Udara yang dingin membuat siapa pun enggan meninggalkan rumah mereka. Tetapi berbeda dengan gadis bersurai hitam legam itu. Ia harus bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari dan juga sang nenek yang tinggal di desa. Ia adalah Keiko, gadis 19 tahun yang memutuskan melanjutkan pendidikan di kota besar Tokyo dengan mengandalkan beasiswa. Saat ini ia akan berangkat ke kampusnya dengan kereta listrik bawah tanah Tokyo. Disinilah awal kisahnya dimulai.***
Di dalam kereta terlihat sangat sesak, karena banyaknya penumpang yang ingin segera menghangatkan tubuh mereka sesampainya di tempat tujuan. Keiko yang tidak menemukan tempat duduk pun memutuskan untuk berdiri di depan seorang pemuda berjas hitam. Karena tidak tega, pemuda tersebut pun merelakan tempat duduknya untuk gadis manis itu.
"Hei, sepertinya kau sakit, wajah mu pucat sekali. Duduklah disini," ucap pemuda tersebut.
"Ah, tidak masalah Kak," sahut Keiko, karena menurutnya pemuda itu lebih tua darinya, "saya baik-baik saja," lanjut Keiko.
Namun, pemuda tersebut tetap memaksa Keiko untuk duduk di kursinya, Keiko pun pasrah dan menuruti perkataan pemuda tinggi itu.
"Oh ya, siapa namamu?" tanya pemuda berjas tersebut sambil mengulurkan tangannya.
Keiko pun mendongak untuk menatap pemuda yang sedang mengulurkan tangannya tersebut. "Keiko," balasnya singkat.
Si pemuda tersenyum, lalu membalas, "Perkenalkan namaku Hikaru, aku adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta."
Keiko hanya tersenyum menanggapi. Mereka terus mengobrol di dalam kereta, hingga tak terasa kereta yang mereka naiki telah sampai di tempat tujuan. Semua penumpang menuruni kereta dengan tertib, tak terkecuali Keiko dan Hikaru. Mereka pun melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan masing-masing dengan berjalan kaki.
***
Tak terasa setahun telah berlalu, sejak saat itu Hikaru dan Keiko menjadi semakin dekat, mereka selalu menaiki kereta yang sama di jam yang sama pula, mereka akan saling bertukar cerita satu sama lain. Seperti saat ini, mereka berada di dalam kereta yang sedang dalam perjalanan pulang. Mereka duduk bersebelahan di kursi yang sering mereka duduki bila menaiki kereta.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Hikaru, memulai percakapan.
"Baik kak, Kakak sendiri bagaimana?" Keiko bertanya balik.
Hikaru yang ditanya seperti itu pun tersenyum manis, lalu menjawab, "Hari ku baik, apa lagi saat ini aku sedang bersama gadis yang manis ini," ucapnya sembari mencubit gemas pipi kanan Keiko, "Hariku menjadi lebih baik lagi sekarang," lanjut Hikaru dengan senyum manisnya.
Sementara Keiko menunduk malu. Beberapa menit berlalu, kereta pun sampau di stasiun. Mereka pun keluar dari kereta dengan saling menggenggam, hal tersebut sudah menjadi rutinitas mereka saat memasuki kereta ataupun keluar dari kereta.
***
Keesokan harinya, Hikaru menaiki kereta seperti biasa, tapi dia tak melihat tanda-tanda keberadaan Keiko di stasiun. Karena kereta akan segera berangkat, Hikaru pun memutuskan memasuki kereta.
"Haahh…mungkin Keiko sudah di dalam," monolognya sebelum memasuki kereta. Akhirnya ia pun masuk dan mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kereta. Tapi tak juga menemukan sosok yang ia cari. Dengan pasrah ia melangkahkan kakinya menuju kursi yang sering ia duduki bersama Keiko. Perjalanan terasa sangat sepi dan membosankan bagi Hikaru, karena gadis yang selalu menebar senyum manisnya tidak naik kereta hari ini.
Seminggu berlalu, selama itu pula Hikaru tak melihat Keiko di kereta. Ia ingin sekali bertanya, kemana gadis itu sebenarnya. Tetapi sayang, Hikaru bahkan tak tahu dimana rumah Keiko. Gadis itu juga tak memiliki ponsel, karena latar belakang keluarganya.