Warning typo!!
"Sungguh?" Tanya seorang pemuda cantik dengan mata berbinar.
"Ya, kau bisa datang besok jam 8 pagi." Jawab seorang wanita cantik yg berada di depannya.
"Terima kasih, aku permisi." Pemuda manis itu berdiri dari duduknya dan keluar dari ruangan tersebut.
Wajah pemuda itu terlihat sangat bahagia, bagaimana tidak ia sudah diterima bekerja di sebuah restoran yg menurutnya cukup mewah dengan hanya lulusan sekolah menengah atas.
Pemuda itu terus tersenyum sampai ia menuju rumahnya.
Pemuda itu membuka pintu dan berjalan masuk, rumahnya tidaklah besar dan bisa di bilang sederhana, hanya ada dua kamar, ditengahnya untuk ruang tv dan kamar mandi di belakangnya.
"Levi kau kah itu?."
"Iya ibu." Pemuda bernama Levi itu menghampiri wanita tua yg sedang berkutat dengan dapur.
"Kau sudah pulang, bagaimana lamaran pekerjaannya?."
"Aku diterima bu, dan besok aku akan mulai bekerja."
"Syukurlah, kau pasti lapar ibu sudah menyiapkan makanan untukmu."
Levi sudah tidak mempunyai ayah, sedari kecil ia memang hanya tinggal bersama ibu, kakek dan nenek nya saja. Tapi sekarang kakek dan nenek nya sudah tiada.
Dia tidak pernah tau wajah ayahnya seperti apa, foto pernikahan ayah dan ibunya pun dia tidak pernah lihat. ibu bilang ayahnya meninggal dunia saat levi masih di dalam kandungan. Entah kenapa setiap Levi bertanya tentang ayahnya lagi wajah ibunya seperti terlihat terlukan dan bersedih, mulai dari situ dia tidak berani bertanya pada ibunya lagi.
.
.
."Oke Levi Tugasmu menghampiri meja dan mencatat pesanan mereka lalu kau mengantarkan makanannya jika sudah selesai. Dan kau boleh bekerja sekarang" Ucap pria tampan itu kepada Levi yg berada di depannya.
"Baik tuan." Levi menunduk sopan sambil tersenyum manis. Setelah itu ia keluar dari ruangan manager, baru beberapa langkah ia sudah dipanggil kembali oleh si manager restoran.
"Tunggu."
"Aku lupa memberitahu nama ku, kenalkan aku Ben Deffrin kau boleh memanggilku Ben."
"Baik tuan Ben."
"Kau boleh pergi."
Levi mulai mengerjakan tugasnya, menghampiri meja pelanggan dan menulis pesanan mereka. Dan juga mengantarkan makanan yg sudah siap.
Levi berhenti di meja bernomer 7, yg diisi satu orang remaja laki-laki.
"Silahkan tuan." Ucap levi sambil memberikan daftar menu di restoran tersebut.
Remaja laki-laki itu menerima daftar menu yang Levi berikan dan membukanya. Levi tidak sadar bahwa remaja laki-laki itu terus memperhatikannya.
Mata mereka bertemu, remaja laki-laki tersenyum manis kepada Levi sedangkan Levi sendiri masih diam tidak memberikan reaksi apapun.
"Kau boleh duduk." Ucap lelaki itu.
Kenapa Levi menyebutnya masih Remaja Karena pakaian yang dipakai lelaki itu adalah seragam sekolah.
"Tidak tuan terimakasih." Jika ia duduk pun dimana? Meja ini hanya tersedia 2 kursi.
"Kau bisa duduk di depanku, tidak mau? baiklah." Tiba tiba lelaki itu menarik Levi agar duduk ke dalam pangkuannya.
"T..tuan jangan." Levi memberontak mencoba untuk bangun, namun lelaki itu melingkarkan tangannya pada perut levi hingga levi tidak bisa bangun dari posisi itu.
"Lepaskan tuan, nanti aku akan dimarahi bos ku."
"Kau manis sekali."
"Maaf tuan aku harus kembali bekerja, ini sangat tidak sopan nanti aku bisa dimarahi bos ku." Hembusan nafas dirasakan Levi pada lehernya, Lelaki itu mulai berani menghirup tengkuk Levi. Levi takut dia juga sangat risih dia ingin berteriak rasanya.
"Tenanglah tidak usah takut, Jika kau di pecat kau bisa bekerja bersamaku." Ucapnya enteng, bukan begitu Levi baru sehari bekerja disini mana mungkin dia membuat kesalahan, Sial memang.
"Ta..tapi tuan, lepaskan aku dulu."
"Yasudah silahkan duduk di kursi depanku, tidak ada penolakan."
Dengan terpaksa Levi akhirnya menurut duduk di kursi yang tersisa itu.
"Pelayan." Pria itu memanggil pegawai lainnya untuk kehadapan nya, tak lama seorang pegawai perempuan menghampiri meja pria itu.
"Iya tuan."
"Aku pesan semua makanan yang ada disini."
"Baiklah, mohon tunggu sebentar."
Levi melotot, apa apaan maksud pria itu memesan semuanya dan menyuruh levi duduk dengannya.
"Maaf tuan saya harus kembali ke belakang, pekerjaan saya banyak per..." Baru saja Levi bangun dan hendak pamit, pria itu sudah mengacungkan pistol nya menghadap Levi.
"Kau bergerak se inci saja dari meja, aku akan menembak mu."
Seketika Levi terkejut, Remaja laki-laki itu menyodorkan pistol tepat di hadapan wajahnya. demi apapun dia itu sangat takut pada pistol dan sekarang dia berhadapan dengan benda itu.
"Ba..baiklah t.. tuan." Levi kembali duduk dengan gemetar di badannya." Dasar pria brengsek. Batinnya
"Tu..tuan tolong turunkan dulu pistol anda, sa.. saya takut." Ucapnya memberanikan diri.
"Oke, Sebelumnya saya minta maaf tidak usah tegang Levi, aku minta maaf telah membuat mu ketakutan.
"Kenalkan aku Jerick Andrew, pemilik restoran ini."
Levi kembali terkejut yang ke 2 kali, apa apaan ini dia tidak percaya, pemuda ini hanya mengaku-ngaku saja tidak mungkin pemilik restoran mewah seperti tempat kerjanya ini memiliki bos seorang anak SMA.
"Tidak percaya?."
Ingin rasanya Levi berkata di depan wajah nya ya aku tidak percaya dengan sekeras mungkin. Bagaimana bisa dia tidak malu sudah mengaku-ngaku bos disini untuk membuat Levi terkesan.
"Ah Maaf tuan, kurasa untuk seorang pelajar SMA sepertimu itu tidak mungkin."
"Aku memecat mu dari restoran ini, Ben." Lelaki itu memanggil manager restoran ini.
"Iya tuan." Tidak lama ben langsung menghampiri meja mereka.
Hah? Apa apaan ini Ben memanggil nya tuan?
"Lelaki di depanku ini sudah dipecat, beri dia uang gaji untuk hari ini."
Baik tuan.
Ti..tidak mungkin
Levi panik, dia benar-benar di pecat? Oh tidakkkk."Tu..tuan ben." Levi menatap Menager itu memelas dan tidak percaya.
"Ini gaji mu sehari ini Levi." Pria itu memberikan amplop berwarna coklat pada levi.
"Tu..tuan aku mohon jangan pecat aku, aku janji tidak akan bertanya apa-apa lagi dan menuruti semua yang tuan inginkan. Aku harus membeli obat untuk ibu ku tuan aku mohon jangan pecat aku."
"Kau hanya di pindah kerja kan Levi." Remaja laki-laki itu menyuruh Ben pergi dari hadapan mereka.
"Sekarang kau menjadi teman ku, dan itu aku gaji lebih besar dari bekerja disini." Lanjutnya.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys Like You (BXB
Jugendliteratur"apa yang aku inginkan harus jadi miliku, hanya aku." Jerick andrew.