chapter O32

43.4K 4K 993
                                    

Di luar sana matahari terlihat begitu bersemangat, dilihat dari bagaimana Renjun yang mendesah lega saat tubuh nya berhasil masuk ke dalam mobil sang kekasih, oh—atau bisa ia sebut sebagai tunangan nya sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di luar sana matahari terlihat begitu bersemangat, dilihat dari bagaimana Renjun yang mendesah lega saat tubuh nya berhasil masuk ke dalam mobil sang kekasih, oh—atau bisa ia sebut sebagai tunangan nya sekarang.

Untuk sejenak ia berusaha menetralkan deru nafas nya yang melaju sebelum kemudian menolehkan kepala ke arah Jeno yang terlihat bergeming di sebelah nya.

Lagi.

Untuk satu minggu berselang, sikap Jeno yang seringkali ia dapati akhir-akhir ini. Tentu saja Renjun tahu apa penyebab dari lamunan sang kekasih atau calon suami nya itu belakangan.

Namun dengan hati nya yang buta, ia berusaha untuk tetap diam dan menahan. Bersikap seolah semua nya berjalan baik-baik saja seperti keinginan.

Renjun merasakan bilamana tubuh Jeno tersentak kecil kala telapak tangan nya menyentuh punggung tangan lelaki itu. Dia memasang senyum simpul dan lagi menanyakan pertanyaan yang bahkan sudah sangat ia tahu sendiri jawaban nya.

Tapi di sinilah mereka, memasang topeng dusta di masing-masing wajah. Baik Jeno yang terus berkata bukan apa-apa tanpa tahu bahwa Renjun sudah mengetahui semua nya. Begitupula dengan Renjun sendiri, bersikap seolah olah dia baik-baik saja mendapati kenyataan pahit ini.

"Ada apa?"

Seperti biasa Jeno menggeleng, menarik tangan nya yang diusap pelan oleh ibu jari Renjun.

"Kau sudah selesai?" ia bertanya balik.

Renjun menggangguk,"Hm, kita bisa pulang sekarang." jawab nya.

Jeno mengangguk kecil. Dengan segera menjalankan mobil nya untuk mengantar Renjun pulang setelah hampir seharian ini mereka  disibukan mengurus keperluan pernikahan.

Keheningan ini. Adalah satu hal yang Renjun sadari—betapa jauh jarak membentang diantara dirinya dan Jeno sekarang. Terikat bersama dengan sepasang cincin sebagai pengikat hak batas kepemilikan.

Namun nyata nya yang tersisa hanyalah sebuah raga, karena hati dan pikiran Jeno seutuh nya bukan lagi milik nya sekarang.

Renjun membuang wajah ke arah jendela di samping nya. Menopang dagu nya dengan satu tangan. Pikiran nya pelik sampai saat ini namun tak juga mau membuat nya mengakui bahwa diri nya benar-benar terluka parah di dalam sana.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
IncidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang