Yang biasa diarahkan, sekarang dituntut untuk memilih arah Langkah sendiri. Yang biasa di suapi, sekarang dituntut untuk makan sendiri. Yang biasanya dijelaskan, sekarang dipaksa keadaan untuk mencari penjelasan sendiri. Semua berubah, mau tidak mau, siap tidak siap.
"berhenti saja sebentar sampai kau benar-benar siap untuk menjalani semua sendiri."
Bisa kah begitu?
Bagaimana jika Ketika berhenti malah tertinggal?
Bagaimana jika berhenti malah semakin terpuruk?
Bagaimana jika berhenti malah kehilangan?"Memang tidak mudah. Semua pilihan memiliki resiko. silahkan pikirkan sebab akibat. Mana yang memiliki resiko paling sedikit dan paling mudah untuk dijalani menurut versi mu."
Bagaimana bisa memilah jika setiap kali mencoba untuk berfikir malah semakin terpuruk dan hancur. Bukan solusi yang didapat tapi malah luka yang bertambah.
Bagaimana jika mencari satu teman untuk bertukar cerita dan untuk teman bertukar tanya?
Bolehkah begitu?"apa kau yakin?
bisa saja dia membawa mu ke jalan lain yang bukan tujuan mu
bisa saja dia malah membawa mu berputar arah
atau bisa saja kau sendiri yang sengaja berputar arah untuk sejalan dengannya
terlalu berbahaya"Tapi aku bosan sendiri.
Bosan memeluk semua masalah ini sendiri.
Bosan bertengkar dengan semua sel dikepala."Aku belum siap mendengar melihat mu menangis tersedu-sedu di pojok kamar
aku belum siap melihat mu terlihat bodoh memikirkan orang yang belum tentu menjadi milikmu, dan belum tentu memikirkan keberadaan mu
semua itu hanya Indah diawal dan hanya sebentar
coba kau fikirkan lagi"Tapi jika terus begini terlalu berat dan menyakitkan.
Terkadang terlalu berisik dan menumpuk di kepala.
Ketika disuruh keluar malah air mata yang jatuh. Sayang sekali air mata itu. Jatuh untuk hal yang tidak jelas sebabnya.Ketika disuruh keluar malah diam membisu dan menjadi batu. Sayang sekali wajah itu, diam membisu di sudut ruangan dengan ekspresi yang hilang entah kemana. Kosong. Mata kosong yang entah kemana arah pandangnya.
Ketika disuruh keluar malah tawa yang pecah. Tawa apa itu? Kenapa terdengan kosong? Bukannya tawa identik dengan kebahagiaan?. Tawa itu menakutkan.
Bolehkah aku bertanya satu hal?
Apakah menjadi dewasa menyakitkan untuk semua orang?
"aku tak tau jawaban pertanyaan mu apa. Terlalu sensitif. Semua orang punya ketakutan masing-masing. Semua orang punya masalah masing-masing. Dan semua orang punya cara masing-masing untuk menyelesaikan masalahnya. Mereka juga terpuruk seperti mu. Mereka juga putus asa seperti mu. Hanya saja semua orang suka menggunakan topeng kebohongan karena tidak ingin dianggap lemah
mereka menyembunyikan semua bukan hanya karena tidak ingin dianggap lemah. Tapi juga karena ingin melupakan segudang masalah yang dibawa ketika memasuki keramaian. Supaya bisa Bahagia, supaya bisa tertawa. Walaupun hanya pada saat itu saja."
Kemana semua masalah itu ketika memasuki keramaian?
"diletakkan di suatu tempat yang sangat sering di datangi dan tentu ditempat itu dia bisa sendiri. Tempat dimana dia selalu terjaga sepanjang malam memikirkan sesuatu yang belum jelas. Selalu saja merusak diri sendiri, dia tau bahwa tubuhnya sekarang bukan hanya milik dirinya saat ini tapi juga milik dirinya beberapa tahun kedepan sampai tua"
Kamar tempat ia tidur dan beristirahat?
"jangan biasakan bertanya sesuatu yang kau sendiri sudah tau jawabannya"
Maaf.
Oke. Aku akan mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri. Mencoba memahami bahwa semua orang memiliki masalah masing-masing dan berhenti berfikir bahwa bukan cuma aku yang menderita.
Aku terlalu dramatis dan egois untuk menjadi seorang manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
don't grow up, it's a trap
Randomsedikit cerita tentang masalah-masalah yang sangat suka berlarian dikepala.