Diary Leana

16 5 2
                                    

"Kita putus, Leana Althara!"

"Tapi kenapa? Apa salah aku? Aku ngga mau putus dari kamu, Land," ujar Lea sembari mengusap wajahnya yang penuh dengan air hujan.

Gerland hanya berdecih pria itu menatap tajam wajah Leana dengan tatapan benci. Sementara itu, Lea terus menangis. Kondisinya kini benar-benar buruk wajahnya begitu pucat, rambut acak-acakan.

"Gue pacaran sama lo iseng aja, sih. Lagian lo itu ga berprestasi. Tentu dong keluarga Arganta menolak lo jadi menantunya. Lagian gue ga sudi!" tekan Gerland sembari meninggalkan Leana dengan kondisi yang memburuk.

Gadis itu tertunduk lemas, dadanya sesak. Leana menatap punggung mantan kekasihnya itu sendu. Hujan masih terus membasahi jalanan. Gerland mengendarai motornya, sedangkan Leana berusaha mencegah pria itu untuk pergi. Gadis itu benar-benar takut di tengah jalan. Apalagi jalanan begitu sepi tak ada pengendara lain.

Leana terus  berteriak memanggil nama Gerland. Pria berambut gondrong itu seakan tuli. Gadis bermata biru itu menghadang motor Gerland yang hendak melaju. Leana merentangkan kedua tangannya mengisyaratkan agar Gerland tidak meninggalkan dirinya.

"Heh! Lo mau mati!"

"Gue mohon anterin gue pulang. Gue takut," ujar Leana sembari memohon.

Gerland tersenyum lebar. Menatap tajam gadis yang di hadapannya geram. Leana tetap kekeh tak beranjak ia tak peduli dengan teriakan Gerland.

"Lo budeg apa gimana, Leana! Gue bilang minggir!" teriak Gerland geram.

"Nggak gue nggak mau. Apa alasan kamu putusin aku, Land?"

Pria berambut gondrong itu berdecih. Ia turun dari motornya dan menarik paksa pergelangan tangan Lea sehingga gadis itu meringis kesakitan. Gerland mencerkram dagu Leana.

"Gue ga sudi punya cewek modelan kayak lo, Leana! Lo itu bod*h. Dan gue mau pacaran sama lo karena dare dari teman-teman gue."

"Tapi kita baru jadian tadi siang, Land. Gue itu cinta sama lo!"

"Lo cinta sama gue?" Gerland menatap Leana. Gadis itu hanya mengangguk, senyuman lebar terukir di wajahnya.

"Leana mana ada orang yang cinta sama lo. Modelan kayak lo itu nggak cocok sama siapa pun!" tekan Gerland pria itu mendorong tubuh Leana hampir saja gadis itu terjatuh.

Gerland pergi meninggalkan Leana seorang diri. Di bawah guyuran hujan Leana terduduk lemas. Gadis itu menatap ke atas dan membiarkan air hujan itu mengenai kornea matanya. Perkataan Gerland menyakitkan.

Seorang pria tengah meminum minuman keras. Di tengah guyuran hujan pria itu menerobos mengendarai mobil beserta minuman keras yang ia pegang. Gelak tawanya begitu menggelegar di dalam mobil.  Kendaraannya sudah tak terkendalikan lagi. Sementara itu, Leana masih diam membeku di tengah jalan memegangi lututnya.

Dari lawan arah kiri sebuah mobil melaju kencang. Mobil itu seperti tak terkendalikan, Leana terkejut karena sorot lampu yang begitu silau. Gadis itu melotot, ia segera berdiri. Mobil itu mengerem mendadak tepat di depan Leana berdiri. Seorang pria berdecak kala ada seseorang yang menganggu aksinya.

"Woi lo mau mati, ha!" teriak seorang pria.

Leana gemetar hebat gadis itu benar-benar takut dengan pria di hadapannya. Pria itu menggenakan baju kaos putih yang rambutnya acak-acakan. Serta minuman keras yang berada di tangan kirinya. Ya, dia ialah Alizar Abiyan. Leana meneguk ludah saat pria itu berdiri di depannya.

"Lo budeg. Lo mau matiii!"

"M-maaf aku minta maaf," ucapnya gadis itu hendak berlari akan tetapi, Ali lebih dulu mencekal pergelangan tangannya.

"Lepas!" Leana memberontak berusaha melepaskan cekalanya.

"Lo udah cari gara-gara sama gue. Dan terima akibatnya." Ali membanting botol minuman membuat Leana mendelik.

Leana berusaha melepaskan cekalan pria asing itu. Gadis itu menginjak kakinya, detik kemudian ia berlari sekuat tenaga pergi dari pria menyeramkan. Ali geram pria itu mengambil mobilnya mengendarai kencang guna mengejar gadis yang membuat dirinya emosi. Leana menatap ke belakang gadis itu menangis saat mengetahui pria itu terus mengejarnya.

"Ya, Tuhan tolong aku!"

To be continue

Diary LeanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang