini sakit yang benar saja.

"Adek sakit apanya sayang hm? Adek gapapa hm? Mau makan apa hm? Adek..hiks.."

Junkyu masih bingung dengan kondisi keluarga ini. Jika kakaknya tidak tahu mengenai keadaan sang adik itu mungkin sedikit wajar namun kali ini berbeda. Bahkan orangtuanya pun juga tidak tahu?

Sungguh hebat. Riki harus mendapat penghargaan oscar sebagai aktor yang hebat sampai orang-orang disekitarnya tidak menyadari keadaannya.

"Sebenarnya Riki—"

Riki meraih cepat tangan Junkyu menatapnya dengan sayu dan menggeleng kecil.

"Ada apa kyu? Apa Riki baik-baik saja?"
"Riki kenapa kak?"

"Hehe tidak apa-apa Riki sehat lihat nih, adek kuat kan adek baja"

Riki membuat wajah jenakanya didepan papa dan kakaknya. Membuat Jake dan Jungwon bernapas lega. Sedangkan Junkyu tersenyum miris menatap Sunghoon.

"Jangan terus menerus memakai topeng ki, tunjukkan semua yang kau punya pada semesta agar semesta berhenti bermain-main denganmu"
-Dr.jk

"Aku akan terus memakainya sampai semesta dengan senang hati tidak menertawaiku dan mengijinkan ku bahagia dengan sendirinya"
-rk

Tbc—
Bii mode rajin up
Semoga ini bukan stok buat beberapa bulan kedepan 🙂

Tbc—Bii mode rajin up Semoga ini bukan stok buat beberapa bulan kedepan 🙂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thks udah nyempetin baca
Stay healthy and happy <3
See you~

✓ Ayah Hoonie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang