Bab 3
"Lo itu kuat lo hanya perlu istirahat aja, bukan menyerah."
_Airinda Alfares_
"Lo masih benci sama Bunda lo, Al?"
Alizar hanya diam tanpa menjawabnya. Tatapan kosong ke arah depan. Membuat Alfion berdecak. Pria berambut ala dora itu berdiri dan duduk di samping sahabatnya.
"Jawab dulu, Alizar!"
"Gue akan benci selamanya wanita tua itu," ujar Alizar enteng.
"Segitunya lo benci sama Bunda lo?"
"Gue paling benci yang namanya wanita!" Alizar menatap tajam kedua sahabatnya.
Sedangkan keduanya dibuat bungkam tak bisa berkutik sedikit pun. Pasalnya pria ini cukup menyeramkan ia akan melakukan apa pun untuk menghabisi semua orang. Lihat mukanya saja sudah menjadi panas dingin.
"Jadi lo nggak bakalan nikah gitu?" tanya Raffa polos.
Alizar diam tak menjawab pertanyaan Raffa. Pria itu mendorong tubuh Alfion sehingga tersungkur ke bawah. Pria itu meringis memegang lututnya. Sedangkan Alizar diam merasa tak bersalah ia merebahkan tubuhnya disofa menutup matanya rapat-rapat. Earphone yang terletak di kedua telinganya.
"Gila lo, Al. Nggak perlu dorong gue juga kali," kesal pria itu.
Raffa terkekeh geli. Pria berkaca mata besar itu memotret detik-detik di mana Alfion terjatuh. Tatapan tajam mengarah ke Raffa, buru-buru pria itu menyimpan ponsel di dalam saku. Jika Alfion marah maka ponselnya akan ikut serta. Tidak! Ponsel baru saja ia dibelikan Maminya.
***
"Land, gue itu tulus sama lo. Tapi kenapa lo tega sama gue," lirih Leana gadis itu tersenyum duduk dengan lutut yang bertumpu di lantai.
Gadis berambut sebahu itu menatap tumpahan kue yang berserakan di lantai. Leana menghapus air matanya. Kebetulan Gerland melewati Leana pria itu dengan sengaja menginjak tangan Leana sehingga gadis itu meringis.
"Leana?" Gadis itu mendongakkan kepalanya menatap Airin sahabat terdekatnya. Detik kemudian, Leana bangkit dan langsung memeluk sahabatnya itu.
Airin mengusap lembut punggung Leana guna memenangkan gadis itu. Gadis bermata biru itu enggan melepaskan pelukannya. Ia menangis di dalam pelukan Airin sedangkan sahabatnya itu hanya bisa diam mendengar gadis yang di depannya menangis.
"Udah, Le. Lo ga boleh nangis, ya."
"Tapi hidupku hancur, Rin. Rasanya aku udah capek pengen nyerah aja," ucap Leana sesegukan.
Airin melepaskan pelukannya ia menatap sahabatnya itu lekat. Mengusap lembut kedua pipinya menghilangkan air mata.
"Learn to rest, not to quit, Leana. Lo itu kuat jadi lo jangan pernah nangis pasti bisa hadapi semuanya."
Leana tersenyum. Detik kemudian, gadis itu memeluk Airin kuat. Hanya Airinlah sahabat satu-satunya yang dimiliki Leana. Hanya gadis itu yang bisa menenangkan pikiran Leana.
***
Seorang gadis berjalan lesu. Pakaian acak-acakan rambut tergerai acak-acakan. Tatapan kosong selalu mengarah ke depan. Perkataan ayahnya cukup menyakitkan gadis itu terdiam memikirkan apakah ayahnya benar-benar akan mengusir dirinya? Tapi kenapa?
"Ayah kenapa usir Leana? Iya Leana tau Leana itu bodoh nggak sepintar Delia."
"Tapi, Ayah. Leana selalu juara dalam lomba melukis tapi kenapa ayah nggak bangga miliki Leana?"
"Nggak mungkin ayah usir Leana." Gadis itu tersenyum. Detik kemudian, ia berjalan menuju rumahnya.
Gadis itu berjalan lesu. Angin berembus kencang dedaunan kering berjatuhan. Ya, selalu begini dirinya tak ada transportasi untuk menuju sekolah hanya kaki yang bisa gunakan. Karena ayahnya tak memberikan alat transportasi. Entah mengapa ayahnya begitu membencinya dari kecil hingga saat ini.
Beberapa menit kemudian, Leana sampai di rumah di sana sudah ada, ayah, ibu, dan saudara tirinya yang berdiri di depan pintu. Akan tetapi, anehnya kenapa barang-barang Leana ada di luar semua? Gadis itu segera melebarkan langkahnya menuju keluarganya.
"Ini kenapa barang-barang Leana di sini?"
"Lo diusir." Delia bersedekap dada. Detik kemudian, ia mendorong koper kriem itu hingga jatuh.
"Ada hak apa lo usir gue?" tanya Leana. Gadis itu memberikan pertanyaan sedikit berteriak.
"Leana! Jangan sekali-kali kamu membentak! Kalau ayah suruh kamu tinggal sama nenek ya sama nenek. Daripada jadi gelandangan!"
"Ayahh," lirih Leana. Saat hendak menyentuh lengan Reffan pria paruh baya itu terlebih dahulu menepisnya.
To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Leana
Teen FictionSeorang gadis yang menderita. ia dibuang oleh ayahnya sehingga ia tinggal bersama dengan neneknya. selain itu cinta pertamanya juga hancur karena satu pria yang menyayat hatinya. akankah Leana bisa hidup tanpa cinta dan kasih sayang?