CHAPTER 2

50 9 41
                                    

Mereka semua terdiam karena hilangnya Mujin secara tiba-tiba, saat dia pergi keluar sampai Dann, Ivan, dan juga Jahan pulang, dia tidak kembali ke rumah. Semua langsung khawatir sama Mujin, di tambah lagi Louis yang masih menangis, "Sudah lah, Louis. Nanti kita cari sama-sama." Kata yang tertua ke Louis, Louis menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, kita catat jadwal untuk tahu siapa yang akan mencari Mujin. Setuju?" Lanjut Dann memberitahu dan di akhiri dengan pertanyaan, mereka semua menganggukkan kepala setuju.

"Baiklah, pas banget aku, Dann hyung sama Ivan hyung lagi di kasih libur beberapa bulan, jadi enak kita mencarinya dengan leluasa." Ucap Jahan memberitahu mereka, di anggukin oleh 3 orang, ya siapa lagi kalo bukan Arthur, Louis sama Chiwoo.

"Jadi, besok kita mulai mencari, jadwalnya secara bergantiab. Pertama Dann hyung sama Arthur hyung, hari kedua Louis hyung sama aku, terakhir Jahan sama Chiwoo." Ujar Ivan mengatur jadwal mereka. "Jadi, untuk mencari Mujin hyung, kita sambil bertanya sama tetangga atau orang yang berlalu lalang." Lanjutnya.

Yang lain sekali lagi menganggukkan kepalanya paham. "Baiklah, besok sudah mulai pencarian. Jangan sampai ada yang hilang, mengerti?" Bilang Dann lalu di akhiri dengan tanyaan. "MENGERTI HYUNG!" Kata mereka serempak.




































































Mujin pov

Mujin menghadap kebelakang untuk melihat Chiwoo masih mengejar Mujin atau tidak. Huh! Untung saja dia tidak mengejar Mujin, "Untung aku keluar, jika masih di dalam rumah, kena kejar lagi." Gumam Mujin lalu berjalan-jalan dengan boneka beruang milik Chiwoo menuju taman.

Beberapa langkah kemudian, Mujin merasakan ada yang mengikutinya, namun Mujin tak menghiraukannya dan lanjut jalan.

Grep!

"Eh!? Apa-apaan ini!?" Tanya Mujin panik saat dirinya di bekap sama seseorang dari belakang. Mujin memberontak dengan sekuat tenaganya, namun tenaganya kalah kuat dari orang yang membekapnya.

"LEPASIN ANJING!!" Teriak Mujin mengumpat sambil memberotak, tak lama kemudian ia terdiam karena merasakan sesuatu di kepalanya.

Sebuah pistol. "Diam atau di tembak?" Tanya orang itu, Mujin terdiam karena pistol itu menempel di kepalanya tepat di samping jidatnya, "Eoy! Lu ikat tangan dia!" Teriak orang itu ke temannya dan membuat Mujin panik dan memberontak sehingga boneka milik Chiwoo terlepas dari genggamannya.

Namun sayang seribu sayang, tangan Mujin di ikat ke belakang oleh teman orang itu dengan tali tambang. "DIAM ATAU DI TEMBAK?!" Tanya orang lagi sambil teriak dan nempelin pistol itu lagi ke samping jidatnya Mujin.

Lagi dan lagi, Mujin terdiam karena pistol itu, temannya mengeluarkan lakban abu-abu dan merobeknya untuk menutup mulut Mujin. "Ingat! Jika lo memberontak atau teriak, lo bakal gue tembak!" Ancam orang itu, Mujin masih terdiam, matanya bergetar menatap pistol itu di samping jidatnya.

Orang itu menarik pistolnya tapi masih membekap tubuhnya Mujin dan teman langsung menutup mulutnya dengan lakban yang ia sudah sobek tadi. "Hmph!!" Mujin memberontak saat lakban itu menutup mulutnya.

"Kuy, bawa dia ke mobil." Kata orang itu ke temannya, temannya mengangguk lalu menyeret Mujin yang memberontak ke mobil yang tak jauh dari tempat mereka berada. Boneka milik Chiwoo pun tertinggal di tempat Mujin di culik.

Mujin berhasil masuk ke mobil di bagian belakang dan di sampingnya ada orang itu yang menempelkan pistolnya kembali, kali ini tepat di kepalanya, dan temannya menyetir mobil itu, menjalankannya dan meninggalkan tempat itu.

Mujin terdiam lagi, dia trauma sama pistol, karena saat dia masih kecil di panti asuhan, dia pernah tertembak pistol tepat di bagian telapak tangan sebelah kiri sampai berlubang kecil bekas pistol itu, bahkan telapak tangan sebelah kanannya terkena pisau yang terlempar entah oleh siapa sampai telapak tangan kanannya menancap oleh pisau itu ke dinding panti asuhan, dan di haruskan untuk mengobatinya hingga sembuh.

Jadi, Mujin sampai sekarang trauma sama yang namanya pistol, maupun benda tajam, bahkan saat mau masak, dia harus motong sayur aja bergetar tangannya karena keingat sama traumanya saat kecil di panti asuhan.

Kalo yang lain sepertinya hanya terkena sayatan pisau entah oleh siapa, tapi di panti asuhan saat Mujin masih kecil itu, kemungkinan sekitar 20-30an sudah tewas. Hanya dirinya dengan yang lain masih selamat, dan yang selamat sudah di adopsi oleh orang-orang baik.

Mujin pov done

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Let's Find Them! [Kingdom]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang