chapter 03

1 1 1
                                    

Shena terdiam dikamarnya, sehabis pembicaraan panjang dengan kakaknya. Aldo mengalah untuk tidak membawa Shena kekampung, tempat bibi mereka tinggal dan Aldo berencana untuk menyekolahkan Shena disana saja.

Shena tentu tidak mau, dia masih mempunyai impian yang akan ia wujudkan. Tinggal dikampung memang tenang dan damai, jarang ada pembullyan seperti yang Shena alami. Namun juga, dikampung membuat otak tidak berkembang sama sekali dan pengalaman menjadi terbatas.

Shena ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia tidak lemah!

Shena tersenyum, mengangguk mantap dan kemudian tidur sambil menyelimuti dirinya dengan selimut tipis.

----

Paginya

"Dek bangun! Mau sekolah nggak? Kalau nggak, nggak apa-apa! Kakak ikhlas lahir batin kalau kamu nggak sekolah!" Aldo berteriak dari dari dapur, dia merebus air untuk Shena mandi. Anak itu tidak terbiasa memakai mandi air dingin saat pagi.

"Apa-apaan itu, Shena sekolah ya!! Mana ada pejuang yang menyerah sebelum perang dimulai!" Shena menyelempengkan handuk dibahunya. Berjalan menuju kamar mandi didekat dapur, dia begitu semangat walau ilernya masih tersisa dipipi.

"Hilih bicit! Minggir, air panas!" Shena melangkah mundur saat Aldo membawa panci air panas kekamar mandi.

"Noh sana mandi, gercep kakak mau mandi juga!"

"Iya bawel!" Shena memulai aktivitas paginya dengan mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian Shena sarapan dengan biskuit 2000an dan dicelup ke Teh. Benar-benar nikmat!

"Shena berangkat kak!" Shena berangkat sekolah dengan berjalan kaki. Menatap kendaraan yang berlalu-lalang, para pekerja, orang penting, anak kuliahan, anak sekolah sepertinya benar-benar dikejar waktu setiap pagi.

Namun Shena tetap berjalan santai, masih ada waktu 30 menit lagi. Shena bersenandung kecil, kakinya tidak sakit lagi karena sudah diurut oleh Aldo semalam.

"Kak Shena!" Jalan Shena terhenti, menoleh kekiri dan kekanan melihat siapa gerangan yang memanggilnya.

"Luna?" Shena tersenyum disaat melihat Luna berlari pelan mengejarnya.

"Kakak mau pergi sekolah ya? Kaki kakak nggak sakit lagi?" Tanya Luna memperhatikan kaki Shena.

"Udah sehat kok." Ujar Shena mengelus rambut Luna.

"Luna mau kemana? Anterin kakak kesekolah yuk?" Tawar Shena membuat anak perempuan itu tersenyum senang dan kemudian mengangguk.

"Kak Shena kelas berapa?" Tanya Luna saat mereka sudah mulai berjalan agak jauh.

"Kelas 11."

"Eh? Emang ada kelas 11? Luna pikir cuman sampai kelas 6." Tanya Luna bingung, dengan mengerutkan keningnya.

"Ada dong, sebentar lagi kakak kelas 12 trus lulus deh!" Luna semakin bingung saja, namun dia tetap mengangguk walau tidak paham.

"Luna mau jadi seperti kak Shena!" Ucap Luna semangat sambil tertawa.
"Kenapa mau jadi kak Shena?" Tanya Shena sedikit menoleh. "Iya! Kak Shena kan cantik, hihi." Shena tertawa, mukanya yang tidak pernah terkena perawatan dan skincare dikatakan cantik, apa kabar dengan dirinya nanti yang sudah mampu membeli alat kecantikan.

Shena hanya mampu berdoa dalam hati.

Akhirnya setelah kurang lebih 15 mnit mereka sampai disekolah Shena. Luna menganga tidak percaya melihat begitu megahnya sekolah Shena. Memang benar, sekolah ini benar-benar megah dan indah, diisi oleh anak orang kaya semua. Shena beruntung punya otak cerdas dan bisa bersekolah disini.

"Ini beneran sekolah kak Shena?" Tanya Luna memastikan.
"Iya Luna, ini sekolah kakak. Kamu juga harus rajin belajar biar bisa sekolah disini yaa. Nggak perlu tunggu kaya dulu sampai bisa sekolah, pintar aja udah bisa sekolah disini." Luna mengangguk semangat, dia yang awalnya tak punya mimpi untuk bersekolah tiba-tiba ingat kembali belajar dan bersekolah.

"Kalau kakak ada sedikit uang, nanti kakak beliin Luna buku-buku. Luna bisa belajar sama kakak! Okey?" Luna mengangguk lalu memeluk Shena dengan erat. Mengucapkan terimakasih.

"Shena..Shena.. pantas aja lo kagak kaya-kaya! Pergaulan lo salah!!." Laura dan dua temannya Kimberly dan Moly. Mereka baru saja turun dari mobil yang mengantarkan mereka.

Shena menghiraukan, menyuruh Luna untuk pulang. Dan berlalu begitu saja tanpa mengacuhkan Laura dan dayang-dayangnya.

"Woe Shena! Lo punya telinga nggak sih? Anak miskin aja belagu lo!" Laura mengejar Shena dan menarik rambutnya hingga Shena tertarik kebelakang.

"Lepas nggak!?" Shena melepaskan tangan Laura dengan kasar. Seakan-akan tangan Laura penuh dengan kotoran yang menjijikkan.

Dan berjalan dengan cepat menuju kelas.

"Shena orang tua lo nggak ada ya?" Teriak Kimberly dengan keras, membuat semua yang berada didekat gerbang menoleh.

Shena menghentikan langkahnya. Berbalik dan menatap tajam Kimberly.

"Gue emang nggak punya orang tua, tapi setidaknya gue punya otak! Lah kalian? orang tua kaya, punya bisnis sampai keluar negeri, tapi anaknya kagak punya otak. Goblok lagi, nyuruh adik kelas buatin PRnya! Bangga lu?" Inilah hal yang membuat Laura dkk malas beradu mulut dengan Shena. Shena itu mulutnya pedas, bahkan lebih pedas dari pada samyang 3× lebih pedas yang sedang viral itu.

Muka Kimberly merah padam karena semua orang malah memuji Shena yang kini sudah berjalan menjauh. Mereka dipermalukan!

Awas lo Shena

"Apenih ribut-ribut?" Shena berjalan bingung menatap keributan yang ada didepannya. Sepertinya ada KDRS, Kekerasan Dalam Rumah Sekolah. Banyak orang disana, memilih untuk diam dan tidak ikut campur.

"Heh bisu! Cuman segini doang uang lu?"

"Mana cukup ini!?"

"Lo ngomong apaansih, kagak jelas banget!! Dasar bisu!"

"Udah bisu, kaki cuman 1! Kagak guna banget hidup lu ya!?"

Shena menarik nafasnya dalam-dalam. Dia tidak akan menjadi pahlawan dipagi hari ini, dia tau siapa yang menjadi ketua genk antara anak pembully itu. Fino kekasih Laura. Dia Benar-benar kejam kepada semua anak sekolah. Benar-benar pasangan yang sangat cocok.

Shena memilih berbalik, dia akan ketaman saja sampai bel berbunyi sehingga anak-anak itu akan berhenti.

Namun setelah sampai, Shena gelisah. Dia benar-benar tidak tenang memikirkan orang yang sudah dibully itu.

Bisu?

Kaki hanya 1?

Dia sangat cemas sekarang! Sedikit merasa bersalah karena sudah mengacuhkan orang yang sama-sama korban bully. Namun Shena tidak mau babak belur dipagi hari ini. Dia tidak mau dirinya terluka karena menolong orang lain.

"Siapapun kamu, semoga baik-baik aja!" Shena berdoa dalam hati agar anak itu baik-baik saja, dan bisa lepas dari si Fino gila itu.

Bel berbunyi  sekitar 5 menit setelah itu, satu-persatu orang mulai masuk kekelas, membuat koridor yang awalnya ramai mulai berangsur sepi.

Shena pun mulai naik kelantai dua lagi. Tempat jelasnya berada. Sesuai dugaannya tidak ada lagi keributan seperti tadi, sekarang sudah mulai sepi.

Namun ada sesuatu yang membuat Shena terhenti. Dilantai tempat terjadinya Kekerasan itu ada hal yang membuat Shena benar-benar khawatir dan tidak tenang.

"Da-darah..?"
______________________________________

~Sakit sih, tapi inikan dunia?! Penuh dengan rasa sakit, rasa sesak yang membuatmu ingin mati dan menghilang dari bumi. Tapi lagi-lagi ini dunia. Bukan surga!
   🥀Kimshyn

================================

Sekian Terimagaji|next?
Jangan lupa buat vote dan komen ya sister brader!

16/10/2021

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHENATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang