VIII

5.4K 550 18
                                    








Sudah ada dua hari namun Noa masih belum mengatakannya pada Ayaka dan kecanggungan terjadi diantara mereka berdua. Bahkan Noa tidak terlalu sering mengunjungi Ayaka seperti biasanya. Hanya menemuinya lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah kata, seperti hanya untuk melihat Ayaka.

Teman teman nya sampai kebingungan dan bertanya tanya, apakah mereka bertengkar? Namun mereka sungkan untuk bertanya karna Ayaka terlalu tertutup mengenai hal yang menyangkut pribadinya.

Yang anak kelas tau, Ayaka ini tidak mempunyai sabahat yang selalu kemana mana bersama, walaupun sangat baik dan ramah kepada orang lain Ayaka terlalu menutup diri dan tidak akan membiarkan orang lain mengorek kehidupan nya. Namun Ayaka adalah anak yang baik meskipun tidak terlalu pandai sekali bersosialisasi dengan orang asing, ia tak segan menawarkan bantuan kepada orang lain.

Kini Ayaka sedang berada di lapangan futsal sekolahnya, duduk di tribun menatap Noa yang sedang bermain dengan teman kelas nya. Jika Noa tidak memberi kejelasan berarti Ayaka yang harus menghentikan suasana ini meski pertanyaan nya tidak terjawab. Disana, yang ayaka tau hanya Taki dan Daniel karna dua orang itu selalu ada didekat Noa  selebihnya tidak. Semua pemain menyadari kehadiran Ayaka yang duduk di tribun saat sambil menggenggam sebotol air mineral, tapi tidak dengan Noa. Laki laki itu bahkan tidak menatap ke arah tribun untuk melihat pacarnya yang tengah menunggu nya dari tadi.

Sampai akhirnya permainan selesai, Noa yang masih bermain dengan bola sendirian, menendang nya ke atas berulang kali sedangkan teman temannya beristirahat minum.

Tiba tiba Noa dikagetkan dengan sebuah air mineral yang di ulur kan di depan mukanya.

"Kenapa menghindar?" Tanya Ayaka sama seperti Niki menanyai nya waktu itu, layaknya dejavu.

"Padahal kamu bakal marah kalo aku ngelakuin itu kaya waktu awal" lanjutnya.

Noa menerima air mineral nya, lalu menunduk melihat air mineral yang diberi Ayaka.

"Marah?" Tanya nya lalu menatap Ayaka.

Namun Ayaka menggeleng, ia memang tidak marah pada Noa.

"Cemas"

"Kamu beneran gak papa?"

Bukannya menjawab pertanyaan Ayaka, Noa malah memberi kode kepada temannya untuk pergi dari lapangan. Lalu menatap Ayaka lagi, kali ini dengan sorot mata yang lebih teduh.

"Aku pengecut" ucapnya pada dirinya sendiri. "Jadi aku gak berani nampakin diri ketemu kamu"

"Jadi aku apa?" Tanya Ayaka.

"Kamu? Pacar aku" jawab Noa walau sebenarnya sedikit bingung karna mengapa tiba tiba Ayaka menanyakan hal itu.

"Apa kamu cinta sama aku?" Tanya Ayaka.

"Cinta"

"Sebesar apa?"

"Kamu mau buktiin seberapa besar cinta ku ke kamu?" Pertanyaan Noa dijawab anggukan oleh Ayaka.

"Kaya gini"


























Setelah menarik paksa guru sejarah dari ruangan nya. Kini, Noa langsung menghajar habis habisan guru sejarah yang memarahi Ayaka tadi pagi saat jam pelajaran sedang berlangsung, meskipun ia tidak ada disamping Ayaka selama ini namun ia tau semua hal uang terjadi. Keadaan menjadi riuh, tidak ada yang berani melerai Noa yang sedang memukul guru sejarah dengan brutal seperti orang gila.

Pukulan nya tidak main main, darah sudah mengucur di pelipis kiri hanya dengan dua pukulan, dan memar biru ke unguan di mana mana.

"Brengsek!! Lo udah marahin pacar gue di depan temen temen nya!!"

Noa mencengkeram kerah milik gurunya itu dengan kuat, sedangkan guru sejarah berjenis kelamin laki laki itu sudah lemas dipukuli Noa.

"Murid kalo gak bisa jawab pertanyaan guru itu wajar!! Bukan nya di benerin malah di marahin!! Otak lo di mana anjing!!"

Noa sudah keterlaluan, jika tidak ada yang menghentikan dia guru sejarah bisa mati di tangan nya.

"Noa stop" ucap Ayaka sambil menahan gemetar.

Noa langsung menghentikan pukulan yang sedang melayang untuk lelaki didepannya, kemudian mendongakkan kepalanya. Menatap sang gadis di depannya berjarak 2 meter sedang menahan ketakutan padahal tangannya sedang tremor.

"Oke" desisnya lalu pergi dengan mudah, Noa menghentikan gerakan nya karna permintaan Ayaka.

Noa berhenti dan melepaskan cengkraman dari kerah baju guru itu dan berjalan ke arah Ayaka. Sedangkan yang lain segera menghampiri guru sejarah itu dan membantunya untuk di bawa ke rumah sakit karna pukulan Noa yang sangat parah itu.

Noa masih setia berdiri di depan Ayaka yang sedang menatap guru sejarah dengan gemetar ketakutan, Noa mengeluarkan satu tangannya dari saku, dan membawa Ayaka pergi ke taman sekolah. Membiarkan Ayaka sedikit tenang dari kerumunan banyak orang.

"Gimana bisa kamu mukulin seorang guru?" Tanya Ayaka yang masih shock, saat tiba di taman. Ia sedikit marah sekarang.

"Dia gak akan mati" jawab Noa enteng.

"Tapi lebih bagus kalo mati" lanjutnya dan membuang muka.

"Noa!!"

"Iyaa" jawab Noa malas.

"Ayaka, tugas guru itu harus ngajar murid dengan baik, sampe faham. bukan nya nyuruh murid faham sendiri, terus pas pertemuan gak bisa jawab pertanyaan malah di marahin habis habisan, tolol banget metodenya"

"Bukannya seneng belajar tu mapel, murid malah bisa sebel dan trauma buat ngomong di depan umum karna takut salah, dan itu ga jauh dari makan gaji buta sayangku"

Ayaka menatap Noa sengit, sedangkan Noa tersenyum simpul. Bisa bisanya ia berkata seperti itu diakhir kalimat.

"Apa pembuktian aku cukup?"

Ayaka diam sejenak lalu mengangguk, "cukup" jika tidak siapa lagi yang akan di pukul Noa untuk membuktikan cinta nya?.

Noa langsung menarik Ayaka kedalam rengkuhan nya. Ia sangat merindukannya walau seharian tidak bertemu, Ayaka ini terlalu candu dan tak bisa di lupakan dalam sekejap.







To be continued
🦋 © crxdia

Ig ; @crxdiaa

Noa's Obsession [1] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang