02

6 0 0
                                    

Setelah sampai dari rumah,Reyna menidurkan tubuhnya diatas sofa diruang tamu sambil memainkan ponselnya.

Untung saja Mahesa tidak jadi mengantarkannya ke rahmatullah,laki-laki itu mengantarkannya kerumah dengan selamat meskipun harus berkali-kali memukul pundak laki-laki itu karena saat dalam perjalanan,Mahesa menyalip sebuah truk dari arah samping.

Reyna lebih baik diantar Putra--adiknya meskipun pelan dalam mengendarai motornya,yang penting selamat,daripada dengan Mahesa yang sama saja menjemput malaikat pencabut nyawa yang tengah sibuk ngopi di warung bu Endang.

"Mbak,Putra mau keluar sama Yuda bentar ya?"

Reyna yang masih asik bermain dengan benda persegi panjang itu langsung menoleh ke sumber suara dan didapati Putra yang sekarang sudah berpenampilan rapi.

"Gak nyebat kan?" Tanya Reyna karena adiknya itu juga masuk kedalam geng Mahesa,dan yang paling muda diantara yang lain adalah Yuda dan Putra sendiri.Apalagi di geng Pencari mimpi ada si Haris yang nakalnya luar biasa,apalagi laki-laki itu juga sering keluar masuk ruang BK dan itu yang membuat Reyna khawatir.

"Yo enggaklah mbak,Wong cuma aku sama Yuda tok kok.Mas-mas yang lain pada ngopi di warung bu Endang." Balas Putra yang membuat Reyna masih tak yakin dengan apa yang adiknya itu ucapkan.

"Beneran?"

"Beneran mbak."

Putra menggaruk kepalanya tak gatal karena tahu kakaknya itu pasti masih tak yakin dengannya,"Gini deh,kalo Putra pulang bawa sesuatu dengan logo Janji Jiwa,itu berarti aku beneran bareng Yuda."

"Wong aku sama Yuda ada tugas kelompok,Yuda juga ngajak ke kafe Janji Jiwa .Katanya, kalo ngerjain dikafe murahan gak elit." Tambahnya yang membuat gadis itu tertawa,"Dasar Yuda,untung kaya.Yaudah mbak bolehin tapi janji ya? Pulang bawa oleh-oleh,kalo gak nanti Lego mu tak buang."

Putra membulatkan matanya,"Ya jangan mbak,itu hadiah dari mas Mahesa pas ulang tahun Putra kemarin."

"Iya deh,nanti ku bawain oleh-oleh dari sana."

Setelah kepergian Putra,Reyna merasakan perutnya berbunyi tanda ia sudah lapar,padahal seingatnya tadi sudah makan Tiwul yang ia temukan diatas meja makan entah punya siapa.Memang,hasil temuan selalu tidak berkah,pikirnya.

Dengan perasaan malas,Reyna berdiri dan memutuskan untuk memasak Mie instan mengingat hari ini ibunya memasak makanan pedas yang tidak mungkin dia makan.Karena gadis itu memang tak suka dengan makanan pedas dan asin.

Ibunya pergi arisan dirumah bu RT,dan dirumah tak ada siapa-siapa selain dirinya.Reyna mengambil uang yang sudah ibunya siapkan dibalik sarung bantal ibunya.Hanya ditinggalkan 10.000 membuat Reyna mendengus kesal,"Ck,cuma segini?"Monolognya saat mengambil uang dari sarung bantal ibunya dan langsung memasukkannya kedalam saku celana training nya,"Gak papa lah,yang penting ada uang."

Setelah berganti pakaian,Reyna mengunci rumah dan pergi menuju warung bu Endang yang jaraknya hanya melewati beberapa rumah dari sini.

----------

"Bu,beli mie goreng satu ya?"

"Mie sedap atau Indomie?"

"Terserah bu,yang penting mie." Balas Reyna pada wanita paruh baya itu sambil tersenyum.

"Sek,tak ambilkan dulu."

Setelah bu Endang pergi mengambil mie,sekali-kali Reyna melihat para pemuda seumurannya yang masih setia diwarung kopi bu Endah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang