Fake

142 9 0
                                    

Seungmin menopang kepalanya dengan satu tangannya, sambil memicingkan mata menikamati alunan lagu.

Mozart - Piano Sonata No. 11 in A major, K. 331 - I. Andante grazios. musik klasik dari piano di sebuah restoran.

"Piala yang terpajang disana harus bisa kau ambil. Aku ingin melihatnya terpajang di kamarmu"

Seungmin tersentak bersamaan dengan suara piano yang berhenti. Ah lagi dan lagi bayangan yang sama. Kenapa disaat ia menikmati musik kesukaannya bayangan itu selalu muncul.

Tak terasa air matanya menetes tapi entah mengapa dia tersenyum. Seungmin mengemasi barang-barangnya dan beranjak dari sana.


"Kak musim dingin pertama aku ingin membawa Mozart - Requiem versi biola"

"Aku lebih suka melihatmu bermain piano"

Seungmin mengerucutkan bibirnya. Padahal dia sudah latihan dengan serius untuk menampilkan lagu tersebut.

"Aku bercanda, apapun yang kau mainkan di atas panggung aku menyukainya"

"Benarkah?"

Yang ditanya tentu saja mengangguk.

"Baiklah. kau harus hadir di pertunjukkan ku besok!"

"Bukannya aku selalu datang saat kekasih manis ku ini saat manggung. Aku tak pernah melewatkan satu pertunjukan"












Sekilas Seungmin tertawa di tengah turunnya salju, tak peduli dengan dinginnya malam hari ini. Dari sebelah dapat di dengarnya suara piano. musik yang indah lengkap dengan suara yang merdu.

"Sapron? Ah... Harusnya aku membeli tiket" Kini dia hanya bisa menikmati pertunjukkan itu dari balik gedung. Walaupun suaranya sama-samar dia tetap menikmatinya sambil tersenyum.

Seseorang datang memayungi lelaki manis yang sudah basah oleh salju. Seungmin mendongak melihat si pelaku. dia kembali tersenyum sepertinya memang tak bisa berharap banyak.

"Pantas saja kau tak ada di rumah. tidak bawa payung? Kau tau kan salju sudah turun sejak kemarin"

Seungmin menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal "Aku lupa..."

Chan menyeringit dan mengelus pipi yang lebih muda "Masih memikirkannya?"

Sontak senyum Seungmin menukik ke bawah, sorot matanya juga ikut milirik kedua kaki yang sedang menghalau salju.

"Apa kau tak bisa melupakannya? Sudah empat tahun"

Seungmin mengangguk. dapat ia rasakan tangan Chan yang dingin kembali mengusap pipinya "Sudah empat tahun kau membiarkan ruang musik berdebu"

"Sekarang hanya gitar yang bisa aku mainkan"

Chan terkekeh mendengarnya "Padahal aku lebih suka mendengar biola dari pada gitar. tapi tak apa, gitar juga menghibur"

Chan merangkul yang lebih muda membawanya pulang sembari menghangatkan tubuh mungil yang tengah kedinginan itu.

"Lain kali jika ingin menonton sapron beri tau aku. biar aku belikan tiketnya"

Seungmin yang tadinya diam-diam menangis kini tersenyum dan tertawa mendengar hal itu.






"Kak Chan apa kau masih sendiri? Aku tak pernah melihat kau membawa seseorang ke rumah"

Sekilas Chan melirik Seungmin yang tengah memeluk bonekanya "Kenapa? Kalau begitu Aku akan membawa Minho ke rumah besok"

"Aish bukan itu maksudku. Sudahlah lupakan. Kau itu bodoh sekali"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 27, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

oneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang