Piknik Akhir Tahun

1 0 0
                                    


"Woy, Cewek aneh! Balikin catatan gue!" teriak seorang pemuda yang berlari di sekitar koridor sekolah saat jam istirahat.

"Coba aja ambil!" ejek seorang gadis yang dikejar oleh sang pemuda sembari mengacungkan buku catatan yang bertuliskan nama Riko Hamzah.

"Awas aja kalau kena. Gue kasih lu hukuman!" sementara Riko yang mengejar sudah naik pitam karena kelakuan Dina yang semakin kacau. Memang, sekelas dengan musuh adalah hal yang tak diinginkan setiap orang.

Mereka main kejar-kejaran hingga banyak siswa dan siswi yang melihat mereka. Sudah tak asing jika di SMA merekalah yang paling sulit untuk berdamai. Para guru pun sudah tak mampu lagi menghadapi pertikaian Dina dan Riko. Salah satunya, Pak Andri, wali kelas mereka yang melihat mereka kejar-kejaran di ambang pintu ruang guru.

"Tak ada hari tanpa keributan mereka. Ada aja yang dijadiin bahan berseteru." lirih Pak Andri sambil menggelengkan kepala.

****
"Hosh ... Hosh ... Hosh ... Udah deh, Rik. Capek gue! Nih, ambil buku lo yang burik ini!" Dina sudah kelelahan berlari dan akhirnya berhenti di balkon sekolah. Tak lama kemudian, Riko juga berhenti karena rasa letih mengejar gadis biang onar yang sering ia panggil dengan sebutan "Tante."

"Gitu kek dari tadi. Kalau gitu kan gue juga gak capek." dengan napas terengah-engah, Riko menyambar buku tulis yang berisi materi Ekonomi.

"Heh, Titan Kolosal! Lo pikir lo doang yang capek? Gue juga, Say!" ucap Dina saat dirasa tubuhnya sudah mulai segar kembali. For your information, Titan adalah mitologi Yunani zaman dahulu. Sementara Titan Kolosal, adalah nama tokoh yang ada di film anime Attack On Titan.

"Yaelah, Tan. Sama-sama capek mending pending dulu deh ributnya!" Riko duduk di lantai Balkon, sementara Dina duduk di atas Balkon yang jika dilihat ke bawah akan membuat semua bergidik ngeri karena ketinggiannya. Tapi tidak dengan Dina, ia sudah biasa dengan hal ini karena Balkon sekolah adalah rumah kedua baginya.

"Widih, tumben lu pada akur. Lagi ada acara diplomat, ya?" sahut Rahman, teman sekelas Dina dan Riko yang baru datang dari kantin bersama dua sahabatnya, Arsyad dan Johan.

Seketika tatapan Dina dan Riko beralih ke arah tiga orang temannya. Riko menatap mereka dengan tatapan dingin dan judes. Sementara Dina malah tersenyum jahil seakan ia terpancing untung membuat suasana semakin sengit.

"Hehe. Iya nih, Man. Gue sama Riko lagi capek berantem melulu. Ntar kalau kita berjodoh kan gak etis. Iya gak, Rik?" Dina menyentil daun telinga Riko membuat sang empunya menghela napas kasar.

"Iya, kah? Wah bagus dong. Gue bisa umumin ke teman yang lain kalau kalian lagi puasa ribut." ucap Rahman dengan di sambut oleh kedua temannya.

"Udah deh, Tan. Lu gak usah mulai! Capek gue kalau mau ribut sekarang." sahut Riko dengan sejuta kejudesan yang ia miliki. Dan sifat judes juga dingin ini menjadi daya tarik sendiri bagi Dina.

"Yaelah, Rik. Kalau gue nanti jadi istri lo, lo harus terima dong kalau setiap hari di rumah bakal ramai." Dina merangkul Riko dengan penuh percaya diri. Riko yang sudah tak tahan mendengar bualan Dina akhirnya berdiri dan bersiap pergi.

"Asal lo tahu ya, Tan. Kalau lo jadi istri gue, gue bakal buat lo jadi cewek penurut dan bucin sama suaminya!" Kata Riko dengan lantang. Dina tersenyum jahil.

"Kalau lo jadi suami gue, gue bakal bikin lo jadi cowo ter-soft didunia." ucap Dina tak kalah sengit. Riko tersenyum miring dan berkata, "Coba aja kalau bisa." setelah itu dia kembali ke kelas.

****

Bel masuk sudah berbunyi. Para siswa SMA Tunas Jaya masuk ke kelas masing-masing.

"Eh, Rik. Lo emang beneran udah akur sama Dina?" tanya Rafael, sahabat masa kecilnya Riko.

"Lo denger dari siapa?" Riko yang sedang menulis ringkasan materi di bukunya terhenti karena pertanyaan yang dilontarkan Rafael.

"Dari Rahman. Emang bener, Rik? Kalau lo sama Dina udah akur?" sahut Rafael dengan tatapan yang tak biasa.

"Gak usah dengerin mereka. Udah tahu mereka edan, ngapa didengerin sih?!" jawab Riko ketus. Rafael bernapas lega. Ketakutannya tak terjadi.

"Gue kira lu udah baikan sama si Dina. Kan aneh gitu." Lirih Rafael dengan binar penuh kelegaan. Riko hanya melirik sekilas dan kembali melanjutkan meringkas materi.

'Syukurlah, Rik. Gue masih ada harapan buat lo.' batin Rafael.

***

[PENGUMUMAN KESISWAAN

DALAM RANGKA MERAYAKAN AKHIR TAHUN, SMA TUNAS JAYA AKAN MENGADAKAN PIKNIK BERSAMA DI DEKAT SUNGAI BIRU UNTUK ANAK KELAS XII. ADAPUN TANGGAL YANG DITENTUKAN SEBAGAI BERIKUT:

ACARA: PIKNIK BERSAMA MERAYAKAN AKHIR TAHUN
TANGGAL: 25-30 DESEMBER
WAKTU: 16:00- SELESAI

DEMIKIAN INFORMASI YANG KAMI SAMPAIKAN, TERIMA KASIH.]

Para Siswa berkerumun di depan papan pengumuman. Semua murid berbahagia karena sebentar lagi akan ada acara piknik untuk merayakan akhir tahun. Tak terkecuali Dina dan dua sahabatnya, Farah dan Ditya.

"Wih, seru nih! Bisa piknik bareng satu angkatan. Pasti ramai." ucap Ditya yang disambut anggukan kepala oleh Farah.

"Bener banget, gue bisa reafreshing dulu dari belajar. Sip, mantul deh!" Farah juga tak kalah exited dengan piknik akhir tahun yang diselenggarakan. Begitupun juga Dina. Ia membayangkan akan piknik bersama dengan pria pujaannya, Riko Hamzah.

Mengingat hal Itu membuat Dina tersenyum. Hingga Farah dan Ditya yang melihat sahabatnya tersenyum sendiri itu saling beradu pandang.

"Woy, Tante! Lo kok senyum-senyum gitu? Aaaaa seneng, ya bisa piknik bareng si Mas Ekhem!" ucap Farah dengan di sambut dengan kata-kata godaan oleh Ditya.

"Apaan, sih. Gue senyum tuh gara-gara gue gak sabar bisa seru-seruan sama anak lain." Elak Dina. Anak-anak yang lain maksud Dina adalah pria dingin yang selama ini ia kagumi. Siapa lagi kalau bukan musuh bebuyutannya?

Saat mereka bertiga asyik bercengkrama, Riko lewat dengan temannya Rafael yang setia mengikuti bak peliharaan dengan majikannya. Eh?

"Heh, Titan Kolosal! Lo ikut piknik juga kagak?" tanya Dina dengan suara cukup keras hingga mengalihkan perhatian para siswa yang sedang bergembira di depan papan pengumuman.

Riko yang merasa tersinggung dengan suara Dina akhirnya berbalik dan menatap Dina dengan kilatan amarah. Tapi yang ditatap malah menyeringai senang.

"Mau gue ikut atau nggak, itu bukan urusan lo!" sahut Riko lantang. Sementara Rafael hanya melihat pertikaian mereka.

"Oh, iya gue lupa. Cowok kayak lo 'kan gak pernah berani nongki sama temen-temen yang lain,'kan? Harusnya gue gak nanya kayak gitu tadi." Dina mengompori Riko yang bersumbu pendek itu.

Dengan gigi bergemeletuk, Riko berjalan mendekati Dina. Ia tak peduli dengan Rafael yang berusaha menenangkan Riko.

"Gue bakal ikut. Dan gue bakal tunjukin ke lo kalau gue gak kayak gitu."Riko menatap mata Dina dengan amarah memuncak. Dina tersenyum puas karena membuat musuh yang ia cintai itu naik pitam. Entah kenapa, saat orang lain takut akan kemarahan Riko, tapi Dina tidak. Ia justru semakin menyukai Riko jika ia sedang marah.

"Oke, gue tunggu." Dina meninggalkan Riko dan Rafael diikuti dua temannya.

"Dasar Tante badung!" Lirih Riko dengan senyum tipis terukir di bibir merahnya.

****

Holla, welcome to my first story!
Kalau ada salah tulis, tolong di kritik ya. Tenang, gak aku santet kok. Hehe.

Jangan lupa tinggalin jejak karena kalau tinggalin kenangan aku sudah tak mampu menerimanya.

See you, Reader❤

TANTE dan TITAN(TnT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang