“Kau?”
Sakura menganga tak percaya akan apa yang tengah ia lihat saat ini. Seorang gadis blasteran yang berperawakan lebih tinggi darinya kini menatapnya intens dari atas sampai bawah. Itu membuatnya agak risih. Namun ada suatu hal yang membuat mereka terus bertatapan, bahkan kedua lelaki tampan itu hanya bisa menunggu acara itu selesai.
Setelah beberapa menit berlalu, karena merasa terabaikan Ryuu pun membuka pembicaraan. Hide? Ia bersandar di dinding seperti anak hilang.
“Ehm, ada apa ini? Apa kalian sudah saling kenal?” tanya Ryuu di tengah-tengah gadis-gadis itu.
Krik. Ryuu merasa tidak tampan lagi ketika kedua gadis itu mengabaikannya. Apa suaranya tidak kedengaran? “Hei!”
Kedua gadis itu pun berbalik ke arah Ryuu dengan secepat kilat. Sepertinya mereka terkejut. Ryuu menghela napas panjang.
“Apa kalian sudah saling kenal?” tanya Ryuu yang kedua kalinya.
“Itu…”
“Ehm…”
“Sebenarnya, aku tidak tahu dia siapa.” Jawab Sakura dengan wajah yang sangat polos sambil memiringkan kepalanya ke samping.
“Lalu untuk apa kalian bertatapan seperti tadi? Ck.” Baru kali ini Ryuu meninggikan suaranya. Mungkin, ia sudah lelah. Kedua gadis itu hanya bisa menyengir kuda sedangkan Hide menutup matanya kesal. Tampak beberapa perempatan jalan di kepalanya.
Hide berjalan mendahului mereka. Mungkin, ia juga sudah lelah.
“Aku tidak tahu, tapi aku merasa pernah bertemu dengannya.” sahut Helena. “Entahlah, itu terjadi begitu saja.”
Sakura mengangguk membenarkan ucapan Helena. “Hm, aku juga merasakan hal itu.” Ryuu memegang kepalanya, ia sedang memikirkan sesuatu dengan sangat serius.
“Namaku Helena. Ayo, kekamarku. Aku membawa banyak hadiah.” Ucap Helena sembari tersenyum manis lalu menarik tangan Sakura menuju kamarnya yang sempat tertunda. Dengan pasrah, Sakura menuruti perkataan gadis yang sepertinya lebih tua darinya, meninggalkan seorang lelaki jakung di sana.
“Hm, sepertinya aku tahu apa yang terjadi dengan kali―hei, kemana orang-orang ini?” tanya Ryuu entah kepada siapa. Ia merasa tidak tampan lagi dua kali lipat saat mengetahui gadis-gadis itu meninggalkannya. Dalam diam ia meringis, ia sudah lelah.
~~^o^~~
Gelap. Deruan napas terdengar begitu jelas tak beraturan. Entah apa yang terjadi di luar sana, samar-samar erangan bahkan teriakan tak segan-segan menyeruak masuk ke dalam telinganya. Membuatnya semakin mempererat pelukan pada lututnya. Ia sedang bersembunyi.
Berusaha tak mengeluarkan suara sekecil apapun. Dari sela-sela pintu lemari ia memberanikan dirinya untuk sekedar memenuhi rasa penasarannya. Ia melihat sesuatu di sana. Entah apa yang dengan brutalnya membunuh seorang wanita tua yang diketahui adalah ibunya. Tapi dengan pisau dapur?
Ia terbelalak melihat pemandangan yang tak menyenangkan itu. Ia tak tahan lagi.
“Ibu!” teriaknya. Ia terduduk, pemandangan itu langsung saja menghilang. Namun rasa takut itu masih membekas. Sembari menyekap peluhnya, ia menghela napas berat. Ternyata itu hanya mimpi. Ia tertunduk, membuat rambut panjangnya bergoyang. Malam itu masih menunjukkan pukul 01.00 dini hari.
“Sudahlah Sakura, itu tidak mungkin terjadi.” Ucapnya pada dirinya sendiri. Ia turun dari tempat tidurnya dan keluar dari kamar. Sejak mimpi itu membangunkannya, ia tak bisa kembali tidur dengan tenang. Ia memilih untuk keluar menuju dapur mengambil segelas air putih dan meneguknya dalam satu tegukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Blue
Teen Fiction'Selimut?' Aku terkejut. 'Sebenarnya dimana ini? Apa yang terjadi?' Kucoba untuk menghirup napas sedalam-dalamnya untuk menjernihkan pikiranku. Aku harus memikirkan ini dengan tenang. Sepertinya, tubuhku sudah bisa menyesuaikan diri. Perlahan namun...