𔓕 zero on zero 𔓕

41 6 1
                                    

ㅤ     
       Hari itu, tepat saat dengusan ke sekian kalinya, Jemaion Adiwaksa menendang batu kerikil di bawah kakinya yang menginjak aspal legam. Selama perjalanan itu pula, Jemaion menggerutu kecil, menyalahkan sang Kakak alias Jehanu Adiwaksa yang katanya nggak bisa jemput padahal ia tahu betul kalau sekarang Kakaknya lagi ngapel ke Rumah pacarnya.



Jalanan udah sepi bak tak berpenghuni. Jelas, siswa-siswi dari tempatnya menimba ilmu udah berhamburan pulang tepat pada waktunya. Jadi, Jemaion satu-satunya orang yang pulang jam tujuh malam.



Sumpah! Nanti ia akan buat perhitungan sama Abangnya setelah ini. Alias morotin uang bulanan Jehanu selama yang ia mau. Biar tahu rasa nggak ngapel lagi bareng si pacar, kak Tyandra namanya.



Mungkin Jemaion bisa aja pulang naik ojek online kalau baterai ponselnya nggak habis. Nasib banget harus jalan kaki sampai ke rumah. Mana jaraknya sekitar lima ratus meter, hadah hadah. Makin mleyot kedua tungkainya.



Angkot jam tujuh juga udah nggak ada yang lewat. Abang angkotnya mungkin lagi istirahat sambil leyeh-leyeh di rumah bersama keluarga. Hadah, makin random aja sekarang pikirannya.



Sebenarnya sedari tadi, Jemaion denger suara ricuh yang bersahutan. Sependengarannya kayak suara saling bogem bugh bugh plak plek gitu. Karena Jemaion ini tipe orang yang apatis, alhasil dia jalan aja terus dengan kepalanya yang nunduk natap jalanan.



Anjing, sakit woi!”



Suara Jemaion menggema ditengah suara ricuh gaduh itu, nggak kedengaran pasti sih. Cuma ya, anjir! Tempurung kepalanya sakit banget kayak ditimpa sesuatu. Pas Jemaion melihat batu kerikil dengan ukuran yang cukup besar, barulah ia sadar kalau ia habis ditimpuk.



Jemari lentik Jemaion merambat tepat ke bekas timpukannya. Walah, benjol ternyata. Alhasil Jemaion mendengus marah. Yang nimpuk kurang kerjaan banget pasti. Udahlah mana ia badmood, ditimpuk lagi.



“WOI! SIAPA YANG NIMPUK GUE ANJIM, MAJU LO SINI!” teriakan Jemaion yang serak basah itu menggema. Tapi kayaknya percuma sih, bakalan diacuhin.



Karena pas kepalanya terdongak untuk liat si pelaku, Jemaion nggak nyangka kalau ternyata ia ada di belakang barisan pasukan anak berjaket denim dan diantaranya ada lambang tempat Jemaion sekolah, yang hendak tawuran. Udah gitu pada bawa celurit, batako, terus yang paling kecil senjatanya ya batu kerikil. Batu bukan sembarang batu, sekali timpuk kepala langsung biru, asli.



Hadah, anak jaman sekarang mainnya berantem-beranteman. Nggak ada kerjaan anjir, udah kayak mau perang dunia ketiga.” monolog Jemaion yang masih mengusap belakang tempurung kepalanya.



“Siapa nih kira-kira yang nimpuk gue?”



Bola maniknya menyipit, mengintimidasi satu-persatu orang yang sekiranya punya wajah nyebelin. Sebelumnya dia minggat dulu, merapat kepada pohon di samping jalanan. Kerumunan siswa yang tawuran itu mulai bacok-membacok, pokoknya gaduh banget, jadi Jemaion cari aman aja.



Di tangannya udah tersimpan pecahan batako yang tadi ia pungut. Netranya menangkap sesosok lelaki yang menurutnya keliatan tengil, udah mana rambut di cat blonde, mau jadi jamet apa ya.



Jemaion lari-lari kecil tanpa takut kena bacok atau bogem, niatnya udah bulat buat balas dendam ke orang yang berani nimpuk dia, padahal Jemaion belum tahu pasti orangnya yang mana.



Udah dekat dengan target, Jemaion langsung melancarkan aksinya nimpuk kepala orang yang menurutnya punya wajah nyebelin itu dengan serpihan batako yang lumayan gede.



“ADUH BANGSAT!”



Strike. Target udah mengumpat sambil megangin kepalanya. Lelaki itu menoleh ke belakang, yang membuat kedua manik itu bersirobok.



“KABUR ANJIR, ADA APARAT SAMA KEPALA SEKOLAH!”



--- Sebelum akhirnya Jemaion dan yang lainnya di lokasi itu lari terbirit-birit.

















































 ㅤㅤㅤ“KABUR ANJIR, ADA APARAT SAMA KEPALA SEKOLAH!”ㅤㅤㅤ--- Sebelum akhirnya Jemaion dan yang lainnya di lokasi itu lari terbirit-birit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ꕤꕤꕤ

a/n: halo kawan, apa kabs sawadikrap. salam kenal dengan sachi, si gadis remas pentil alias remaja masjid pecinta tahlil.

One Day ft. nominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang