#2

154 23 0
                                    

2. Because i am the big brother. I'm sorry i wasn't better at it until now.

.
.
.

(Now here we are)·|kim tae hyung|

Malam dingin mencengkram tulang-tulangku yang hanya dibungkus jaket lusuh yang ku dapat musim panas lalu. Aku berjalan menelusuri gang kumuh yang gelap ini sendirian. Bibir bawahku pecah setelah berkelahi satu lawan delapan dengan bocah berandal yang baru mendeklarasikan wilayah mereka. Sial. Aku langsung melarikan diri saat ada patroli, aku tidak sudi diseret masuk ke penjara di hari aku bebas.

Aku kelaparan, namun hanya ada sebatang rokok lawas dan korek api yang ku punya. Aku menjepit rokok di bibirku dan membakarnya. Rasanya tidak enak, tapi aku tak punya pilihan.

Kepulan asap keluar dari mulutku. Paling tidak rokok bisa menghangatkan tubuhku barang sebentar. Masalah aku akan ditemukan mati karena hipotermia esok hari, aku tak peduli.

"TOLONGGGG!!!"

Suara seorang perempuan menyengat telingaku, dan aku tak membuang waktu untuk berpikir. Aku langsung berlari menghampiri suara itu.

Aku sedang mencari seorang perempuan, dan mungkin teriakan itu adalah hadiah dari Tuhan untuk kebebasanku hari ini.

Seorang wanita tersudut di tembok penuh coretan cat dengan gambar-gambar norak, dan di depannya seorang laki-laki yang kurang lebih penampilannya sepertiku sedang menakut-nakutinya. Aku tak perlu repot-repot menerka, karena pasti yang akan ia lakukan adalah perbuatan cabul.

Aku berjalan mendekat. "Hei brengsek!"

Laki-laki itu menoleh dan satu pukulan ku layangkan pada wajahnya yang seperti tak mengenal sabun seumur hidupnya.

Aku tak membuang waktu agar laki-laki itu bisa mengumpulkan kesadaran dan membalasku. Aku langsung menduduki perutnya dan memberi lebih dari lima tinju sampai wajahnya berdarah.

Perbuatanku tidak buruk, karena bahkan wajahnya lebih buruk.

Saat ku tau laki-laki itu kehilangan kesadarannya, aku berhenti dan bangkit, sebelum meludah dan menendang rusuk laki-laki itu.

Ku lihat perempuan itu, dia mendongakkan wajahnya, melihatku dengan sorot takut.

"Aku bukan laki-laki seperti dia." Aku mengendikkan kepalaku pada tubuh laki-laki yang sudah telentang tak berdaya itu.

Ku lihat semua barang-barangnya berserakan dan bajunya koyak di tempat yang akan membuat serigala dalam diri setiap laki-laki terbangun.

Aku menghela napas. "Ya sudah kalau tak percaya."

Ku punguti setiap barangnya, termasuk sepatu dan tas yang isinya berceceran. Ku temukan dompetnya dan melihat kartu identitasnya.

Kang seulgi.

"Bajingan ini mencuri uangmu?" Tanyaku melihat isi dompetnya kosong.

Perempuan itu mengangguk. "Dia sudah mengambilnya."

Aku berjalan mendekati tubuh laki-laki itu dan mencari ke setiap kantong yang melekat di pakaiannya. Di saku belakang. Aku mengambilnya kemudian mendaratkan satu tamparan pada laki-laki pingsan itu.

"Ayo seulgi-ssi. Tempat ini tidak cocok di singgahi lama-lama." Ujar ku meletakkan sepatu di hadapannya.

"Bagaimana kau tau namaku?"

Aku menunjukkan kartu identitas di dompetnya sebelum memasukannya ke dalam tas.

"Bagaimana kau bisa sampai ke tempat seperti ini?"

BAD BOY ON MY BED | VSEULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang