Untukmu, Amaraya...
Seorang gadis hebat yang telah pergi meninggalkan banyak hati yang tak siap kehilangan.
"Gimana bisa gue bahagia disaat lo ninggalin gue, ra?"
-Reyhan Wijaya.
Tanpa berpikir panjang Reyhan langsung mengeluarkan buku nya, lalu ikut menyalin tulisan-tulisan pada buku dihadapan nya sekarang.
"Nanti kalau udah selesai, balikin ke Mona ya, gue mau sarapan," ujar Sakha yang sudah selesai menyalin kemudian pergi meninggalkan kelas.
Setelah sekitar 5 menit Reyhan berkutat dengan pulpen dan bukunya, akhirnya ia juga selesai menyalin. Reyhan menutup bukunya lalu memasukkan nya ke laci meja, kemudian ia menghampiri si pemilik buku untuk mengembalikan buku nya.
"Nih, Mon, makasih ya," ucap Reyhan meletakkan buku itu di hadapan sang empu.
Si pemilik nama mendongak menatap Reyhan, "aduh, Rey, itu bukan punya gue, bisa tolong balikin ke yang punya sekalian ngga? gue lagi sibuk ini," tanya Mona meminta.
Mona tidak bohong kok, dia memang sedang sibuk. Mona adalah bendahara kelas, dan sekarang ia sedang pusing menghitung uang yang terkumpul selama sebulan terakhir.
Reyhan mengangguk maklum, "punya siapa?"
"Amaraya, kelas 11 IPA 1."
Reyhan menatap kelas di hadapannya, lalu kembali melirik sebuah buku di genggaman nya. Ia menatap ragu ruang kelas tersebut, apakah benar pemilik nama Amaraya itu ada di kelas ini?
Reyhan adalah siswa populer yang memiliki banyak teman. Termasuk orang-orang di kelas IPA 1, Reyhan kenal dengan seluruh murid di kelas unggulan ini, bahkan berteman dekat dengan beberapa orang di kelas 11 IPA 1, tetapi ia tidak pernah mendengar nama Amaraya di kelas tersebut.
Sebab itu Reyhan sedikit ragu.
"Eh Reyhan, lu ngapain di sini?"
Salah satu murid di kelas itu menyadari kehadiran Reyhan. Namanya Azka, dan mereka sudah berteman akrab sejak SMP.
"Emh, anu, Amaraya nya ada? mau ngembaliin buku," ujar Reyhan sambil mengangkat buku di genggamannya.
Azka mengangguk mengerti, "Amara, dicariin nih! mau balikin buku katanya, " teriak Azka memanggil sosok Amaraya.
Reyhan mengangkat alisnya terkejut, ternyata memang ada murid bernama Amaraya di kelas tersebut.
Di dalam kelas, si pemilik nama menoleh begitu Azka memanggilnya, ia menebak pasti Mona yang datang menghampiri nya. Tetapi si Amaraya dibuat terkejut saat mendapati buku tugasnya dibawa oleh seorang siswa di hadapan Azka.