Secangkir Kopi Adu Rayu

280 9 0
                                    

Siang itu Kea benar-benar kesal dengan tunangannya, Jonan. Bisa-bisanya cowok itu malah memilih pekerjaan dibanding menemaninya menemui wedding organizer untuk pernikahan mereka. Ini sudah kali kedua mereka mereschedule pertemuan itu tapi nyatanya Jonan juga berhalangan kembali.

Hubungan Kea-Jonan memang sedang berjalan kurang baik akhir-akhir ini. Bulan-bulan menuju hari pernikahan malah mereka jarang bertemu dan berujung pada kekesalan Kea yang tak berujung.

Jonan, seorang manajer di salah satu perusahaan real estate ternama di Jakarta. Tentunya pekerjaannya sangat menumpuk saat ini, apalagi sedang ada proyek besar yang sedang digarap oleh perusahaan tempatnya bekerja.

Sementara, Kea, seorang kurator di salah satu museum seni. Jonan dan Keara dulu bertemu karena Jonan memang pecinta seni, dan kebetulan hobinya itu membawa jodoh. Mereka jadi sering bertemu di luar museum, sampai akhirnya pacaran, dan dua tahun kemudian memutuskan bertunangan. Semua terasa baik-baik saja, semua terasa nyaman-nyaman saja. Tapi sebuah hubungan yang dijalani dengan monoton terkadang membuat seseorang menjadi jenuh. Dan itu terjadi pada Kea saat ini.

Pada saat sedang suntuk seperti ini, tempat tujuan Kea adalah sebuah coffe shop didekat museum tempatnya bekerja. Siang ini Kea hanya pergi seorang diri, biasanya dia bersama dengan Gita temannya namun wanita itu izin karena sedang ada acara keluarga di kampung halaman suaminya.

Lonceng berdenting saat Kea membuka pintu coffe shop itu perlahan. Aroma biji kopi yang sedang diroasting oleh barista disana memanjakan hidungnya. Dari dulu Kea memang suka kopi, menurutnya kopi memiliki aroma yang menenangkan, seperti Jonan. Tapi sayang sekali, kali ini sumber yang membuatnya tidak tenang adalah pria itu sendiri.

Mata Kea menelusuri menu yang terpasang di dinding kasir, saat ingin mengucapkan pesanannya tiba-tiba ada suara yang mendahuluinya.

"Americano kan?"

Kea menoleh ke arah sumber suara tadi. Didapatinya seorang pria yang sangat ia kenal tersenyum ke arahnya.

"Saga?"

Kea menatap takjub pada seseorang tadi. Sang pria yang diketahui bernama Saga itu pun tersenyum cerah pada Kea, seperti seorang sahabat lama yang berjumpa ya memang itu lah mereka.

"Hallo, Ke."

"Ga, lo kok bisa disini?"

"Nanti gue jelasin, gue pesen dulu ini."

"Lo masih Americano kan?"

Kea diam sebentar, rasanya sudah lama tidak memesan kopi pahit itu. Akhir-akhir ini dia lebih suka latte karena memang Jonan sangat menyukai kopi dengan campuran espresso itu. Namun Kea mengangguk dan mengiyakan pesanan yang diajukan Saga.

Saga memberikan kartu debitnya kepada sang kasir setelah mengucapkan menu yang ia sebutkan tadi, sekalian bayarin punya Kea. Dua sejoli itu kemudian duduk di sebuah meja dekat jendela sembari mengobrol berdua mengenang masa-masa sekolah mereka dulu.

Saga dan Kea dulu adalah teman SMA, namun setelah lulus mereka berpisah karena beda kampus. Saga berkuliah di Surabaya sedangkan Kea menetap di Jakarta. Dan tidak disangka dunia kembali mempertumkan mereka.

"Gimana kabar lo, Ke?" tanya Saga, biasa basa-basi dulu.

"Baik, lo sendiri? Kayanya sih baik ya hahaha."

"Tambah baik kalo ketemu lo."

"Bisa aja lo."

"Kerja dimana sekarang?"

Kea menunjuk ke arah sebuah museum seni yang berada diseberang jalan coffe shop ini, tempat kerjanya.

"Tuh disitu, gue jadi kurator disana."

Kaistal BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang