"Haechan!" suara nyaring milik pemuda bermarga Huang itu mengalihkan atensi nya, Renjun segera berlari mendekat. Meraba, dan mengamati keadaan yang di alami sahabat karib nya sendiri. Masih kaget dengan apa yang baru saja terjadi dengan dirinya, Haechan hanya terdiam.
"Chan? Ada apa ini? Ya ampun.. kenapa berantakan sekali?" monolog Renjun sambil membantu membereskan barang-barang yang tengah berserakan. Beberapa siswa-siswi yang hanya sekedar menonton, membuat perasaan Renjun semakin muak tak karuan,
"HEI! KENAPA HANYA MENONTON?! PERGI KALIAN!" amukan Renjun dengan suara nya yang keras, membuat segerombolan murid-murid tadi segera menyingkir dan menjauh dari sana. Renjun menghela nafas nya,
"Chan, kenap- Chan? Kau.. menangis?" tanya Renjun berhati-hati, kemudian dengan cepat memeluk tubuh didepannya yang masih diam tak bergeming. Menepuk nya, berusaha menenangkan sahabatnya sendiri. Sungguh, melihat Haechan menangis adalah suatu pemandangan paling buruk yang Renjun sangat benci dalam hidupnya. "Tak apa, Echannie.. sudah ya? Heum? Ayo, biar ku bantu merapikan semuanya," ajak Renjun yang hanya dibalas sebuah anggukan dari Haechan.
###
"Ren.. terimakasih banyak, ya.." lirih Haechan. Renjun yang tadinya sedang sibuk merapikan bukunya sontak menoleh, dan tersenyum. Menepuk bahu sang empunya, menyematkan sebuah senyuman paling manis. "Tak apa. Aku sahabat mu, Haechan. Hei.. Jangan katakan bahwa kau akan lupa dengan kenyataan itu!" galak Renjun yang kembali mengerucutkan bibir ranum nya. Haechan tertawa, mengangguk.
"Chaa! Ayo kita pergi ke kantin. Heum? Injun dengar disana ada menu baru!" seru Renjun dengan antusias nya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan lewat lima belas menit, pelajaran pertama mereka juga baru saja berakhir. Ini waktunya untuk istirahat,
"Apa? Aku penasaran.." tanya pemuda berkulit tan tersebut. "Sepaket menu makan siang? Jus? Entahlah.. " jawab Renjun dengan ragu-ragu sambil meletakkan sebuah jari telunjuk di bibirnya. Haechan kembali tersenyum, ada-ada saja tingkah sahabatnya ini.
Haechan menggenggam tangan kecil tersebut, mereka berjalan beriringan disertai canda tawa dan obrolan ringan sekedar menuju kantin. Tiba-tiba, langkah Renjun terhenti,
"Chan.."
"Iya?"
"Eumm.. lupakan! Tidak jadi, hehe." jawab Renjun sembari menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal. Haechan mengangguk, dan kembali melanjutkan langkah nya. Beberapa langkah lebih jauh, Renjun masih terdiam dengan segala fikiran didalam benak nya sendiri.
'Chan, kenapa tiba-tiba kelompok anak nakal itu mem-bully dirimu? Aku tak habis fikir.. apa ada seseorang yang ingin berniat jahat padamu? Tega sekali.. Kenapa? padahal kau tak mempunyai satu kesalahan pun pada mereka.. Aku rasa ada yang tidak beres disini.. ' batin Renjun sambil kembali menatap punggung yang hampir menjauh itu.
"RENJUN!" teriak Haechan. Tak habis fikir, kenapa sahabat nya ini aneh sekali? Tiba-tiba terdiam dan merenung seperti ini. Renjun terkejut, tersadar dari lamunan nya sendiri. Kembali menyusul Haechan, dengan tampang nya yang tertawa geli.
"Kau memikirkan apa? Jangan seperti itu. Aku takut.."
"Bukan apa-apa! Jangan di fikirkan."
###
Mark melangkahkan kakinya dengan angkuh. Tiga anak buah nya yang lain juga turut andil dalam menemani sang ketua. Sorot mata kini memandang kelompok liar itu dengan takut-takut. Matanya menelisik beberapa bangku yang sudah terisi. Segera menghampiri salah satu meja yang menjadi sasarannya,
KAMU SEDANG MEMBACA
Un-Loving You || MarkHyuck
FanfictionHaechan, seorang murid biasa yang sangat menyukai kakak tingkat nya, Mark Lee. Nekat tetap berjuang meskipun segala usaha nya kian sia-sia. Mulai dari cacian, makian, bekal yang terbuang, ocehan, dan ejekan ia telan dan terima dengan penuh lapang da...