2. Terencana

331 52 6
                                    

.

.


- Dunia tak selalu ramah,
orang jahat itu ada -

.

.

...

Jeno memperhatikan sekeliling ruang kerja Raina yang terlihat simpel namun begitu mewah dimatanya, selagi wanita itu sedang keluar ruangan untuk menerima panggilan telepon. Pria itu memuji style Raina dalam penataan ruangnya. She's genius.

"Jadi... kamu keponakan dari Pak Heru?" Tanya Raina sembari berjalan memasuki ruangannya dan segera duduk di depan Jeno.

"Iya benar. Saya keponakan dari Pak Heru." Sahut Jeno dengan sopan.

Raina bergumam seraya membuka kembali lembaran berkas-berkas milik Jeno. "Gue harap lo nggak ngeselin kaya Paman lo." Gumamnya pelan.

"Ya?"

Raina menggelengkan kepalanya. "Nggak. Bukan apa-apa."

"Kenapa kuliahnya nggak selesai? Desain otomotif, jurusan dengan peluang pekerjaan yang bagus. Kamu bisa jadi Desainer Otomotif hebat kalau desainmu bagus dan menarik loh." Lanjutnya.

Jeno tersenyum miris. Ya, Jeno harap juga begitu. Dia berharap cita-citanya itu bisa tercapai.

"Apa orangtuamu yang menginginkanmu berhenti kuliah?" Tanya Raina lagi.

"Tidak. Itu keputusan saya sendiri." Jawab Jeno.

Raina mengangguk mengerti. Sebenarnya dia sudah tau. Apalagi alasan Jeno berhenti kuliah kalau bukan soal keuangan keluarganya.

"So... i'll give you this job. Just for you. Mungkin kamu bisa lanjutin kuliahmu kedepannya." Kata Raina sambil meletakkan berkas-berkas Jeno di mejanya. Dalam kata lain, dia menerima Jeno sebagai bodyguard pribadinya.

Jeno terkejut bukan main. Dia tidak menyangka akan semudah ini dia lolos. Dia sempat berpikir kalau dia akan memiliki banyak pesaing. Ternyata tidak. Pesertanya hanya dirinya seorang.

Ya, hanya dirinya.

"Setelah ini kamu akan menjalani tes kesehatan, dan fisik. Kalau oke, besok kamu bisa mulai bekerja."

Apakah Renjun memang semurah hati itu, ataukah karena situasinya yang memang semendesak itu? Entahlah, yang jelas Jeno sangat senang mendengarnya.

Tapi mengingat kembali ucapan Pamannya, apakah Jeno benar-benar harus melakukannya terhadap wanita di depannya ini?

Seorang wanita yang awalnya sempat dikiranya sebagai wanita paruh baya yang mudah lengah, Ternyata adalah wanita muda dengan usia nyaris sepantaran dengannya.

Menurut Jeno, Raina bukanlah tipe orang yang mudah digoyahkan. Tapi mau bagaimana lagi, niat Jeno sejak awal harus tercapai demi kebahagiaan dirinya dan kedua orangtuanya.

"Gimana? Lancar nggak? Raina bilang apa?" Tanya sang Paman begitu Jeno memasuki mobil. Ternyata sejak tadi Pak Heru menungguinya di depan rumah Raina.

"Lancar. Tadi langsung dites kesehatan dan fisik sama Dokter Jidan." Jelas Jeno.

"Terus gimana hasil tesnya??"

"Ya gitu. Oke kok. Besok bisa mulai kerja." Sahut Jeno yang seketika mendapatkan raut bingung dari Pak Heru.

Raina yang dia kenal selama ini tidak akan semudah itu membiarkan orang asing melintas bahkan masuk dalam kehidupannya.

"Semudah itu??"

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang