Kenangan lainnya

4 1 0
                                    

21 Mei 20xx

"Dion kenapa di sana? Nanti basah."

Teriakku, ketika aku melihatnya yang sedang berada di balkon. Keadaan di luar masih hujan, dan dia dengan santainya menyandarkan ke dua tangannya di penyangga.

"Dion?" panggil ku sekali lagi, sambil mendekat ke arahnya. Berakhir aku yang bergabung dengannya di balkon. "Sedang apa?"

Suasana di luar sedang sepi. Terlihat dari sini pemandangan dapat dijangkau kurang lebih dari 2 meter karena memang kami berada di lantai dua rumahku. Kendati terlihat samar tertutup air hujan yang turun begitu cepat secara bersamaan.

Menunjuk jarinya ke arah kanan, aku lantas mengikuti jari tersebut dengan penglihatan. Dion menunjuk sebuah taman yang kosong. Ya ialah, hari hujan seperti ini siapa juga yang pergi ke sana.

"Ayo kita ke sana."

"Ha? Apa?" baru saja aku bilang tidak mungkin.

Dia menatapku.

"Maksudku, aku belum mandi."

"Tidak apa. Nanti juga mandi."

Menarik tanganku segera, Dion berjalan dengan aku yang membuntutinya. Mengajakku ke taman.

"Payungnya?" Ketika kami melewati payung aku tersadar bahwa di luar masih hujan dan kami sangat membutuhkannya.

Dion tidak mendengarkan perkataanku. Aku rasa dia sengaja. Kami lantas berjalan dengan bergandeng tangan. Air hujan membasahi tubuh kami. Pakaian yang semula kering jadi basah. Rambut menjadi terlihat tipis. Beberapa bagian rambut tergumpal menyatu, membentuk beberapa kelompok.

Di taman tidak ada siapa-siapa. Hanya ada kami. Dion yang memakai kaos putih polos lengan panjang dengan celana olahraga hitam bergaris tiga di samping, berwarna biru. Ekspresinya terlihat bahagia. Senyum lebar ditampilkan. Mengajakku berdansa di bawah air hujan yang dingin. Memegangiku dengan erat ketika aku berputar dan berhasil ditangkap olehnya.

Jika bisa aku jujur, ketampanannya sekarang tidak berkurang sedikit pun kendati semuanya terlihat samar tertutup rintikan hujan yang banyak.

Sekali lagi dia membuatku jatuh cinta sedalam mungkin. Jatuh cinta setiap hari bersama dengan dirinya.

"Dion?" saat ini keadaan kami sedang bertatap berhadapan tanpa jarak sedikitpun. Selesai dari dansa dadakan yang diiringi musik suara hujan.

"Aku mencintaimu. Lebih dari apapun." Nafasnya yang hangat masih bisa aku rasakan walaupun terhalangi dinginnya hujan.

Terkekeh singkat melihat mukanya yang serius, lantas aku menyahut,

"Aku juga."

Dia mendekat. Menempelkan labium lembutnya dengan milikku. Menyatukannya di bawah ribuan ton air yang jatuh ke muka bumi. Dengan disaksikan oleh segala tanaman, langit, tanah, dan hanya aku bersama dengan dia yang menikmatinya.

Hujan membuat satu lagi kenangan.

Love Rain✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang