✧*:.。.𝘾𝙝𝙖𝙥𝙩𝙚𝙧 𝙙𝙪𝙖

282 53 8
                                    

Suara langkah kaki terdengar menyusuri jalanan malam yang terlihat lengang, kedua tangannya dimasukkan kedalam saku hoodie, Ran tengah berjalan seorang diri. Ia baru saja habis menemui South dan teman-teman geng lainnya, sementara Rindou dia bilang ada urusan sebentar.

Ran terlihat begitu menikmati hembusan angin yang menerpa lembut permukaan kulit, membuat helaian anak rambut berterbangan. Rasa sepi kembali menyerang, ketika Rindou tidak bersamanya.

Karena hanya sang adiklah yang selalu menemaninya.

"Aku tidak menyangka kau mengkhianati ku, Seishu."

Sayup-sayup, Ran mendengar suara percakapan seseorang. Langkahnya memelan, merasa mengenali suara tersebut.

"Maaf."

Ran menyembunyikan dirinya dari balik tembok, mengintip apa yang sedang terjadi, disana terlihat jelas pemandangan seorang gadis dengan wajah yang sembab, maniknya menatap nanar sepasang laki-laki dan perempuan yang sepertinya adalah sepasang kekasih.

Ran langsung mengenali siapa gadis itu, gadis bermarga Akashi yang ia jumpai sekaligus ia tolong beberapa hari lalu.

"Jika Sei memilihku, artinya aku lebih menarik dari pada dirimu." tangan perempuan dengan make up yang sedikit menor itu menggelayut manja pada lengan lelakinya yang hanya menunduk.

"Kalian menyakitiku."

"Apakah kami terlihat peduli?" seringai penuh kemenangan terpampang jelas diwajah perempuan itu.

Ran jadi geram sendiri melihatnya.

"Lagi pula, siapa laki-laki yang tertarik dengan gadis sepertimu?" tangan perempuan itu beralih mendorong kasar bahu (Name), hingga membentur dinding dibelakangnya.

"Dia milikku."

Ran yang sudah benar-benar geram akhirnya memunculkan dirinya, ketiga orang yang berada disana menoleh kaget. Mata yang biasanya terlihat sayu itu kini menatap tajam.

Pupil mata (Name) membesar.

"H-haitani—

Dengan santainya, Ran melingkarkan tangannya pada pinggang (Name), seakan mengatakan bahwa gadis itu hanyalah miliknya.

"Jangan berani-beraninya menyentuh gadisku jika masih ingin tulang-tulang mu aman." Ran menatap sinis sepasang kekasih itu, yang hanya bungkam menatapnya.

"Ayo pergi dari sini, (Name)."

Ran segera membawa (Name) menjauh, masih dengan tangannya yang melingkar pada pinggang (Name).

(Name) tidak menolak, ia mengikuti kemana Ran membawanya pergi, tatapan matanya berubah kosong. Setelah lumayan jauh, barulah Ran melepaskan tangannya.

"Haitani-san..."

"Panggil aku Ran."

"Mengapa kau menolongku?"

Alis Ran terangkat sebelah.

"Hanya ingin."

Sebenarnya agak sedikit aneh, Ran yang biasanya tidak pernah peduli sedikitpun dengan perempuan, namun sekarang ia malah menolong (Name) untuk yang kedua kalinya.

Apakah benar Ran melakukannya hanya karena ingin?

Entahlah, Ran juga tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

"Begitu ya?" (Name) mendongak, menatap wajah Ran dengan mata sayu nya.

Ran bergeming ditempat, tak berniat menjawab. Namun tiba-tiba sebuah pertanyaan muncul dalam benaknya.

'ᴜɴʀᴇᴀᴄʜᴀʙʟᴇ' : ʜᴀɪᴛᴀɴɪ ʀᴀɴ [Tokyo Revengers]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang