Alvin lalu terdiam memikirkan tentang mimpi yang di alaminya tadi. Dia begitu bingung dengan apa yang di maksud dengan kakek tua itu. Mungkin itu hannyalah mimpi biasa. Pikirnya dan memilih untuk melanjutkan tidurnya kembali.
“Alvin bangun! Alvin!” teriak seseorang membangunkannya.
“Ada apa?” tanyanya dan ternyata yang membangunkannya adalah Alex. “Hey! Apa yang kamu lakukan di kamarku!” lanjutnya dengan kaget.
“Dasar! Emang aku laki-laki apaan! Coba kamu lihat, kita ada di mana sekarang Liv! “ ujar Alex dengan panik.
Mendengar itu, Alvin langsung memeriksa keadaan sekitar. Dan benar saja, ini bukan kamarnya. Fan juga bukan rumahnya.
“Di mana kita?” tanyanya dengan panik sama seperti Alex.
“Ya mana aku tahu.”
Mereka lalu beranjak dari tempat tidur itu dan mencoba membuka pintu. Dan ternyata mereka berada di sebuah penginapan yang entah di mana itu.
“Hey! Kamu mau ke mana?” tanya Alex sambil menahan Alvin.
“Aku mau keluar dan memeriksa tempat ini,” jawab Alvin dengan tegas.
“Tunggu!”
“Apa?”
“Kok penampilanmu berbeda ya!” ujar Alex yang baru sadar.
“Kamu juga!” jawab Alvin.
Ke duanya baru menyadari kalau baju yang mereka pakai serta penampilan mereka kini berbeda.
Mereka memakai baju seperti kostum khusus. Warna baju ke duanya berwarna hitam. Seperti jubah yang di pakai oleh para dewa-dewa yang sering Alvin lihat dan baca di buku.
“Apa ini?” ujar Alex kaget saat melihat telapak tangannya yang memiliki gambar. Seingatnya dia tidak pernah melukis tato di tangannya atau pun di bagian tubuh manapun. Gambar tersebut berbentuk seperti kerikil.
Alvin juga membalikkan telapak tangannya, dan melihat apakah dia juga mempunyai tato di tangannya atau tidak.
Dan setelah dia lihat, ternyata dia juga punya. Namun gambarnya berbeda dengan Alex. Dia berbentuk seperti butiran air dan di keliling bintik merah.
“Apa maksudnya ini!”
“Mana aku tahu? Kalau kamu aja enggak tahu, apalagi aku Vin!”
“Kita harus keluar dari sini!”
“Caranya? Emang kamu tahu jalan keluarnya?”
Alvin terdiam. Tidak ada orang sama sekali yang berjalan di sekitar mereka.
“Hey! Apa yang kamu lakukan!” teriak Alex saat melihat Alvin yang tiba-tiba pergi mengetok pintu kamar yang ada di sebelah mereka.
“Bella!” ujar Alvin tak percaya.
“Alvin! Alex! Kalian juga di sini?”
Ketiganya langsung terdiam dan saling menatap satu sama lain. Mereka sama sekali tidak ada yang tahu di mana keberadaan mereka sekarang.
“Kamu ngapain di sini Bel?” tanya Alex.
“Harusnya aku tang tanya. Aku lagi tidur dan tiba-tiba terbangun, tau-tau sudah berada di sini.”
“Apa semua ini!” kata Alvin.
“Jangan bilang kalian juga?” tanya Bella was-was.
Kedua laki-laki itu mengangguk bersamaan. Bella langsung membelalakan matanya tak percaya.
“Ini sungguh aneh. Dan ya, pakaianku menjadi aneh dan telapak tanganku mempunyai tato! Padahal aku tidak pernah membuatnya,” ujar Bella dengan bingung.
“Kamu juga mengalaminya! Kami juga!” ujar Alex sambil menunjukkan gambar yang berada di telapak tangannya. Dan dilanjutkan dengan Bella. Gambar yang di miliki Bella berwarna hijau seperti tumbuhan. Entah tumbuhan apa itu.
Sedangkan Alvin masih terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi. “Kita harus keluar dari sini dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Alvin.
“Sebaiknya kita tanya seseorang yang berada di salah satu kamar yang berada di sini sebelum kita keluar. Mungkin mereka mengetahui apa yang sebenarnya terjadi,” ujar Bella dan di setujui oleh Alvin dan Alex.
Mereka pun memberanikan diri untuk mencoba bertanya pada salah satu orang yang berada di tempat itu. Sudah beberapa kali mereka mengetok pintu, namun tidak ada jawaban.
“Mungkin lagi tidur. Coba yang sana!” ujar Bella sambil menunjuk kamar di samping kiri mereka yang sepertinya terbuat.
“Permisi!” teriak Alex.
Keluarlah seorang wanita berpenampilan amburadul dan mengacak-ngacak rambutnya.
“Sepertinya dia orang gila,” bisik Alex di telinga Alvin.
“Maaf mengganggu! Boleh kami tanya di mana ini?” tanya Bella dengan sopan.
Namun bukannya menjawab, wanita tersebut malah mencibir mereka lalu menutup pintunya dengan keras.
“Ok, sepertinya kita harus keluar dan mencari tahu sendiri,” ujar Bella.
Mereka lalu menyusuri koridor penginapan tersebut atau mungkin lebih tepatnya seperti apartemen.
Saat sampai di ujung, terdapat sebuah tangga yang membuat mereka terdiam melihatnya. Tangga itu begitu banyak. Dan sepertinya mereka berada di lantai paling atas. Penginapan itu berkisar hampir seratus lantai.
“Ini serius kita jalan menuruni tangga ini?” tanya Alex dengan suara yang sudah lemas.
Saat mereka memperhatikan tangga yang akan mereka lewati, tiba-tiba sekumpulan orang terjatuh dari lantai atas. Namun anehnya mereka tidak panik dan terlihat santai, bahkan ada yang sambil makan. Dan ternyata mereka tidak terjatuh melainkan terbang.
Ketiganya begitu terpana melihat apa yang barusan mereka lihat. Dan mereka mendarat dengan mulusnya di bawah sana.
“Apa aku tidak salah lihat?” tanya Alex.
Lalu beberapa saat kemudian lagi dari arah belakang mereka seseorang dengan santainya langsung menjatuhkan dirinya ke bawah. Dan sepertinya sekelompok orang yang tadi, tidak terjadi apa-apa padanya.
“Sepertinya kita harus mencobanya,” ujar Bella tiba-tiba yang membuat keduanya membelalakan mata mereka.
“Apa kau...” belum Alex memberinya peringatan, Bella sudah menjatuhkan dirinya. Keduanya tak sanggup mengatakan apa-apa. Mereka ternganga melihat Bella terjun bebas tanpa pengaman apapun dari tempat yang begitu tinggi . Namun setelah mereka lihat, tidak terjadi apa-apa padanya.
Mereka belum mengetahui kalau mereka sebenarnya berada di negeri penyihir yang di mana terbang adalah sesuatu yang wajar dan di miliki semua orang. Namun tidak dengan kekuatan yang lain.
Kekuatan mereka bisa di ketahui dari gambar di telapak tangan mereka. Seperti di tangan ketiganya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Last Descendant
FantasySeorang remaja yang hidup di zaman modern, tidak mengetahui bahwa dirinya adalah seorang keturunan pengendali naga. Hingga suatu waktu, dia terbangun di dunia sihir untuk menyelamatkan dunia tersebut dari kehancuran. Di temani dengan dua orang sahab...