Anak Kecil yang Sedang Bermimpi

1 0 0
                                    

Seperti lagu masa kecil yang menggambarkan pagi yang begitu cerah, seorang anak kecil mengendong tas merah di pundaknya. Mengikuti anak-anak lain yang sedang berangkat sekolah. Anak kecil itu baru berusia tiga tahun, bukan seperti mereka yang ia ikuti itu, mereka jauh lebih besar darinya. Langkah anak kecil itu terhenti di sebuah rumah nenek tua. Rumah itu berada di tepi jalan menuju sekolah dan anak kecil itu bermain di teras rumah nenek itu.

"Ngapain kamu di sini dek?" sapa seorang yang kebetulan lewat di rumah itu.
"Mau belajar kak."
"Ini bukan sekolah dek," sambung kakak itu.
"Bukankah ini rumah buk guru?" jawab anak kecil itu dengan polosnya.
Kakak itu tertawa. "Haeduh, ini rumah Bu Sawi. Memang semua orang memanggil dia dengan panggilan Buk, tapi dia bukan seorang guru." Kakak itu kembali tersenyum dengan kelucuan anak kecil itu. Sedangkan sang  anak kecil  tetap duduk dan bermain di sana.

Anak kecil itu bernama Rafassa, anaknya Bu Rita dan pak Sudirman. Sejak kecil Rafassa sudah populer di kampungnya. Bahkan ketika dia lahir saja, selalu jadi rebutan ibu-ibu tetangganya. Mereka rela berebut hanya sekedar untuk mengendongnya. Sejak kecil Rafassa sudah memiliki semangat yang tinggi, bahkan ketika dia masih berumur tiga tahun dia sudah pengen sekolah, sehingga dibelikan oleh orang tuanya sebuah tas dan lengkap dengan alat tulisnya. Tapi apa daya dia belum bisa didaftarkan sekolah. Di kampungnya Rafassa juga belum ada TK, jadi anak-anak di sana langsung masuk SD saja.

***

Tiga tahun kemudian, umur Rafassa sudah lebih Enam Tahun. Rafassa sudah didaftarkan oleh orang tuanya ke Sekolah Dasar. Semua perlengkapan sekolah seperti baju seragam, alat tulis, tas dan sepatunya sudah lengkap. Tapi beberapa hari sebelum masuk sekolah dia jatuh sakit. Dia hanya bisa terbaring di tempat tidur.
"Bu, kasih aja sama Rizal semua perlengkapan sekolah Fassya ya Bu. Fassya tak kuat lagi."
Mendengar perkataan Rafassa itu semua seisi rumah menangis. Bagaimana anak sekecil dia bisa mengatakan perkataan seperti itu.
"Kamu harus kuat Nak! Kamu jangan menyerah. Fassya kan ingin sekolah kan ya," ucap ibunya dengan lembut. Tapi ibunya itu tak bisa menyembunyikan air matanya.
"Kenapa Ibu menangis?" tanya Rafassa sama ibunya.
"Kamu mengatakan sesuatu yang membuat Ibu takut." Ibu Rafassa mulai menghapus air mata di pipinya.
"Iya Bu, tak apa-apa. Berikan saja semua perlengkapan sekolah Fassya sama Rijal."
Rijal adalah salah satu teman sepermainan Rafassa dari kecil dan keduanya sekarang sudah mau masuk sekolah.
"Tidak Nak. Ibu yakin kamu akan sembuh. Ibu selalu mendoakanmu."
Benar saja, beberapa hari setelahnya Rafassa bisa sembuh. Rafassa sering sakit karena dia menyusu pada ibunya yang juga penyakitan. Bahkan ketika Rita sedang mengandung dirinya Rita sedang makan minum obat paket TB atau penyakit paru-paru.

***


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi di Ujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang