"baik itu cukup dengan tidak merugikan orang lain"
______________________________________
Sebelum mengenal sosok Raksana lebih jauh, alangkah baiknya berkenalan terlebih dahulu dengan kakak beradik keluarga Tarundra ini.
Arasad Ghanutama.
Kerap yang di panggil bang Asad ini merupakan anak pertama, sekaligus menjadi sosok orang tua kedua bagi mereka.Sosoknya yang mirip ayah dan begitu perhatian seakan melengkapi kerinduan keluarga tarundra kepada sang ayah. Setiap kali sang ayah harus meninggalkan mereka karena urusan pekerjaan, yang mengharuskannya pergi keluar kota.
Di umurnya yang sudah menginjak 26 tahun bang Asad lebih memilih mengurus adik adiknya ketimbang mencari jodoh.
Pernah Kayaksa bertanya. kenapa dirinya belum juga menikah di umurnya yang sudah cukup matang untuk mencari pasangan? Namun pertanyaannya hanya di jawab gurauan.
"Abang gak niat nikah? Ibu sama Abah udah ngebet banget pengen gendong cucu, buruan nikah bang nanti jodohnya lari"
"Abang percaya sejauh apapun jodoh abang pergi, kalau dia di takdirin-nya buat Abang, ya kesini larinya"
"Tapi nanti kashian jodohnya, nemuin Abang pas udah gak fresh"
Raksana Tarendra.
Pemeran utama dari cerita ini, merupakan anak kedua dari empat bersaudara.Lelaki ini sangat menyukai senja, tak heran jika sepulang dari kuliah sore ia menyempatkan dirinya pergi ke pantai dan terduduk berdiam diri di halusnya pasir pantai sambil memandangi hangatnya senja.
Sudah hampir satu bulanan ini Raksana gencar mendekati Amara. gadis yang di jodohkan dengan dirinya oleh sang kakek. Walaupun menerima banyak penolakan dari Amara, Raksana tidak pernah sedikitpun merasa kecewa ataupun menyimpan kekesalan kepada Amara. entah sihir apa yang di berikan gadis itu sampai membuat Raksana tertarik padanya sejak pertemuan pertama.
Raksana sendiri tidak tau bagaimana perasaan Amara padanya. Yang ia tahu Amara menolak perjodohan ini mentah mentah, karena Amara sendiri sudah memiliki kekasih yang ia cintai. Berbeda dengan Raksana yang hanya menerima perjodohan ini dengan lapang. Bagaimanapun Raksana percaya, pilihan kakeknya adalah yang terbaik. Dan Raksana percaya cepat atau lambat Amaranya pasti menerima dirinya.
Zafran Kalandra.
Anak ketiga keluarga tarundra ini sangat suka menjahili sang adik. Bukan sekali dua kali Zafran membuat Kayaksa menangis, dan berakhir mendapatkan pidato panjang dari kedua abangnya, Juga sang ibu.Di sekolah zafran sendiri terkenal karena ketampanannya. tak ulung bahwa ia sering bergunta ganti wanita, pernah satu hari dirinya di beri ceramah habis habisan oleh bang Asad.
"Fran, perempuan yang kamu sakiti itu adalah seorang anak perempuan yang di bahagiakan mati-matian oleh orang tuanya. Kalau orang tuanya tau anaknya di permainkan sama kamu, kamu pikir reaksi mereka bakalan gimana?"
"Enggak tau." kalau bang Asad sudah mode marah begini, Zafran hanya bisa diam menunduk-kan wajahnya. Bukan takut karena bang Asad marah, zafran hanya takut tertawa kalau dirinya menatap wajah marah sang kakak, dan berakhir mendapat jatah ceramah lebih panjang. Menurut Zafran wajah bang Asad setiap kali marah sangatlah lucu. Tak heran jika dirinya sering tertawa bahkan kesulitan menahan tawa ketika dimarahi sang kakak.
Kayaksa Adynata.
Anak terakhir keluarga tarundra ini masih duduk di bangku SMP. Saat di tanya guru hobinya apa, si bontot ini malah menjawab makan. Tak heran sering kali dirinya di ejek sapi oleh Abang-abangnya, Karena Kay cepat sekali tumbuh.Si bontot ini sangat menyayangi Abang-abangnya. Kedekatan yang mereka jalin seakan menjadi penguat ikatan saudara mereka. Walaupun kadang ada pertengkaran pertengkaran kecil, namun karena pertengkaran kecil itu pula mereka saling merangkul satu sama lain.
"Bang Raksa buruan nanti Zafran telat, udah mau jam tujuh nih!" Raksana memakai sepatunya dengan terburu buru saat suara sang adik melengking masuk lewat celah celah lubang rumah. Masa bodo dengan penampilannya sendiri yang belum rapih yang lebih Raksana pedulikan hanyalah adiknya yang kini sedang setia menunggu dirinya sambil duduk di atas jok motor Honda berwarna merah kesayangannya.
Tanpa berlama lama memakai sepatu, Raksana langsung bergegas menuju motor miliknya tak lupa ia mengunci pintu terlebih dahulu. Bukan khawatir maling akan masuk, hanya saja ia lebih khawatir kucing kesayangannya akan kabur dari rumah dan kembali berakhir menghamili kucing kucing milik tetangga.
Bukan hanya sekali dua kali Raksana di komplain oleh para tetangga agar Baron di kebiri saja. Supaya tidak lagi menghamili kucing-kucing tetangga. katanya, mereka nggak rela kucing kesayangan mereka di poligami sama si Baron.
Raksana, menatap pintu yang sudah terkunci sempurna sambil berjalan mendekati motor merah yang sudah di duduki Zafran. Rumah kini terasa sunyi, tidak ada siapapun. Si bontot sudah pergi sekolah terlebih dahulu bersama bang Asad yang sekalian berangkat ketempat kerja. Ibu, Abah serta kakeknya sedang pulang ke kampung halaman untuk berziarah ke makam nenek.
Rumah sekarang benar benar terasa sepi, hanya ada Baron di dalamnya, terkunci sempit di dalam jeruji besi.
"Lama banget sih bang!"
"Sabar, tadi ngarungin Baron dulu"
"Baron aja yang di prioritasin. sebenarnya adik Abang itu Zafran atau Baron?"
"Kamu mau Abang karungin?" Mendengar perkataan Raksana, Zafran hanya memanyunkan bibirnya. Memasang muka kesal sambil menjulurkan Helem berwarna hitam dengan stiker tersenyum di sampingnya.
"Kenapa juga enggak ngikut bang Asad sama Kay aja."
"Terong terongan dong nanti bonceng tiga."
"Daripada kamu telat kan."
"Mending telat, daripada nanti burung zafran kedudukan pantat Kay yang bongsor." Raksana hanya tertawa sambil menggeleng gelengkan kepalanya mendengar tutur kata sang adik. Yang kalau di pikir pikir juga Zafran tidak salah.
-+-+-+-+-+-+-+-+-
Seusai mengantarkan Zafran, Raksana lebih memilih mampir terlebih dahulu di salah satu kedai kopi langganannya, kedai yang hampir setiap hari ia datangi satu bulan terakhir ini.
Selain rasa kopinya yang memang nikmat. Alasan Raksana sendiri yang selalu menyempatkan waktunya datang kesini bukan hanya sekedar menikmati rasa dan harumnya kopi.
Namun sosok wanita yang sekarang sedang memasang ekspresi kesalnya, berjalan ke arahnya sambil membawa satu cangkir kopi panas di tangannya.
Wanita yang berhasil memikat hatinya walau tanpa tersenyum ataupun mengucapkan kata-kata manis kepadanya..
Ia Amara wanita pilihan kakeknya.Maafkeun itu di foto namanya ke tuker🤧🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Raksana
Fanfiction"Raksa kamu tau enggak, kenapa aku enggak pernah takut kehilangan kamu?" "Kenapa?" "Karena sejauh apapun kamu pergi kita masih tetap satu bumi. satu pesenku, jangan pergi tanpa pamit. Itu cuma membuat setiap kenangan indah menjadi luka" "Amara, pada...