"Jangan duduk di depan pintu. Nanti susah dapat jodoh biar tahu rasa!" seru seorang pemuda pada seorang remaja perempuan yang tengah duduk tepat di depan pintu utama sebuah rumah semi permanen. Tangan kanan gadis itu terlihat asyik mengukir sesuatu di atas tanah menggunakan ranting kering.
Mendengar suara yang sudah sangat familier dengan gendang telinganya, membuat gadis berseragam biru-putih itu cepat-cepat berdiri lalu menghapus ukiran yang belum selesai ia buat. Kaki mungil yang terbungkus sepatu hitam yang warnanya sudah mulai pudar itu terbirit-birit menggesek ukiran di atas tanah kering itu. Kepulan debu terbebas ke udara, membuat pria yang baru saja tiba di hadapan gadis itu terbatuk-batuk.
"Hayo! Nulis apa kamu, Cil?" Pemuda berseragam putih abu-abu itu menghadang pergerakan kaki gadis putih-biru itu dengan kaki kanannya.
Gadis putih-biru pun terkejut dengan aksi pemuda yang kini hanya berjarak lima puluh senti darinya. Tubuh mungilnya hanya sejajar dengan pundak pemuda itu.
"Cuma iseng, kak." susah payah ia meloloskan suara.
"Ini ada gambar love-nya?" pemuda itu menyeringai menatap gadis mungil yang terlihat tidak tenang.
"Mocil lagi latihan gambar jantung, kak. Ada tugas gambar anatomi jantung. Tapi, malah gambar hati yang mocil buat." gadis bernama Mocil itu mencomot satu alasan yang bersliweran di benaknya.
Pemuda yang Mocil panggil Kakak itu masih tak percaya, terus saja mendesak Mocil untuk mengaku. Namun, Mocil membiarkannya berlalu begitu saja. Segera ia mengalihkan rasa penasaran pemuda itu pada pertanyaan yang menggiringnya ke rumah pemuda jangkung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Mereguk Senja
RandomHimpunan kisah perjalanan menuju senja. Siapa di sini yang tidak suka senja? Langit sore berwarna jingga yang setia mengantarkan mentari tenggelam dalam peraduannya. Tidak sedikit pula orang-orang pergi ke suatu tempat hanya untuk menikmati keindaha...