pada pusat tatapnya ke hamparan langit sore, ia menemukan bulan dengan satu bintang yang hampir terlihat jelas. langkahnya berhenti, memberi waktu rehat sejenak untuk netranya melihat cantiknya perpaduan swastamita bersama bulan bintangnya.
dalam hati ia mengeluhkan perihal cuaca pekan ini yang selalu tidak sesuai harapannya, dan barulah ia kembali tersenyum melihat langit yang ditunggu; sedikit mengurangi penat dengan hiruk pikuk hari ini.
senja memang selalu punya caranya sendiri untuk keindahan di mata para insan. ia mengakui itu.
tatapannya teralihkan ketika mendengar suara klakson mobil dari arah yang berlawanan dengannya.
"senja!!" panggil seseorang yang baru saja keluar dari mobil, dan lihatlah lambaian tangan dari dua orang lainnya di dalam mobil menyapa gadis berasma senja tersebut.
kemudian senyuman senja semakin lebar melihat itu. ahh benar, ia juga senja... bagi mereka yang memang menatapnya sebagai senja.
"kamu ngapain disitu? rumah udah deket juga, sini cepet udah mau malem ini!" perintah salah seorang yang paling tua diantara mereka.
senja hanya perlu menurutinya dengan senang hati kalau begitu, sebab ia melihat di tangan perempuan itu menggenggam banyak kantong makanan, berhubung senja lapar juga.
"kaura, kok kalian bisa bareng gini?" tanya senja pada gadis yang baru saja keluar dari mobil bersama tiga tas di tangannya.
"ck sumpah vi, jangan panggil aku kaura bisa ngga? aneh didengernya." protes empunya nama sembari menempatkan tas-tas milik para kakak-kakak yang sudah berbaik hati membelikan makanan untuk kumpul malam ini.
"dih kamu aja panggil aku beda sendiri, napa aku ngga boleh?"
"karna nama senja ngga cocok sama kepribadian kamu yang gini, makanya kupanggil vina aja"
"yaudah kalo gitu aku panggil kamu kaura aja, biar ga ribet manggil kak aura segala. lagian kedengeranya mirip kok."
"ngapain lo pada hah? ganti baju sanah, ga nyadar bau banget tuh badan?"
"nah kalo yang satu ini, panggil aja gisel. just gisel. kalau diganti, takut ngamok." ledek senja sembari perlahan melangkah pergi ke kamar.
"tuh kan mulai kesel, tau ah kaborrr" pun begitu juga dengan aura yang mengekori senja.
"kak karin ihh tuh kan kalo gue yang ngasih tau ga didengerin!" rengeknya pada seseorang yang sudah mereka anggap kakak kandung sendiri.
gadis yang akrab dipanggil karina itu menggelengkan kepalanya, "yaudah sii biarin aja, ya lagian kamu duluan yang mulai. apaan tuh ngata-ngatain bau?"
"hih maksud aku tuh bau wangi"
"alesan."
• • •
lagi-lagi senja dikendalikan oleh langitnya. melupakan dua orang di dalam mobil yang sudah tertidur pulas, dan aura di sebelahnya yang juga fokus menengadahkan kepala mencari-cari apa yang dilihat senja.
hanya ada warna gelap malam.
aura menatap senja yang duduk diatas mobil, "liat apa vi?" tanyanya.
senja mengedikkan bahu dan beralih kepada aura, "apa ya? ngga tau." jawabnya sembari merubah posisi duduk bersila.
"kak karin sama kak gisel udah tidur, keliatan capek banget." tambah senja merubah topik.
aura melipat tangan di depan dada kemudian mengangguk, "pemotretan pertama kak karin sukses besar hari ini, sedangkan festival musik sekolah kak gisel ada kendala sedikit tapi syukurnya selesai sesuai harapan juga." jelas aura yang mengetahui aktivitas sahabat-sahabatnya.
"kalau kaura sendiri gimana? sibuk apa tadi?"
aura nampak berfikir sebelum ia tertawa kecil lalu menjawab, "jadi ekor mereka berdua haha."
senja ikut tertawa, "pantes tau semua."
"btw vi, kamu mau lanjut kemana setelah ini?" perubahan topik oleh aura sedikit mengganggu pikiran senja akhir-akhir ini, sebab memang itu yang menjadi masalah senja kenapa hanya ia yang tidak punya kesibukan seperti sahabat-sahabatnya.
"mama papa udah ngasih saran buat lanjut kemana sih kak, tapi aku pengen ngelakuin hal yang aku suka dulu. entah itu bisa atau engga." nada bicara senja juga langsung mengganggu hati aura, mungkinkah ia salah bertanya?
"kamu pasti bisa, aku aja bisa masa kamu engga? ngga kece kalo ngga sama yakan."
"ya walaupun aku bisa bebas karna ngga ada yang peduli sih..." imbuh aura tanpa perubahan ekspresi di wajahnya, padahal pembahasan kali ini sudah termasuk yang tidak ia sukai.
senja tidak menjawab lagi, ia pun tidak akan bertanya sebelum sahabatnya sendiri yang mulai menceritakan. ia menatap lekat aura yang berjongkok sedang memainkan bebatuan.
disaat-saat seperti ini, pikiran senja suka berkelana kemana-mana seperti contohnya, "nasib kaura sama nasibku lebih baik yang mana, ya? kok keliatannya itu berat banget buat kaura." walaupun ia sendiri sudah tahu jawabannya kalau tuhan itu adil, dan setiap orang punya porsinya masing-masing perihal sedih dan bahagia.
tetap saja pikiran senja tidak bisa berhenti berempati meski sedang berkelana. pada akhirnya senja turun dari tempatnya dan memeluk aura sebagai penyemangat, karna hanya itu yang bisa ia lakukan selain mendengarkan dan memberikan saran seperti biasanya.
senja akan tetap menjadi senja, meski pada akhirnya malam akan selalu lebih berkuasa atas langit. dan senja akan tetap menjadi senja, meski pada akhirnya hidupnya selalu tidak beruntung karena takdir.
senja tidak akan berubah karena perannya hanya sebagai pelengkap semesta, namun satu fakta yang ia ketahui, senja juga berharga karena ia peran utama dari skenario hidupnya.
meski tidak ada yang memahaminya, meski tanpa ada yang menemani kala ia butuh, meski tidak ada yang mau mendengarkannya, merengkuhnya, dan menenangkannya, senja akan tetap pada tempatnya untuk melakukan hal sebaliknya kepada mereka.
_ _ _ _ _
notes:
agaknya sampai sini belum paham apa inti dari ceritanya, ya? of course, ini masih bagian awal.
jadi ayo tetap disini bersama mereka sampai lembar akhir!
KAMU SEDANG MEMBACA
runtuh
Fanfiction[ ft. aespa ] "kalau kalian punya masalah masing-masing dalam hidup, kalian bisa cerita ke aku, karna aku punya semua masalah kalian. iya, aku pernah dan masih ngerasain semuanya sampai sekarang." ©Ratnamonalisa, 2O21