"Ujian akhir September besok akan menentukan masa depan kalian. Jangan terlalu banyak bermain dan fokus pada studi kalian!"
Sementara murid-murid lain membuat kegaduhan, mengeluh dan khawatir dengan ujian yang akan datang, Johnny seperti tidak ada hubungannya dengan semua ini. Ia hanya duduk menunduk di barisan belakang, mendengarkan sekenanya.
Selembar kertas berisikan formulir prospek studi dan karir jatuh di atas mejanya, disalurkan oleh murid berkaca mata yang duduk di depan bangku Johnny.
"Formulir ini diisi di rumah dan dikumpulkan minggu depan di ketua kelas. Bapak akan memanggil kalian satu per satu nanti."
Johnny meliriknya sekilas. Bukan tidak berminat, ia hanya tidak tahu cara mengisinya. Sepertinya, apapun yang akan dia lakukan tidak ada artinya lagi.
Masa depan. Kata ini sudah lama keluar dari kamus hidup johhny. Satu-satunya yang muncul di pikiran Johnny terkait masa depan adalah gadis itu.
"Kau berjanji akan selalu ada di sisiku, kan?" Gadis kecil itu bertanya, senyumnya mengembang bahkan lebih indah dari bunga yang dipegangnya.
"Aku janji," Johnny kecil juga tersenyum, "Soyeon!"
...
[10 tahun yang lalu]
"Soyeon, kupikir ini tidak baik, ayo kita kembali saja."
Soyeon yang tengah berjongkok di depan pot bunga segera berbalik ketika mendengar perkataan Johnny, wajah gadis itu terlihat tidak senang dengan pipi menggembung lucu.
"Dasar bodoh! Aku hanya bercanda!"
Johnny si bodoh hanya tertawa, sama sekali tidak tersinggung. "Hahaha jadi kau bercanda? Kukira... aku memang bodoh hehe."
Soyeon mendengus. "Sudah sana belikan aku es krim! Kutunggu di sini! kau kan sudah janji mau beliin aku es krim!"
Dengan sikap hormat dan dada membusung, Johnny berseru, "Siap!" lantas pergi dengan senang hati.
Mengingat bagaimana Soyeon terlihat kesal tadi, Johnny dengan baik hati membelikan beberapa minuman dan camilan kesukaan Soyeon juga, berharap gadis itu akan memaafkannya.
Namun, ketika Johnny kembali ke depan toko bunga tempat Soyeon menunggu, temannya itu tengah berseteru dengan pemilik toko.
Si pemilik toko bunga tidak segan memukul seorang anak di depan umum, terlebih, itu adalah gadis kecil.
Johnny awalnya terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa, tapi setelah melihat pemilik toko itu menekan dahi Soyeon dengan keras hingga terjengkang ke belakang, kaki Johnny bergerak lebih cepat dari otaknya memproses keadaan.
"So-SOYEONN!!!" teriaknya sembari beregas membantu Soyeon berdiri.
"Kau temannya? Apa kau pencuri juga sama seperti dia?"
"AKU TIDAK MENCURINYA! AKU TIDAK!!" Soyeon meraung, menatap tajam pada penjaga toko.
Pria gemuk itu mencibir, "Kau kira aku tidak pernah melihatmu mencuri di sini? Kau pikir aku buta?"
KAMU SEDANG MEMBACA
incorrigible // johnten
FanfictionTen hanya ingin kehangatan cinta sedang dunia hanya memberinya rasa dingin yang menyengat. Johnny hanya ingin tersenyum lembut dan menikmati hidup tapi dunia terlalu keras hingga ia merasa sekarat. Pada persimpangan antara menyerah dan terus berada...