42.

4K 136 4
                                    

Usai

Happy reading!
=====

Pak Ardan menghela nafasnya. "Saya yang salah, karena memberi kamu izin untuk menyusul, padahal kalian tidak ada hubungannya dengan kegiatan ini," ujarnya. Selesai memberi Zhafira, Allisya serta Alina wejangan.

Begitu kembali. Mereka langsung di bawa kembali ke camp. Di biarkan membersihkan diri terlebih dahulu, kemudian di dudukkan di dalam tenda untuk di beri petuah.

"Maaf Pak."

"Kali ini perbuatan kamu saya maafkan. Hanya hari ini saja, selanjutnya saya tidak akan memaklumi perbuatan kamu lagi, meski Papamu meminta hal itu," sela Pak Ardan. Kemudian berlalu, keluar tenda.

Zhafira mendongak. Menatap teman-temannya satu per satu, sembari menggumamkan kata maaf berulang kali.

Bukan hanya pada Allisya dan Allina. Dia turut menyampaikan hal itu pada Gerald, Ares, juga Zayyan. Karena dia, mereka terpaksa berbohong, demi diam-diam mencari keberadaannya di hutan.

"Lo benar-benar merepotkan."

"Carissa," tegur Zayyan.

"Apa?" Tanya Carissa. Mengedarkan pandangannya. "Gue benar kan? Setiap situasi merepotkan yang menimpa kita, pasti ada dia sebagai pelakunya," lanjutnya.

"Mending lo diam aja! Nggak ada yang mau dengar komentar lo!" Balas Allisya kesal.

Carissa mendengus. Apa yang salah? Omongannya benar adanya. Karena mereka bertiga, semua orang menjadi panik.

Untung ketiganya cepat ditemukan. Kalau tidak? Mungkin agenda paling di tunggu malam ini akan hancur total, dan mengecewakan banyak pihak.

Kkrsk

Mereka menoleh. Ujung tenda tiba-tiba tersingkap, menampilkan sosok yang menjadi alasan Zhafira menyusul ke tempat ini.

Cowok itu bergerak ke sisi tenda terujung. Menganggap semua orang di dalam tenda tak ada.

"Itu-" Ares menggaruk pelipisnya. "Mending kita siap-siap buat acara api unggun nanti," tambahnya. Lalu melenggang duluan.

Namun tidak dengan teman-temannya yang lain. Mereka menolak untuk pergi. Membuat Ares kembali, lalu menarik salah satu dari mereka yang paling dekat.

"Apaansih Ar. Gue masih mau disini."

"Ngapain? Mending lo cari teman lo," bujuk Ares, tidak berani menyebut nama Yasmin. "Tadi dia ikut kita juga ke hutan. Samperin gih, siapa tahu dia butuh bantuan," tambahnya.

Carissa terhenyak. Berpikir sejenak, lalu bersedia beranjak.

"Lo butuh sesuatu?" Celetuk Zayyan. Melihat Zayn mengobrak-abrik salah satu ransel yang ada disana.

Zayn bungkam. Setelahnya, beranjak dari tempatnya. Masih dengan mengabaikan teman-temannya.

Sedangkan Zhafira bersikap demikian. Berusaha acuh, juga menganggap cowok itu sebagai sosok tak kasat mata, dengan cara sibuk mengompres kedua matanya yang bengkak.

Gerald berdehem keras. Menarik atensi mereka yang larut dalam suasana canggung.

"Zha," panggil Gerald. "Ikut kita ke lapangan yuk. Lihat api unggun."

Critical Point (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang