Punishment

1K 55 8
                                    

Content Explicit (21+)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Content Explicit (21+)

××××××

"Kau tahu apa kesalahanmu?"

Gadis berseragam Sekolah Menengah Atas itu menundukkan kepalanya. Kedua tangannya saling terkait.

"Apa selain kehilangan wajah, kau juga kehilangan suaramu?

Kepala gadis itu semakin menunduk. Aura dingin dan menyeramkan terpancar dari pria dihadapannya.

"Masih tidak ingin berbicara apapun Im Yoona?"

Im Yoona. Gadis itu merinding mendengar pria itu menyebut nama lengkapnya.

"S-saya tidak tahu kesalahan apa yang telah saya lakukan, sir."

Pria itu terkekeh. Ia mengambil langkah semakin dekat dengan Yoona. Tangan kanannya bergerak memegang dagu gadis itu dan mengangkat wajahnya.

"Kau berbicara dengan teman pria mu."

Hah?

Im Yoona merasakan kakinya bergetar. Apa yang salah? Ia hanya mengobrol dengan teman sekelasnya pada saat guru biologi sedang menerangkan pelajaran.

Oke dia mengaku salah.

Tapi kenapa sampai harus di panggil ke ruang kepala sekolah, terlebih lagi mengapa hanya dirinya?

"Maafkan saya, sir. Saya tidak akan melakukannya lagi. Saya berjanji."

Pria itu terkekeh lagi. Tangannya semakin nakal membelai wajah Yoona.

"Sir."

"Aku harus menghukummu, kau tahu?"

Yoona mengangguk. Ia siap di skorsing, apapun itu ia siap. Hanya saja ia ingin cepat pergi dari ruangan yang penuh aura menyeramkan ini.

Tapi. Tidak.

Tangan pria itu bergerak turun, meninggalkan wajahnya kini membelai lehernya, kemudian turun menuju dadanya.

"Jangan, sir." Bisik Yoona. Kepalanya menggeleng. Matanya mulai perih karna ia hampir menangis.

"Kau melarangku? Aku sedang memberikan hukuman untukmu, Yoona."

Kedua tangan pria itu memijat payudara Yoona dengan lembut. Yoona terus menggelengkan kepalanya. Kemudian jari jari nakal itu bergerak menyentuh kedua putingnya. Dan melakukan gerakan memutar.

"Saya mohon, sir."

Ucapannya seolah angin lalu. Yoona mulai terisak pelan.

"Katakan apa kau berkencan dengan anak laki-laki itu?"

Yoona menggeleng. Tidak sungguh. Mereka hanyalah teman satu kelompok.

"Apa dia pernah menyentuhmu begini?"

P A R TTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang