1

2.1K 196 129
                                    

"Apakah yang disebut keluarga itu benar-benar indah?"

.

.

[Name] menunduk selama perjalanan ke desa yang disebut Genah, yang pada akhirnya [Name] digendong oleh Genah di punggungnya. Genah mencoba untuk mengakrabkan diri dengan gadis kecil yang baru saja ia temui. Namun [Name] hanya berbicara dengan singkat.

Setelah kurang lebih sepuluh menit berjalan, akhirnya mereka sampai ke desa yang dibicarakan Genah. [Name] mendongak, matanya terpaku pada keindahan desa tersebut.

"Selamat datang di rumah barumu, [Name]. Desa Spadia." ucap Genah lalu berjalan ke arah pintu masuk sebuah rumah, Genah berhenti berjalan, membuat [Name] penasaran dan melihat apa yang ada di depan Genah.

Lelaki berambut biru tosca berdiri di depan pintu rumah, mata biru toscanya menatap Genah heran. "Gen? Lu.. bawa siapa itu?" tanya lelaki itu pada Genah.

Genah tertawa canggung, "Uhm, Zre.. gini.. Gw nemu dia di bawah pohon dekat desa, dia terluka di kepalanya. Setelah mencoba berbicara pada anak ini aku menyadari, dia tidak ada rumah. Jadi.. ya gw bawa ke sini, deh."

Lelaki itu menghela nafas pelan. "Ya sudahlah, ayo masuk. Gw- uh, aku akan membantumu."

Meskipun [Name] tidak bisa melihat wajah Genah, dia bisa merasakan bahwa Genah sedang tersenyum pada lelaki itu. "Terima kasih, Azre." balas Genah pada lelaki itu—Azre.

=================

Azre melingkarkan perban di kepala [Name] yang terluka, [Name] hanya diam, karena dia tidak merasakan sakit apapun.

"Nah, sudah." ujar Azre sambil tersenyum hangat, dia menaruh sisa perban di atas meja kayu kecil yang berada di sebelah kasur [Name].

[Name] terdiam sesaat. "Uhm.. Terima kasih..." gumam [Name] pelan, cukup terdengar oleh Azre.

"Sama-sama." balasnya.

[Name] melihat ke arah pintu kamar yang terbuka, memandanginya. Azre yang penasaran mengikuti arah pandang [Name].

"Kamu mencari Paman Genah?" tanya Azre, kembali menatap ke arah [Name] yang mengangguk pelan. "Dia sedang menemani Marvel, Samsul dan Peppey latihan sihir."

"Sihir..?" beo [Name] pelan. Merasa asing dengan kata-kata itu, dia juga berpikir tentang siapa yang disebut Azre barusan. Apakah ada orang lain selain mereka di sini?

Azre terdiam sesaat, "Iya, sihir. Sihir dimiliki oleh para ras fantasia." jawab Azre.

[Name] mengangguk pelan, meskipun dia tidak mengerti.

Azre menoleh ke arah jendela, sinar oranye kemerahan memasuki jendela. "Sudah mau malam, aku harus memasak untuk makan malam." sahutnya lalu menoleh ke arah [Name]. "Mau ikut?"

[Name] berfikir sesaat, lalu mengangguk. Dia tidak ingin ditinggal sendirian di rumah ini.

=================

[Name] berdiri di belakang Azre yang sedang duduk sambil memasak daging, mata [Name] berbinar karena bisa dibilang dia cukup lapar, dan daging yang dimasak Azre terlihat sangat enak.

The Silent Wind • Viva Fantasy × F!ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang