lorong kelas.

40 7 2
                                    


Jimin Adinaya Kenes. Satu sekolah kenal dengannya, sebatas kenal nama. Sebab memiliki berbagai macam prestasi. Selebihnya ia hanya murid pada umumnya.

Kini ia menginjak kelas 11, dimana keadaan lumayan kritis para murid murid. Sibuk belajar untuk mencapai nilai yang baik dan bersiap untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Jika ia tidak bisa lolos tes atau jalur nilai untuk kuliah, maka ia akan dicap sebagai si gagal. Stereotip masyarakat lingkungannya.

Jimin tidak habis pikir tentang gagasan tersebut, terlebih jika mereka menyangkut pautkan dengan gender yang ia miliki.

"Hei, kamu ini laki laki makanya harus sukses."

"Cowok sukses gampang dapet jodoh lho."

"Cowok kalau pinter tuh gampang cari jodoh, kalau yang macem si A tuh pasti susah."

"Cowok masa kayak gini?"

Dan ujaran ujaran lainnya. Susah memang untuk menutup mulut mereka sedangkan kita hanya memiliki dua tangan, yang cukup untuk menyupal telinga, mengabaikan.

"Ji? Kenapa?" Tanya teman sebangkunya-Eunwoo-sebab takut sesuatu terjadi pada karibnya.

Jimin menoleh, dan menghembuskan nafas gusar. "Pusing, kalau aku nggak keterima di Universitas yang mama ingin gimana? ..." Suara lembut itu sedikit bergetar dengan nada takut. Jimin terlalu banyak berfikiran buruk.

"Lagi? Kamu gila apa?" Terus terang saja, si pemuda populer ini sangat amat bosan mendengar jawaban temannya. Ayolah jika hanya sekali dua kali itu wajar, tapi ini? Setiap Jimin melamun sudah dipastikan kalimat itu yang meluncur dari bibir merah mudanya padahal masih lama juga untuk ujian masuk ke perguruan tinggi.

"Ih kok dikatain?" Sahut Jimin sembari menatap sinis. "Lagian ini tuh masalah serius. Mati aku kalau sampai gagal." Lanjutnya.

"Ji ... ck ck. Ini masih awal kelas 11, nikmatin dulu aja. Yuk ah jalan jalan kita tebar pesona ke adek adek gemes!"

"Aneh."

----

Mungkin benar adanya rumor bahwa Eunwoo ini seorang lelaki buaya, buktinya adalah seperti saat ini membalas sapaan adik kelas dengan 'Halo juga manis.' 'Iya cantik.' 'Aduh jangan gemes gemes gini atuh.' Dan lain sebagainya. Reputasi Eunwoo tidak buruk, temannya ini adalah atlet basket dan dalam akademiknya pun seimbang, tak heran ia populer dikalangan adik kelas.

"Heh!! Kalian habis dari mana sih? Aku tadi ke kelas kok nggak ada! Capek nyari kalian tau!" Teriakan dari seorang perempuan menginterupsi Jimin dan Eunwoo. Segera mereka menoleh kebelakang dan yaitu teman mereka, Seli.

Seli, si pemarah nan judes. Sifat yang pastinya semua orang akui kebenarannya. Gadis ini lumayan disegani, di kelasnya juga tidak banyak yang berani berinteraksi. Lucunya entah keberuntungan atau kesialan, Seli selalu duduk sendirian di bangku paling depan, sebab jumlah siswa kelasnya yang ganjil dan tidak pernah ada siswa baru.

Seli menghampiri Jimin, dan Eunwoo, satu satunya sahabat yang ia miliki.
Banyak yang bertanya tanya kenapa murid seperti Jimin dan Eunwoo (apalagi) bisa berteman akrab dengan Seli (si nenek sihir, julukannya) banyak rumor beredar namun Jimin tahu jika semua itu bohong. Ya karena Jimin sudah berteman lama dengan Seli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

tidak apa merasa lelah. - yoonminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang