Second : Bumi Aksara.

229 38 5
                                    

Di sebuah ruangan dengan ukuran cukup besar terdapat seorang laki laki dengan jas berwarna hitam melekat di tubuhnya. Badannya berdiri tegap, tubuhnya mengarah pada dinding kaca yang langsung menunjukan pemandangan kota siang itu.

Dia Bumi Aksara, seseorang yang menjabat sebagai CEO pada umurnya yang baru saja menginjak angka dua puluh. Siapa yang tidak mengenal Bumi? Seorang pemuda yang dengan mudahnya memegang kuasa tanpa merasakan kesulitan apapun. Ia adalah putra tunggal dari pemilik perusahaan yang berada pada bidang wisata.

Memegang kuasa tanpa merasakan kesulitan bukan berarti Bumi tidak pernah berada di masa yang kelam. Karna justru, masa masa kelam itu lah yang kini membuat Bumi bisa duduk di kursi kebesarannya. Ia rela, meninggalkan kesenangan masa kecilnya, demi mendapatkan semuanya.

Ia ingat, bagaimana dulu saat dirinya baru saja keluar dari bangku SD, sang ayah langsung menyuruhnya untuk mempelajari beberapa buku tebal yang ia berikan. Dan ilmu yang ia pelajari di luar ilmu sekolah itu berguna untuk dirinya sekarang.

Bumi itu tampan, kaya raya dan juga baik hati. Banyak wanita yang mendekatinya, namun sayangnya tidak ada yang bisa mengambil hati dari pemuda tampan ini. Hatinya keras bagaikan batu bara. Hingga saat inipun, ia masih memegang erat status single itu.

Kedua orang tuanya sudah beberapa kali menanyakan perihal pasangan, namun Bumi selalu menjawab jika dirinya belum menemui seseorang yang tepat di hatinya. Yang padahal, menerima saja tidak bagaimana ia bisa tau jika wanita wanita yang menyukainya itu tidak tepat di hati.

Namun, dengan bisanya ia memegang kuasa seperti saat ini, bukan berarti ia tidak pernah merasa sedih. Karna terkadang ia pun merasa lelah dengan segal hal yang terkadang membuat dirinya memaksakan diri. Ntah itu soal pekerjaan atau hal lain.

“permisi pak, maaf mengganggu waktunya. tapi para boss besar sudah menunggu di ruang meeting”

Itu sekretarisnya, cantik, lugu dan juga baik. Namun sayangnya ia sama sekali tak tetarik. Walaupun terkadang gadis itu terlihat malu malu saat Bumi menatapnya.

“iya, tunggu sebentar” ujarnya sebelum membereskan beberapa berkas yang harus ia bawa ke dalam ruang meeting, sebelum akhirnya bergegas bersama sang sekertaris.

Bos besar yang di maksud di sini adalah teman teman Bumi, yang memang sering bekerja sama dan menaruh saham di perusahaan satu sama lain. Hingga terkadang berencana untuk memiliki satu perusahaan yang di dirikan oleh mereka.

Saling mengenal sejak kecil, membuat mereka selalu bersama kemanapun layaknya perangko yang menempel para surat. Pertemanan mereka begitu terlihat sempurna dan cukup elegan. Alasannya karna mereka semua adalah orang berjas yang memang populer di kalangan para wanita.

Bumi sudah sampai di ruang meeting. Ia meminta sekretarisnya menaruh berkas yang tadi ia bawa lalu menyuruhnya untuk keluar. Tak lupa meminta gadis itu untuk menyiapkan minum.

“Aries kemana?” tanya Jay kala melihat salah satu temannya tidak terlihat.

“toilet, lo kelamaan datengnya” yang paling muda menjawab.

“gue kira lo pada belum dateng” ujar Jay.

Mereka berbincang bincang hal kecil setelahnya. Membicarakan tentang perusahaan masing masing atau pun yang lain. Tentunya sambil menunggu seseorang bernama Aries itu datang sebelum akhirnya mereka memulai rapat santay hari ini.

Kalau sudah seperti ini, ruang meeting terlihat seperti ruangan yang di sewa untuk acara reunian para bos besar. Bukan ruang meeting yang biasa di gunakan untuk berdiskusi tentang masalah perusahaan.

Tak lama dari itu, yang di tunggu tunggu pun datang. Mereka memulai acara berdiskusi tentang perusahaan baru yang akan mereka bangun bersama. Mulai dari tempat, bergerak di bidang apa, penerimaan karyawan dan banyak hal lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUCH [ JayWon ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang