03

12.8K 941 37
                                    

Ini cerita cuman fiksi.
Little bit 🔞🌚

"Baiklah sudah cukup latihan untuk hari ini. Terima kasih atas kerja keras kalian. Silahkan pulang kerumah masing-masing, jangan lupa untuk beristirahat kita harus menyiapkan yang terbaik untuk perlombaan bulan depan. Hati-hati di jalan anak-anakku, coach pamit duluan" coach Choi pamit membungkuk lalu melenggang pergi.

"Terima kasih coach, hati-hati di jalan." Ujar anak didiknya dengan serentak tak lupa membungkukan badan juga.

Jeno berjalan bersama Mark menuju tempat penyimpanan barangnya sambil merangkul satu sama lain. Setibanya di ruang penyimpanan mereka, Jeno menatap Haechan yang duluan tiba disana dan tampak gugup dengan kehadiran Mark. Jeno berjalan melewati pemuda tan itu karena lokernya ada di sebelah kanan Haechan dan loker mark ada di sebelah kanan Jeno. Ia pun mengganti baju dari baju latihan menjadi baju seragam kembali, sedangkan Jeno hanya menggantinya dengan kaos hitam biasa.

Sesudah itu Jeno membuka ponsel miliknya dan menghubungi kontak Renjun. Tapi panggilannya tidak tersambung. Ia heran padahal setaunya ponselnya baru diisi pulsa kemarin malam.

Jeno menahan Haechan yang hendak beranjak pulang, yang di jawab oleh tatapan bingung dari si kepala bola ubi.

"Pinjam ponsel mu" ujar Jeno.

"Ponselmu sendiri kenapa?" Tanya Haechan bingung, tetapi ia masih memberikan ponselnya. Netranya memperhatikan layar ponselnya yang berada di tangan Jeno, ternyata di menghubungi Renjun batinnya.

Dari pada memperhatikan Jeno, lebih baik ia memperhatikan Mark yang masih telanjang dada di belakang tubuh Jeno. Haechan menggit bibir dalamnya, dari samping sini ia melihat betapa gagahnya proporsi tubuh Mark. Dada bidangnya dan otot-otot perutnya terbentuk dengan seksi dan rapi lalu sedikit bergeser ke kanan ia bisa melihat betapa lebar dan kokohnya bahu dan punggung pemuda beralis camar itu, rasanya Haechan ingin mengelus dan memeluk tubuh crushnya itu.

Perhatian Haechan akan Mark buyar saat telinganya mendapati Jeno misuh-misuh dengan ponsel miliknya.

"Kau memblokirku?" Tanya Jeno langsung setelah panggilan itu terhubung yang kedua kalinya.

"Ya." Renjun menjawabnya tanpa minat.

"Kenapa memblokirku? Kau juga memblokir Jaemin?"

"Ya."

"Kenapa Injun?"

Ada jeda beberapa detik, lalu Renjun menjawabnya dengan suara lelahnya. "Tidak." Jeno menghela nafasnya kesal.

"Jawab yang benar Jun. Atau aku yang akan memaksamu untuk membuka mulut dengan benar." Telinganya menangkap suara decakan, disusul dengan bisik 'tidak peduli' dari bibir si Huang. Lalu panggilan terputus.

"Kau sehabis ini akan pergi kemana?" Tanya Mark pada Jeno. Ia melirik Mark lalu kembali menatap ponsel Haechan yang menampilkan room chat dengan Renjun.

"Tidak ada, hanya pergi pulang."

Mark mengangguk. "Ingin ikut denganku minum malam ini?" Tawar Mark.

Jeno hendak menjawab, tetapi ia urungkan karena melihat Haechan yang berdiri kaku menatap Mark malu malu.

"Kurasa tidak bisa. Bagaimana jika minum dengan Haechan?" Jeno tersenyum miring.

"Hah?!" Haechan tersentak kaget. Ia memelototi Jeno.

"Aku tidak masalah dengan itu. Lebih baik ada teman daripada pergi sendiri. Kau mau kan, Chan?" Ujar Mark tersenyum manis.

Telinga Haechan memerah dan jantungnya berdegup kencang saat di ajak minum oleh pujaan hatinya, ia mengangguk kaku menyetujui ajakan Mark. Ia tidak mau di cap gila karna menolak ajakan seorang Mark Lee. Toh kapan lagi ada kesempatan seperti ini.

Not For Sale; [Step Brother- norenmin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang