Matahari sudah akan pergi meninggalkan tempat peraduannya tatkala lembayung senja menghiasi langit yang tak lagi bewarna samudera.
Hangat sinar senja inilah yang kini sedang dinikmati oleh para muda dan mudi di pinggir embung taman kota. Ada yang berfoto ria atau bahkan hanya saling bercengkrama bersama teman menikmati suasana senja, saling berbagi cerita tentang suka dan duka.
Berbeda dengan muda mudi lainnya yang menikmati senja dengan sahabat atau bahkan kekasihnya, seorang pemuda dengan penampilan kasualnya mengenakan jaket denim dan celana jeans yang terlihat sedikit sobekan di lututnya. Poni yang sudah terlihat lebih panjang bagi ukuran kaum laki- laki menutupi separuh dari wajah tampannya. Sepatu kets dan tas ransel yang menggantung pada punggungnya menandakan ia adalah seorang mahasiswa di kota kecintaannya. Ia kini tengah menikmati senja seorang diri hanya dengan ditemani sekaleng kopi digenggamannya.
Sesekali menenggak kopinya, tanpa terasa di tenggakannya yang kesekian kali tak ada setetes kopipun yang tumpah membasahi tenggorokannya. Entah ia amat sangat menikmati sang senja atau sedang bergelayut dengan pemikiran- pemikiran lainnya sehingga tanpa ia sadari sekaleng kopi di genggamannya sudah tak berisi lagi. Sadar akan suasana yang nampaknya warna jingga dilangit mulai perlahan menjadi temarm, ia rogohkan tangan di saku jeansnya mengambil handphone yang bersarang di sana.
18.15 WIB yang tertera pada arloji handphonenya membuat ia segera beranjak dari tempat peraduannya. Tak lupa dengan sekaleng kopi kosongnya yang masih ia bawa, berjalan menuju tong sampah yang sudah tersedia membuangnya pada tempat yang sebenarnya. Saat memutar tubah dan beranjak dari hadapan tong sampah, tanpa sengaja pemuda itu menabrak seseorang.
jeduk...
"aw..." lirih suara yang lebih lembut yang tidak seperti suara dari kebanyakan kaumnya.
"Sorry" ujar pemuda itu. Menatap sosok wanita berambut gelombang sedikit kecoklatan yang masih menunduk fokos memeriksakan kamere yang menggantung di lehernya.
Dirasa tidak ada kerusakan dan kamera masih berfungsi sebagaimana mestinya, gadis itu menegakkan pandangan menatap sang pemuda.
Mata bertemu mata, terpaku menatap binar mata indah yang gadis itu punya. Binar mata yang sungguh indah dan mempesona, tak ayal membuat sang pemuda terpaku mengaguminya.
"Ah iya nggak apa- apa kok" ujar sang gadis.
Sang gadis tersenyum, memohon diri untuk segera beranjak dan lantas pergi meninggalkan pemuda yang masih terpesona akan dirinya. Dipandanginya gadis itu hingga bener- benar menghilang sosoknya dari pandangan sang pemuda, hingga ia tersadar akan keterpakuannya.
Sedikit mendengus, merutuki kebodohannya yang bisa- bisanya terpesona hanya pada satu kali pandangan pertama.
Tak ingin berlama-lama merutuki kebodohannya, ia lanjut beredar menuju tempat parkiran motor untuk segera meninggalkan tempat itu yang sudah mulai sepi dari populasi manusia- manusia yang mendiaminya.
Saat melangkahkan satu kakinya ia merasakan menginjak sesuatu yang agak sedikit keras. Diliriknya benda yang ia injak tersebut, menunjukkan sebuah name tag seorang gadis cantik yang baru ia temui itu. Dipungutnya benda itu, ia pandangi lekat- lekat foto dan dibacanya nama yang ada pada name tag tersebut.
Nalaraya Ayu Anindya
"Ayu ya... Se- Ayu rupanya" gumamnya dengan senyum tipis membingkai wajahnya.
:・゚✧*:・゚✧ *:・゚✧*:・゚✧ *:・゚✧*:・゚✧ *:・゚✧*:・゚✧ *:・
Ramananda Dirgantara
Nalaraya Ayu Anindya
:・゚✧*:・゚✧ *:・゚✧*:・゚✧ *:・゚✧*:・゚✧ *:・゚✧*:・゚✧ *:・
AKHIRNYA SETELAH SEKIAN LAMA DI DRAFT 🤣🤣🤣 The first story, kalau suka jangan lupa tinggalin jejaknya ya biar buat aku semangat untuk terus ngelanjutin cerita ini 🤭🤭🤭
Anw guys sorry ya, ini visualisasi Nakyung memang aku kasih yang pas rambut panjang tapi di cover rambutnya pendek 🤣🤣🤣 jujur work ini udah disiapin lama covernya juga udah lama disiapin dari Oktober pun dan aku bukan tipekal yang bisa ngedit ngedit astetik gitu jadi mau ganti covernya masih males lagi ngga ada ide kreatif 🙃
KAMU SEDANG MEMBACA
Mesin Waktu
Romance"Waktu memang tidak bisa di ulang, tapi setidaknya masih bisa kita kenang" Nalaraya.