5. Fall

623 48 16
                                    

...

🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔞🔞🔞🔞🔞🔞🔞

Raina terbangun setelah mendengar ribut-ribut dibawah. Kedua matanya memicing melihat Celo menggeret dua koper di bawah sana.

Jeno dan Jidan juga ada disana. Jeno dengan setelan jasnya, dan Jidan dengan kemeja rapih seperti biasa.

"Kalian ngapain?" Tanya Raina sembari berjalan menuruni anak tangga.

"Berhubung Pemilunya tinggal hitungan hari lagi, yuk kita jalan-jalan! Biar lo nggak begitu tegang mikirin pemilu." Seru Celo yang sudah berbalutkan pakaian kasualnya. Padahal Raina sama sekali nggak tegang. Meski dia punya tekat yang besar untuk terpilih.

"Kita apa?"

"Piknik! Hehehehe."

Jeno dan Jidan udah ketar-ketir ngelihat ekspresi wajah Raina yang syarat akan penolakan.

"Kemana?" Tanya Raina sambil membenarkan letak robe miliknya.

Waktu seolah berjalan melambat ketika Jeno memperhatikan tiap gerakan anggun yang ditunjukkan oleh Raina.

Kedua bahu kecil, dan lengan rampingnya tak lagi terlihat oleh pandangan Jeno.

Dia meneguk ludahnya. Kembali teringat bagaimana Raina sengaja menggodanya dengan ucapan-ucapan provokatifnya semalam.

Mungkin kalau Jeno bertahan lebih lama lagi di kamar wanita itu, dia bisa hilang kendali. Berutung sang Bunda meneleponnya semalam, tepat saat sebelum hal itu terjadi.

Hei! Raina itu definisi wanita paling sempurna asal kalian tau. Cerdas, tegas, penuh wibawa, dan anggun. Kalau boleh jujur, Jeno sangat mengagumi wanita itu.

"Ke Pantai."

"Pantai banget nih? Lo nggak bisa pergi terlalu jauh, Cel."

Ya kalau nggak pergi jauh, nggak bakal nemu pantai lah. Soalnya di daerah mereka harus pergi jauh banget dulu kalau mau lihat pantai.

Celo cemberut. "Kenapa nggak bisa? Kan ada Jidan. Jeno juga ikut kok."

Kali ini tatapan Raina teralih ke Jeno. Well, itu salah Jeno. Karena dia menyetujui ajakan Celo tanpa bertanya dulu kepada Raina yang notabennya adalah bos-nya.

Jeno segera membungkuk sopan penuh sesal. "Saya setuju karena Nona Celo mengatakan bahwa anda juga ikut. Jadi saya pikir, anda sudah setuju."

Raina tak mau ambil pusing. Terlalu sulit mengatasi Celo kalau gadis itu sedang marah. Jadi yasudahlah. Tapi bukan berarti dia memanjakan Celo dengan menuruti semua keinginan adiknya itu.

"Ji, beneran nggak papa?"

"Harusnya sih... nggak papa." Kata Jidan yang terdengar sedikit ragu. "Asal Celo nggak sampe kecapean aja pasti baik-baik aja." Imbuhnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang