Hati-Hati di Jalan

263 16 0
                                        

Siang itu terik matahari begitu menyengat, waktu yang sangat cocok untuk menjemur cucian. Udara pun terasa begitu gersang, membuat semua orang berbondong-bondong menyalakan pendingin ruangan. Tidak berbeda dengan seorang laki-laki yang kini tengah meringkuk di kasurnya sambil memegang pipi kananya yang berdenyut. Giginya sedang sakit saat ini, rasanya cenat-cenut udah kaya smash aja.

Kata sebuah lagu, lebih baik sakit gigi dari pada sakit hati. Tapi menurut Baskara, lebih baik mah sakit hati aja. Sakit gigi tuh ga nahan coy sakitnya. Udah mana gigi sakit, pipi bengkak, pusing juga kan tuh kepala. Belum lagi mood jadi anjlok banget. Ada orang berisik dikit pengen dibanting rasanya.

"Ke dokter gigi aja lah, Mas dari pada sakit gitu," ucap Yemi, adik Baskara yang melihat kakaknya kesakitan.

"Ga mau, gue takut ntar dicabut gimana coba?"

"Lo takut ke dokter gigi? Ga nyadar lo adek lo ini calon dokter gigi hah?"

Yemi adalah seorang mahasiswa Kedokteran Gigi semester 2. Masi maba.

"Ya kenapa ga lo aja yang obatin gue?"

"Kan gue masi maba, gimana si lo?"

"Yaudah yaudah, tapi lo lihat dulu nih ada kemungkinan dicabut ga? Kalau iya ga jadi ah, gue takut sumpah."

"Halah cupu lo, badan doang kingkong tapi nyali semut."

"Cepet lihatin."

Yemi menyuruh Baskara buat buka mulut, dia menggunakan senter dari hp nya untuk menerangi gigi-geligi sang kakak. Dia tadi juga udah menyiapkan peralatan pemeriksaannya. Cuma sederhana sih, paling sonde sama kaca mulut doang.

"Mana yang sakit? Ini?" Tanya Yemi sambil menyentuhkan ujung sonde ke gigi belakang Baskara.

"Whugwan wang swebwelwah," Baskara berbicara denga bahasa yang entah Yemi ga ngerti.

"Apaan dah?"

"Swebwelwahhnyaw."

"Hah?"

Baskara mengambil tangan sang adik kemudian melepaskan instrumen yang ada di mulutnya.

"Sebelahnya, tolol."

"BUNDAAAA MAS BILANG YEMI TOLOLL!!" Adu Yemi sambil teriak.

"Woyyy elahhh si cepu."

"BUNDAAA MAS NGATAIN YEMI CEPUUU!"

Basskara pengen ngeremet adiknya aja rasanya. Si bocah tengil tapi Baskara sayang banget itu emang suka nyepuin dia ke bundanya. Biasalah nyari pembelaan.

"Apa sih nih ribut banget?"

Bunda Sari dateng dari arah dapur ngeliatin ke dua anaknya entah lagi melakukan apa. Yemi terlihat memegang perlengkapan kedokteran giginya tak lupa pakai handscoon biar higienis ya. Sedangkan Baskara cuma pasrah aja dengan raut muka yang menyedihkan.

"Mas Babas ngatain Yemi, Bun."

"Biasa nih si Mas ngapain adeknya lagi ta?"

Baskara memegang pipinya yang sakit, "Mas swakwit gwigwi, bwundd. Ywemwie gwa bwenwrr obwatwin Mas."

"Ohh yaudah ke dokter langsung aja."

Yemi mengkerut heran, ini bundanya kok bisa nyerna kata-kata kakaknya sih.

"Atuttt."

"Ya Allah gitu aja takut, kalo ga diobatin tambah lama sakitnya. Ntar dianter Yemi aja ke RSGM kampusnya."

"Mwasss atuttt dicwabwuttt."

"Please deh, Mas lo tuh udah tua masih aja kek bocil."

"Bocil ngatain bocil awhhhh."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 12, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaistal BoxTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang