Sudah hampir jam setengah 7, tapi krist belum juga bangun dari tidurnya, singto memutuskan untuk membangunkan krist ke kamarnya.
"Krist, bangun. bukannya kamu sekolah hari ini?"
Krist menggeliat di dalam tidurnya, ia memang bergadang semalam karna menangis, singto mengusap mata krist yang membengkak.
"Kamu kenapa semalam, krist?"
Krist masih tak menghiraukan singto, dia hanya membuka matanya dan menatap singto yang saat ini duduk dipinggir ranjangnya.
"Krist, daddy bicara pada mu. Kenapa hanya diam?"
"Daddy, di mana mommy krist"
"Kenapa masih membahas hal itu krist? bukankah kemarin kita sudah membahasnya?"
Krist menggenggam tangan singto yang saat ini berada diwajahnya.
"Daddy, apa tidak ada yang ingin daddy jelaskan pada krist?"
"Apa?"
"Seharusnya daddy tahu sendiri kenapa bertanya?"
"Sebaiknya krist bersiap, daddy tunggu di meja makan. nenek sudah memasak banyak untuk kita"
Krist menganggukan kepalanya, singto pergi keluar kamar krist dan krist langsung ke kamar mandi.
Krist menuju dapur dengan langkah yang berat, entah kenapa ia merasa canggung dengan singto dan neneknya, mungkin karna ia tahu, jika ia bukan bagian dari keluarga mereka.
"Krist, ayo sarapan bersama" ucap mama singto.
Krist duduk di kursi, tapi saat mama singto ingin mengambilkan krist makanan, krist menolaknya.
Dia merasa tak pantas jika di perlakukan istimewa seperti itu.
"Biar krist sendiri nek, nenek makan juga"
Tidak biasanya krist menolak jika dilayani dalam hal ini. Tapi singto mencoba berfikir positif, mungkin krist hanya ingin terlihat dewasa.
***
Seharian ini krist seakan menjauh dari singto, krist hanya merasa tak pantas mendapatkan perlakuan seperti istimewa, dia hanya anak yang terbuang dan untungnya di asuh singto. Bahkan singto harus merelakan masa mudanya hanya untuk mengasuh krist dulu.
Berhubung niat mama singto ke sini ingin bertemu apple, jadi singto memberi tahu apple agar main kerumahnya hingga disinilah apple saat ini, tengah berhadapan dengan mama singto. Mereka banyak berbicara entah tentang apa.
"Krist mana, sing?" Tanya apple yang sedari tadi memang tak melihat krist.
"Mungkin di kamarnya, sebaiknya kamu suruh keluar sing" ucap mama singto.
Singto beranjak dari sana, ia berjalan menuju kamar krist, di lihatnya krist sedang duduk melamun di atas kasurnya.
"Krist, apa kamu punya masalah di sekolah?"
Krist hanya menggelengkan kepalanya.
"Kenapa dari tadi hanya diam, ayo turun ke bawah, dibawah ada tante apple dan nenek"
"Krist disini saja, krist tak ingin mengganggu acara keluarga daddy"
"Bukankah krist juga keluarga daddy? Kenapa bicara begitu?"
"Krist bukan keluarga daddy, daddy tak usah berbohong lagi sekarang"
"Maksud krist apa?"
"Krist bukan anak daddy kan" ucap krist, air mata yang sedari tadi ditahannya langsung meluber keluar.
"Krist, jangan bicara yang aneh-aneh, krist anak daddy"
"Bohong! Krist mendengar sendiri semalam daddy bicara dengan nenek"
Singto beranjak dari tempatnya dan mengunci pintu kamar krist, ia tak ingin pembicaraan mereka didengar apple mau pun mamanya.
"Krist, maafkan daddy sudah berbohong, tapi daddy sangat menyayangi krist. jangan berpikir yang tidak-tidak, nenek juga sangat sayang dengan krist"
"Seharusnya krist yang minta maaf, krist sudah menyusahkan hidup daddy karna krist daddy belum menikah sampai sekarang, karna krist daddy harus merelakan masa muda daddy"
"Jangan bicara begitu , semua sudah menjadi pilihan daddy sejak 16 tahun yang lalu"
"Orang tua krist kemana dad? apa mereka membenci krist hingga mereka membuang krist" ucap krist sambil menangis.
Singto memeluk tubuh krist menenangkannya.
"Jangan berpikir yang tidak-tidak krist, mungkin semua sudah menjadi takdir daddy mengurus kamu, jika daddy tak menemukan kamu dulu kita tak akan saling kenal hingga sekarang"
"Krist pasti pembawa sial, hingga orang tua krist membuang krist"
"Jangan berbicara hal aneh lagi krist"
"Tap...."
Belum sempat krist melanjutkan ucapannya, singto lebih dulu membungkam mulut krist menggunakan bibirnya. Singto menyesap bibir krist dengan lembu, setelah itu dia melepaskannya.
"Krist sudah tahukan daddy bukan daddy kandung krist, apa krist mau berpacaran dengan daddy?"
"Hahh?"
"Iya, kita berpacaran apa krist mau?"
Krist menganggukan kepalanya dengan malu-malu.
Singto kembali melumat habis bibir krist, mereka saling membelit bertukar saliva dan melupakan orang yang sedang menunggu dibawah.
Setelah puas, singto mengusap pelan bibir krist yang sedikit membengkak, singto tersenyum manis, krist yang melihat senyuman itu menjadi malu, ia menenggelamkan wajahnya di dada singto dan memeluk singto erat, hingga tak lama krist tertidur pulas.
Tak lama bunyi ketukan pintu menyadarkan singto, ia berjalan dan membuka pintu kamar tersebut.
"Krist kenapa sing? Dan juga kenapa pintu kamarnya dikunci"
"Nanti sing jelaskan, sebaiknya kita keluar saja" ucap singto.
"Apa kamu sengaja menghindari apple, dia sudah pulang tadi, kelamaan menunggu mu dan krist turun"
"Ini lebih penting dari itu" ucap singto.
Hingga disinilah singto dan mamanya berada, singto sudah menceritakan semuanya pada mamanya tentang krist yang sudah tahu fakta jika ia bukan anak kandung singto.
"Mama tidak akan pernah merestui kalian! Krist akan tetap menjadi cucu mama"
"Ma, singto mohon, sing sangat mencintai krist"
"Tidak sing!! Jangan buat mama kecewa dengan kelakuanmu ini, lebih baik mama pulang saja, beri tahu krist jika mama pulang dan jangan beritahu krist jika mama sudah tahu ini, mama hanya tak ingin krist menjadi canggung nantinya"
Mama singto memutuskan untuk kembali pulang ,ia harus membicarakan ini dengan suaminya, singto tak bisa dibiarkan lebih lama seperti ini
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hot Daddy ✓
Fiksi PenggemarBagaimana jika kamu menyukai seseorang yang sudah kamu rawat sejak kecil? Bahkan sudah kamu anggap seperti anakmu sendiri, tapi setelah ia tumbuh dewasa, perasaan berbeda mulai hadir. Itulah yang saat ini singto rasakan, ia jatuh cinta pada anaknya...