Kebangkitan

10 0 0
                                    

Arsy terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa berat seperti habis terbentur benda keras. Ia membuka mata perlahan, pandangannya kabur dan perlahan mulai kembali fokus.

Ia melihat suasana yang familiar dan sedikit bingung dengan kejadian yang sepertinya baru saja ia alami.

"Kenapa gue ada disini? Semalem kan gue mau pulang ke apartment." Ia bergumam dalam hatu sambil masih merasakan sakit dikepalanya.

Disela kebingunannya tiba-tiba handphonenya berdering. Ia meraih waist-bagnya untuk mengangkat telpon.

"Arsy, lu dimana? Gila lu ya udah 32 kali gue telpon gak Freelu angkat juga. Ini yang ke-33 kali baru lu angkat." Terdengar suara laki-laki dari ujung telpon.

"Gue dirumah. Ada apaan si? Pagi-pagi gini udah telpon aja." Jawab Arsy

"Pagi? Bener-bener ngigo ini anak. Udah mau Adzan Isya ini, woy." Balas laki-laki itu.

Arsy tersentak, ia mengecek layar telponnya dan mendapati waktu menunjukan pukul 18.47.

"Yeh, malah diem ini anak. Lu dimana? Gue samperin ke apartment gak ada lu. Lu dirumah siapa?" Tanya laki-laki itu sedikit khawatir.

"Dirumah nyokap." Jawab Arsy singkat.

"Rumah nyokap? Rumah nyokap lu yang di Bandung? Wih gila ada kemajuan nih." Balas laki-laki itu.

"Berisik lu. Gue juga ga tau kenapa bisa sampe ada disini. Ada apaan lu telpon gue?" Jawab Arsy sedikit kesal.

"Kita ada client baru nih. Filenya udah gue e-mail. Doi minta ketemu sama lu lusa dikantor. Tp karena lu udah mau balik ke Bandung, gue reschedule aja ya jadi minggu depan. Yaa..sebagai temen lu satu-satunya, gue harus mendukung kemajuan yang ajaib ini." Jawab laki-laki itu.

"Bacot lu ye. Udah gausah reschedule. Gue juga gak mau lama-lama disini." Jawab Arsy ketus.

Laki-laki itu adalah Gibran, sahabat Arsy semenjak ia tinggal di Bandung sampai akhirnya Arsy pindah ke Jakarta Gibran masih setia mendampingi Arsy dan membuka biro Detektif swasta bersama.

Gibran adalah satu-satunya orang yang selalu mendampingi Arsy setelah kejadian mengerikan yang menimpa keluarganya 10 tahun yang lalu.

****

Arsy keluar dari kamar, ia melihat sekeliling rumah yang dulu pernah dihuni oleh keluarganya, rumah yang dulu begitu hangat dengan canda tawa ayah ibu dan kakaknya, kini sangat terasa dingin dan sunyi.

"Den, bibi sudah siapkan makan malam dimeja makan. Kalau Raden mau mandi dulu air panasnya sudah bibi siapkan nanti tinggal digunakan saja." Suara perempuan yang terdengar dibelakangnya menyadarkan Arsy dalam lamunannya.

"Baik, bi. Terima kasih."  Jawabnya agak bingung melihat bi Narsih seakan tidak menua dari 10 tahun lalu.

Bi Narsih sudah bekerja dengan keluarganya sejak ayah dan ibunya merantau ke Bandung. Menurut cerita yang didengar oleh Arsy, ketika pertama kali bekerja dengan keluarganya, bi Narsih masih berumur 14 tahun Ayah dan Ibunya menemukannya tergeletak tak jauh dari rumah mereka dalam keadaan tak sadarkan diri. Setelah beberapa hari dirawat akhirnya bi Narsih keadaannya semakin membaik dan sejak saat itu ia mengabdikan diri di keluarga Ganendra.

****

Setelah beberapa saat mandi, Arsy menuju meja makan.

"Rasanya seperti sudah gak makan 3 hari nih, laper banget." Gumamnya dalam hati.

Arsy dengan lahap menyantap hidangan yang tersedia, saking fokusnya makan ia sampai tidak menyadari ada seseorang yang dari tadi memandanginya dari balik lemari pajangan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 20, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

UltranaturalWhere stories live. Discover now